Program Pendampingan PIP Bantu Pengusaha UMKM Ultra Mikro Tingkatkan Kualitas Produk

Pemerintah berkomitmen untuk terus memperkuat dukungan terhadap tumbuhnya geliat pengusaha kecil yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Di lingkup Kementerian Keuangan, tugas ini salah satunya dimandatkan kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Sebagai badan layanan umum (BLU), PIP mendorong tercapainya visi misi Kemenkeu, termasuk komitmen dalam membangun sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Sebagai organisasi noneselon yang bertanggung jawab kepada menteri keuangan melalui direktorat jenderal perbendaharaan (DJPb), Salah satu peran PIP adalah menyediakan pembiayaan ultra mikro (Umi). Tak hanya menyalurkan #UangKita dalam bentuk pinjaman ke pelaku usaha mikro, PIP juga bertugas melakukan pendampingan sesuai dengan kebutuhan produk dari debitur melalui para penyalur. Pendampingannya bisa berupa pemberian motivasi, konsultasi usaha, peningkatan kapasitas, pengawasan terhadap debitur maupun bentuk pendampingan lainnya.

Pendampingan bagi pendamping
Sebagai wujud komitmen tinggi dalam memberikan pendampingan bagi para debitur Umi, PIP menggelar pendampingan untuk pendamping (training of trainers/ToT) pembiayaan Umi di 10 kabupaten/kota di Indonesia. Untuk mengawali program tersebut telah digelar Kick Off ToT Pendamping UMi Tahun 2024 di Bandung, Jawa Barat, pada 25 Juli lalu. “Program ini bertujuan untuk menyeragamkan standar materi pelatihan, meningkatkan kompetensi pendamping, serta mendorong kualitas produk dan usaha pelaku UMi,” beber Direktur Utama PIP Ismed Saputra.
Pelaksanaan program ToT digadang akan dilaksanakan dalam dua tahap. Fokus pada tahap pertama ini menyasar pelatihan pendamping di 10 kabupaten/kota yang tersebar di penjuru negeri. Pelatihan ini akan melibatkan delapan universitas dan lembaga inkubator terkemuka di Indonesia. Dalam hal ini, PIP bekerja sama dengan Universitas Padjajaran, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Universitas Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Syah Kuala, Universitas Hindu Indonesia, Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Tahap kedua akan melibatkan pembentukan komunitas "Kedai UMi". Kehadiran komunitas ini diproyeksikan dapat mewadahi debitur UMi untuk saling berkolaborasi, berbagi pengetahuan, dan meningkatkan kualitas produk serta pemasaran. Program ToT Pendamping diproyeksikan berlangsung selama lima bulan, dengan target pelatihan 55 pendamping dan implementasi kepada 110 pelaku usaha UMi. PIP berharap program ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pemberdayaan dan pengembangan usaha UMi di Indonesia.
Tujuh tahun kiprah pembiayaan UMi
Ismed Saputra mengungkapkan bahwa capaian pembiayaan UMi yang sudah tersalurkan hingga 22 Juli 2024 sebesar Rp40,94 triliun. Besaran dana itu disalurkan selama tujuh tahun terakhir kepada berbagai macam debitur, baik nasabah yang tergabung dalam kelompok maupun individu. Pembiayaan ini mampu membantu pemilik usaha kecil Indonesia yang menjangkau 510 kabupaten dan kota dengan melibatkan 87 penyalur lembaga keuangan bukan bank (LKBB)
Dibanding program lain, pembiayaan UMi yang diusung PIP memang menonjolkan berbagai pendampingan yang diberikan pada debiturnya. Layanan pembinaan dan pendampingan bagi debitur diberikan melalui pelatihan manajemen hingga dukungan pemasaran produk. Kebijakan ini untuk memastikan pinjaman yang diberikan tepat guna dan memberi manfaat mengangkat kelas debitur UMi menjadi lebih baik.
ToT Pendamping sendiri sebenarnya telah diujicobakan pada tahun 2022-2023 di 20 kabupaten/kota. Hasilnya, lebih dari 900 pengusaha mikro merasakan dampak positif program ini. Pendampingan yang diberikan meliputi hal legalitas dan pemasaran daring. Metode project based learning (PBL) yang diterapkan oleh Inkubator Bisnis Unpad terbukti efektif meningkatkan kompetensi pendamping dalam berbagai aspek, termasuk SDM, kualitas produk, legalitas, dan pemasaran. "Keberhasilan ini mendorong kami untuk memperluas jangkauannya. Kami yakin, dengan menggandeng berbagai universitas dan lembaga inkubator, program ini dapat memberikan stimulasi inovasi dan menjangkau lebih banyak pelaku usaha UMi," tutur Ismed.

Usaha kecil yang dirintis dari hobi
Hadir di acara kick off tersebut adalah Euis, salah satu debitur UMi yang memiliki usaha Bernama Z&T Craft. Kerajinan tangan yang dibuat oleh Euis berupa berbagai jenis tas berbahan serat pelepah pisang dan beragam corak kain ecoprint. Produk Z&T Craft memanfaatkan bahan-bahan natural yang tersedia di alam, lalu diolah oleh Euis menjadi produk fesyen siap pakai yang memiliki estetika dan nilai jual yang tinggi. Produknya bahkan sudah dianggap layak ekspor dan pernah dipromosikan ke beberapa pameran di luar negeri.
Usaha yang dimulai Euis ini berawal dari hobi mengisi waktu luang di rumah saja. Tidak disangka, teman-temannya memuji karyanya. “Ternyata tanganmu itu terampil. Kenapa gak dijual aja?” ucapnya menirukan saran teman-temannya. Euis mengakui bahwa saat itu ia belum percaya diri untuk menjual hasil kerajinan tangannya karena merasa tidak punya bakat berdagang. Tak terasa, usaha kecilnya ini telah ia rintis enam tahun sejak 2018.
Sejak saat itu, Euis pun makin rajin mengikuti komunitas-komunitas yang mendukung hobi dan usahanya itu. Ia mengungkapkan bahwa tujuannya bergabung menjadi anggota berbagai komunitas dan Lembaga terkait waktu itu adalah untuk membina relasi. Dari circle tersebut ia mendapat penawaran menjadi anggota sebuah koperasi. Lewat koperasi yang juga merupakan penyalur pembiayaan itulah Euis mengenal program pembiayaan UMi. Di saat yang bersamaan, Euis sedang berencana mengembangkan usahanya dengan membangun rumah produksi agar tidak bercampur dengan area tempat tinggalnya.

Pembiayaan yang memberi rasa nyaman
Setelah mempelajari paparan dari program UMi, Euis pun mantap menjadi debitur pembiayaan ini di tahun 2022. Ia tertarik dengan pembiayaan yang dinilainya masih cukup ringan dengan suku bunga yang masih bisa ia jangkau ini. Selain itu, jejaring yang ditawarkan oleh UMi juga dinilainya akan dapat membantunya mengembangkan “Z&T Craft” miliknya. Hasilnya, tak hanya memperoleh modal untuk membangun tempat yang bisa membuatnya lebih leluasa berkarya dan menghasilkan produk, serta memasarkannya lebih luas lagi.
Tak hanya membantu mengangkat derajat keluarganya, usaha milik Euis ini juga memberikan berkah tetangga sekitarnya. Euis memberdayakan ibu-ibu yang tinggal di sekitar untuk membantunya mengerjakan pesanan pelanggan. Di sini, Euis harus lebih bersemangat mengajari para ibu yang memang belum memiliki bekal keahlian yang ia butuhkan. “Saya terus semangati dan ajari. Daripada menunggu nafkah dari suaminya saja, kita kan juga bisa mengusahakan untuk mendapat pemasukan tambahan” ungkapnya. Berkat kerja keras tersebut, usaha milik Euis berhasil mengantongi omzet bulanan berkisar di antara 15-18 juta.
Euis merasa bersyukur bergabung menjadi debitur UMi. Menurutnya, nilai tambah program yang diinisiasi PIP ini lebih dari sekedar dana pinjaman yang diberikan ke debitur. Kekuatan pembiayaan UMi justru berasal dari pendampingan yang didapatkan oleh debiturnya. “Saya merasa nyaman karena apapun bisa dikoordinasikan dan semua bisa dikomunikasikan. Ada mandeg di mana, kita mau melangkah ke mana, ada penawaran dari mana, kalau PIP ada celah semua bisa dikomunikasikan,” tutup Euis.