Azkia Rostiani Rahman, Master Linguistik LPDP Tunjukkan Wanita Bisa Bermanfaat

2 Desember 2024
OLEH: Irfan Bayu Pradhana
Azkia Rostiani Rahman, Master Linguistik LPDP Tunjukkan Wanita Bisa Bermanfaat
 

Tumbuh dan besar di lingkuangan dengan suasana patriarki yang tinggi, Azkia beruntung memiliki Ibunda yang selalu mendukung ketujuh anaknya untuk mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Dengan segala kondisi yang ada, saat ini Azkia jadi salah satu contoh nyata bahwa perempuan juga bisa berdaya dan melakukan berbagai hal bermanfaat bagi masyarakat.

FotoKecilv01GenmasNov24.jpg

Tujuh dari tujuh

“Sebelumnya perkenalkan nama Saya Azkia Rostiani Rahman.  Saya lulusan S2 Linguistik di Universitas Indonesia. Saat ini sebagai koordinator program eliminasi TB di Lombok barat di lembaga INSPIRASI (Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial) NTB (Nusa Tenggara Barat). Saya juga merupakan Ketua Mata Garuda NTB, yaitu organisasi alumni dan awardee beasiswa LPDP,” terangnya memperkenalkan diri.

Azkia, panggilan akrabnya,  adalah wanita asli NTB, tepatnya dari salah satu daerah kecil di Lombok Tengah bernama Desa Jago, Dusun Bunsalak. Seperti halnya di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat masih melihat wanita dengan sebelah mata, suasana patriarki ini juga dirasakan sangat kental oleh Azkia di desanya, terutama masalah pendidikan. Perlu diketahui, pada 2023 di NTB rata-rata murid menempuh pendidikan sekolah dasarnya berkisar antara 6 sampai dengan 10 tahun, dengan nilai teringgi berada di Kota Bima dengan 10,94 tahun, dan terendah di Lombok Utara dengan rata-rata lama sekolah hanya 6,3 tahun. Artinya sebagian besar masyarakatnya hanya lulus SD dan SMP. Jika dilihat lebih dalam lagi, rata- rata lama sekolah untuk perempuan juga lebih rendah dibandingkan laki-lakinya, di Lombok Tengah tempat Azkia berasal, perempuannya hanya memiliki 6,15 tahun untuk rata-rata lama sekolahnya (sumber:BPS NTB).

 Azkia juga menceritakan jika sebagian besar masyarakat desanya banyak yang lebih memilih untuk menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) atau TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke Malaysia, Arab Saudi atau Brunei dibandingkan untuk meneruskan sekolah. “Tapi Ibu saya mendorong saya dan kakak-kakak saya untuk berpendidikan ya. Karena percaya bahwa salah satu yang bisa mengubah hidup kita menjadi lebih baik itu adalah pendidikan,” kenangnya.

Tak mudah pasti, selain harus melawan stigma masyrakat yang beranggapan perempuan tak harus sekolah tinggi, Ibunya juga harus bekerja lebih keras untuk menghidupi 7 bersaudara itu. Ayah Azkia telah meninggal ketika Azkia masih duduk di kelas 5 SD. “Tapi dengan perjuangan dan semangat Ibu saya akhirnya alhamdulillah kami semua, tujuh-tujuhnya bisa selesai pendidikan S1 dan itu akhirnya memotivasi juga banyak tetangga-tetangga di lingkungan,” bangga anak bontot itu.

FotoKecilv02GenmasNov24.jpg

Cinta Bahasa

Setelah lulus SMA, Azkia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Program Sarjana Bahasa Inggris di Universitas Mataram, Universitas yang cukup ternama di NTB. Ajaran Ibunya untuk bisa mandiri, berdaya dan tidak mudah diremehkan orang selalu membekas pada dirinya. Dan pendidikan adalah jalan tercepat untuk mencapainya.

Ketika ada kesempatan melanjutkan studi jenjang master lewat LPDP, Azkia tidak menyia-nyiakannya. “LPDP itu seperti oase bagi orang-orang seperti kami yang tidak punya biaya untuk melanjutkan, kemudian tidak punya akses, tidak punya orang dalam mungkin. Tapi kami punya keinginan untuk melanjutkan studi. Jadi, saya dan banyak teman-teman yang lain itu merasa beruntung dengan adanya LPDP karena orang-orang seperti kami itu bisa melanjutkan studi ke luar daerah ataupun ke luar negeri gitu,” ucap Azkia.

Singkat cerita, Azkia berhasil lolos seleksi dan memilih untuk melanjutkan di Universitas Indonesia (UI) jurusan Linguistik, peminatan Bahasa dan Budaya. Alasannya sederhana, Azkia memang sudah jatuh cinta dengan bahasa dan budaya Indonesia, terutama bahasa daerah yang sangat beragam jenisnya, begitu juga Bahasa Sasak, bahasa daerahnya. Dan kenapa dia memilih UI karena menurutnya, dia sudah cukup memiliki jejaring lokal dan selanjutnya dia ingin memperluas koneksinya hingga ke nasional, dan menurutnya berkuliah di ibukota bisa jadi alat untuk menggapai tujuannya itu.

Walaupun berkuliah di dalam negeri, Azkia juga beberapa kali mendapat kesempatan untuk mengikuti konferensi internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti India, Thailand, serta Malaysia. “Nah (waktu) di Bali konferensi internasional sempat dapat sebagai presenter terbaik. Ada 2 orang gitu sebagai presenter terbaik. Pas konferensi di Bali pesertanya ada dari China, India, Malaysia dan beberapa negara lainnya,” kenang wanta berhijab ini.

Bahasa Sasak sudah terlanjur menarik hatinya. Bahkan untuk tesisnya sendiri dia memilih untuk mempelajari antroponomi, “jadi saya melihat nama-nama orang, khususnya nama-nama orang Sasak. Jadi perubahan yang terjadi dari nama-nama orang Sasak dari generasi ke generasi,” terang Azkia. Selain berkuliah, Azkia juga sempat bekerja sambilan sebagai editor di salah satu startup di Jakarta untuk menyalurkan hobi menulisnya.

FotoKecilv03GenmasNov24.jpg

TAPOL

Setelah lulus magister pada 2018, Azkia sempat ditawari bekerja di salah satu perusahaan di luar negeri. Untuk sebagian orang NTB, menurut Azkia dengan sedikitnya lapangan kerja di daerahnya, itu adalah kesempatan yang bagus, namun setelah dia pikirkan, Azkia memutuskan untuk menolaknya dan kembali ke Lombok.

Setelah kembali, Azkia bekerja di Dinas Perindustrian Provinsi NTB sebagai humas. Hobi menulisnya bisa tersalurkan di situ. Azkia juga sering bersinggungan dengan teman-teman UMKM yang memang jadi mitra kerjanya. Setahun setelahnya, ada kegelisahan yang muncul di benaknya, UMKM yang sering didatanginya mengeluhkan tentang pemasaran. Azkia dan beberapa temannya menginisiasi untuk membentuk TAPOL, Tunah Produk Lokal, sebuah lembaga mandiri yang tujuannya membantu dan melakukan pendampingan bagi para pelaku UMKM. Tunah sendiri diambil dari Bahasa Sasak yang berarti sayangi atau cintai. Diberi nama ini agar sejalan dengan program “Cintai Produk Lokal” dan Gerakan “Bangga Buatan Indonesia”. Tugasnya membantu mendistribusikan produk UMKM, melakukan pendampingan dalam mengurus kemasan, ijin dan legalitasnya. “Karena saya sama teman-teman di Dinas Perindustrian itu kan kita punya jaringan ke dinas UMKM, kemudian ke balai kemasan yang memang mengurusi hal tersebut. Jadi kita link-kan dengan jejaring-jejaring kita,” jelas Azkia.

Lembaga yang didirikan pada 2021 itu awalnya digawangi oleh 6 orang termasuk Azkia, dengan iuran 500.000 per orang, dan digunakan untuk membeli produk-produk UMKM tadi. TAPOL memilih untuk membeli alih-alih konsep konsinyasi, yang menurutnya masih ada kemungkinan merugikan UMKM. Selama dua tahun berjalan, TAPOL berkembang dengan membantu sekitar empat ribu produk dan memiliki 50 mitra. “Jadi, kita langsung turun ke toko-toko lalu mereka jualkan lagi ke end consumer, ke retailnya. Nah, kita punya kurang lebih 50 mitra di Mataram maupun di Lombok Barat. Dan kita tetap melakukan pendampingan khususnya untuk masalah legalitas UH, P-IRT, NIB Halal, dan juga kemasan,” jelas perempuan yang mengaku lebih senang untuk langsung turun ke lapangan ini.

FotoKecilv04GenmasNov24.jpg

Mata Garuda

NTB patut berbangga, karena awardee LPDP di provinsi itu mencapai 900 orang, terhitung dari awal hingga saat ini, baik yang sedang dalam masa pendidikan maupun sudah menjadi alumni. Semua awardee tersebut tergabung dalam satu wadah bernama mata garuda. Azkia menjadi ketua organisasi tersebut.

Kegiatannya beragam, mulai dari sosialisasi beasiswa hingga pendampingan bagi mahasiswa atau masyarakat umum yang akan melakukan seleksi. Menurut Azkia, jumlah peminat beasiswa LPDP di NTB selalu meningkat setiap tahunnya, hal itu jadi angin segar di tengah rendahnya tingkat pendidikan di NTB. Hal itu ditunjukkan dengan membludaknya peserta sosialisasi beasiswa yang diadakan offline dengan peserta mencapai 500an orang. “Nah itu kan menunjukan sebenarnya antusiasme masyarakat itu sangat tinggi cuma kadang terkendala mengenai akses informasi,” kata Azkia. Mata garuda menjadi jembatan dalam mengatasi kurangnya informasi tersebut.

Azkia juga menggaris bawahi bahwa segala pendampingan yang dilakukan Mata Garuda juga tidak dipungut biaya, “Sebagai tanggung jawab moral kita sebagai alumni yang sudah dibiayai oleh negara dan kita harus mengembalikan itu ke daerah tidak dalam bentuk uang tapi dalam bentuk kontribusi atau pengabdian yang bisa kita lakukan sekecil apapun itu,” kata perempuan yang ramah senyum itu.

FotoKecilv05GenmasNov24.jpg

INSPIRASI

Saat ini Azkia bekerja di organisasi INSPIRASI (Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial) NTB. INSPIRASI merupakan Lembaga yang didirikan sejak 2009 dengan tujuan membangun Gerakan perempuan dan sosial yang mampu mewujudkan keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, kesadaran ekologis, plural, transparan dan anti kekerasan.

Azkia menjadi Koordinator Program Eliminasi TBC (Tubercolosis) terutama untuk wilayah Lombok Barat. TBC menjadi penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2023 diperkirakan ada 1.060.000 kasus TBC Baru di Indonesia dengan angka kematian mencapai 134.000 per tahun. Berdasar Global TB Report 2023, Indonesia bahkan menempati peringkat kedua terbanyak setelah India. Hal ini yang menyebabkan Azkia dan Inspirasi menggalakan program eliminasi TBC. Stigma masyarakat yang menganggap TB adalah penyakit keturunan ataupun dikucilkannya para penderita semakin memperparah ledakan korban.

Tugas utama Azkia dan tim adalah melakukan screening, edukasi, pencegahan, serta pemberian obat. Azkia bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, 20 puskesmas dan sekitar 30 kader yang tersebar di Lombok Barat. “Dan tantangannya juga masalah minum obat. Jadi banyak pasien itu kadang ada yang tidak mau meminum obat sampai sembuh. Sementara TBC ini lambat tapi mematikan,” terang Azkia yang bergabung dengan Inspirasi sejak 2022 lalu itu.

Sampai saat ini sudah lebih dari 700 orang yang telah dilakukan screening. Tantangannya tak mudah, banyak masyarakat yang yang enggan diperiksa dahaknya, selain itu menurutnya komunikasi dan edukasi di lapangan juga sangat berpengaruh. Banyak istilah kesehatan yang mungkin tidak dimengerti oleh masyarakat, yang malah menyebabkan miss-informasi ketika dilakukan edukasi.

Hal ini juga yang menggelitik Azkia untuk bisa memanfaatkan keilmuannya dalam mengatasi masalah komunikasi yang terjadi. “Saya ingin meneliti kira-kira istilah-istilah kesehatan yang dipakai itu sudah dimengerti oleh masyarakat belum. Atau juga mungkin bisa kita hadirkan istilah-istilah lokal yang lebih dipahami oleh masyarakat gitu,” kata Azkia. “Dan menurut saya pas banget TBC sangat berkaitan dengan linguistik dalam konteks komunikasi dan bahasa istilah-istilah yang digunakan di masyarakat,” sambungnya. Azkia ingin meneliti lebih dalam hal itu, dan direncanakan sebagai bahan untuk rencana studinya ke depan.

FotoKecilv06GenmasNov24.jpg

Pulang Kembali

Azkia mengaku sempat menyesal ketika harus melepas kesempatan bekerja di luar negeri, namun ketika dia melihat masih banyak persoalan di daerahnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi, Azkia merasa lebih mantap untuk pulang kembali dan berikhtiar untuk membantu daerahnya ke arah yang lebih baik. “Saya justru bersyukur gitu karena kayak saya bisa melihat lebih riil masalah yang terjadi di daerah saya, setelah saya kembali bekerja di beberapa sektor tadi gitu,” ucapnya.

Impian besarnya adalah bisa melanjutkan kembali studinya, Azkia yakin dengan hal itu dia bisa lebih berperan dalam berbagai masalah yang dihadapi. “Kalau misalnya studi lagi saya pengen ngambil jurusan communication and development. Jadi saya melihat bahwa masalah utama di isu apapun itu baik isu pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan adalah masalah komunikasi,” tegasnya.

“Saya percaya bahwa dalam setiap kehidupan kita itu pasti ada up and down-nya kan. Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita bisa bangkit,” pesannya. “Saya sangat senang sama quotes-nya Nelson Mandela yang bilang gini, jangan pernah takut gagal karena saya mendapatkan 2 hal, entah saya menang atau saya belajar, jadi tidak ada sebenarnya yang namanya kegagalan,” pungkasnya.