Cerita dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi

31 Agustus 2021
OLEH: Aditya Wirananda
Cerita dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi
 

Franky Sahilatua, lewat Aku Papua, menggambarkan Papua sebagai surga kecil jatuh ke bumi. Sejumlah pelancong yang pernah vakansi ke Papua nyaris selalu menceritakan hal senada dan memuji keindahan Papua. Kali ini, kita tidak akan menyoal keindahan itu. Kita akan mengintip sedikit hal-hal yang terjadi dalam sunyi di sisi baratnya. Di Sorong, kota terbesar di Papua Barat.

Pasukan terbatas

Indonesia punya banyak sekali aset yang mesti dijaga. Dari hal-hal yang sering kita temui sampai hal-hal yang mungkin kita tak pernah menduga. Indra Eka Putra, kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Sorong berbagi cerita tentang tantangan menjaga aset negara di surga kecil itu.

Wilayah kerja KPKNL Sorong terbilang luas, yakni meliputi seluruh wilayah provinsi Papua Barat. Jarak satu tarikan garis lurus dari ujung selatan di Kaimana ke ujung utara provinsi Papua Barat di pulau Fani mencapai 700 kilometer. Jarak yang sama dengan satu tarikan garis lurus dari Jakarta ke Pontianak. Dengan luas wilayah kerja sebesar itu, Indra mengatakan jumlah pegawai yang ditugaskan di KPKNL Sorong terbilang belum proporsional.

"Kami di sini itu ada 23 ASN," ujarnya, "dengan komposisi jafungnya (jabatan fungsional) itu belum ideal." Dari 23 pegawai, hanya terdapat tiga orang pejabat fungsional. Satu orang fungsional Penilai dan dua orang fungsional Pelelang. Namun demikian, Indra mengatakan bahwa kendala personel itu dapat disiasati dan diselesaikan dengan kolaborasi. "Para (pegawai) andalan KPKNL Sorong itu bisa siap ganti baju apa saja," ujarnya. Ganti baju merujuk pada beberapa peran dan tugas yang dapat diemban oleh satu orang personel. Bahkan pada 2019, saat KPKNL menggelar revaluasi aset negara, kantor ini hanya diperkuat 15 orang pegawai. "Kurang lebih 6300 NUP (nomor urut pencatatan) kita selesaikan, meski pelayanan lelang dan pengelolaan piutang negara masih kita jalankan" ujar komandan kantor yang punya jargon Trakosong ini.

Trakosong adalah slang di wilayah Sorong yang punya makna orang luar biasa, bukan orang sembarangan. Trakosong diramu menjadi nilai-nilai yang dijunjung KPKNL Sorong: tertib, andalan, kontributif, solutif, dan ngegas terus.

Pegawai KPKNL Sorong melakukan penilaian aset | Dok. KPKNL Sorong

Bukan sembarang perjalanan

Ihwal valuasi aset atau kerap disebut penilaian, Indra mengatakan salah satu wilayah yang paling jauh adalah di pulau Fani. Dalam penelusuran melalui Google Maps, pulau Fani ini hanya berjarak sekitar 200 kilometer di sisi selatan Republik Palau. "Di situ ada mercusuarnya Distrik Navigasi (Kementerian Perhubungan)," Indra melanjutkan, "Kita kalau mau ke sana, (biaya) transportnya itu sampai 60 juta." Ia juga mengatakan bahwa perjalanan menuju objek penilaian seringkali bergantung pada kondisi cuaca. Hal ini wajar bila mengingat wilayah Papua Barat dipenuhi pulau-pulau kecil yang mau tak mau untuk menujunya harus menggunakan transportasi laut.

Bukan perjalanan laut semata yang bisa bikin gemetar, perjalanan via jalur darat pun sama-sama menggoda nyali. Degix Luhukay, salah satu pegawai KPKNL Sorong menceritakan salah satu perjalanannya dalam tugas penilaian. Kali itu ia dapat tugas melakukan penilaian jalan nasional ke wilayah Kamundan hulu. Untuk jarak sekitar 250 kilometer, ia mesti menandaskan sepuluh jam perjalanan dengan mobil. Degix mengatakan, setengah rute awal perjalanan yang ditempuh terbilang lancar. Jalanan sudah beraspal dan dalam kondisi baik. "Hanya mungkin lepas dari Ayawasi mau masuk ke (gunung) Petik Bintang itu memang masih hancur," ujarnya, "orang (Kementerian) PU bilang, kalau jatuh hari ini, mungkin minggu depan baru ketemu di bawah." Gunung Petik Bintang adalah salah satu titik tertinggi di jalur Trans Papua ruas Sorong-Manokwari. Ketinggian lokasi ini mencapai 1.000 meter di atas permukaan laut.

Lantas, ihwal tugas lain seperti pengelolaan piutang dan pelaksanaan lelang, Indra mengatakan bahwa selama ini tidak pernah ada kendala berarti. "Alhamdulillah untuk lelang, sudah sepenuhnya dilaksanakan dengan mekanisme e-auction," ujar pria kelahiran Jakarta ini.

Gedung KPKNL Sorong | Dok. KPKNL Sorong
Pegawai KPKNL Sorong menjalankan tugas sebagai penjaga aset negara | Dok. KPKNL Sorong

Melipir dari huru-hara

Pada Agustus 2019, pasca peringatan proklamasi, kala KPKNL Sorong tengah berakselerasi memenuhi target penilaian aset, kerusuhan pecah di tanah Papua. Sorong bahkan menjadi salah satu titik paling mencekam saat itu. Surga kecil berubah jadi tempat yang tak terbayangkan seperti berada dalam mimpi buruk. Kantor dengan jargon Trakosong ini pun turut kena dampak.

"Kita bertahan di kantor, kerja di kantor, nginep di kantor. Itu logistik dari kita makan telur satu orang satu (butir) sampai satu orang setengah," ujarnya sambil berkelakar. Lokasi KPKNL Sorong berada persis berdekatan dengan pusat kerusuhan. Praktis kantor ini tidak membuka layanan. Bahkan, memilih keluar dari area kantor bisa berarti memeluk petaka.

Indra mengatakan, pagi hari usai rapat, tersiar kabar adanya kerusuhan. Ia lantas memberi instruksi belanja logistik untuk bertahan selama seminggu ke depan. "Teman-teman yang tinggal di mes kita evakuasi ke kantor semua, ya udah kita bertahan di kantor. Nggak ke mana-mana," ujar Indra. Ia bersyukur saat itu ia dan timnya tidak perlu sampai dievakuasi ke wilayah lain dan cukup bertahan di kantor. Kendati tetap saja dengan pengawalan ketat dari militer.

Momen itu pada akhirnya justru dimanfaatkan oleh Indra dan tim untuk merapikan hal-hal administratif di kantor. "Ada aja (hikmahnya). Manfaatnya kita berkumpul bersama di kantor itu kita bikin laporan lah, ngecek apa, periksa laporan-laporan yang sudah selesai," ujarnya. Dan, pada akhirnya, target penilaian pada saat itu berhasil dipenuhi oleh KPKNL Sorong. Bahkan, setahun setelahnya, kantor ini berhasil meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.