Sukuk Negara: Berkontribusi untuk Pembangunan Indonesia dan Diakui Dunia

16 April 2024
OLEH: Reni Saptati D.I.
Sukuk Negara: Berkontribusi untuk Pembangunan Indonesia dan Diakui Dunia
 

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau yang juga dikenal dengan nama Sukuk Negara, kian hari kian menunjukkan perannya dalam mendukung pembangunan di Indonesia. Berbagai pembangunan di penjuru Indonesia dibiayai oleh Sukuk Negara. Dalam beberapa tahun terakhir saja, Sukuk Negara dipakai antara lain untuk membangun Jembatan Sei Alalak di Banjarmasin, Fasilitas Perkeretaapian Bekasi-Cikarang, Laboratorium Terpadu Universitas Pattimura di Maluku, serta Pelabuhan Penyeberangan Siompu di Sulawesi Tenggara.

Masih banyak proyek pemerintah lainnya yang dibiayai pembangunannya oleh Sukuk Negara. Sejak awal diterbitkan, Sukuk Negara memang ditujukan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pembangunan nasional. Instrumen investasi ini menjadi sumber pembiayaan alternatif untuk membiayai proyek-proyek pembangunan nasional, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

“Ini yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Bisa dilihat buktinya bahwa Sukuk tidak hanya untuk pembiayaan APBN, tapi justru langsung menunjukkan kehadiran pemerintah di sana,” ungkap Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Dwi Irianty Hadiningdyah.

Diapresiasi dunia

Tujuan lain penerbitan Sukuk Negara adalah untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan pasar keuangan syariah di Indonesia. Dengan penyediaan instrumen sukuk, minat investor terhadap instrumen keuangan syariah semakin meningkat. Sukuk Negara juga menjadi instrumen investasi yang menarik investor global. Dampaknya, kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia semakin naik.

Dwi Irianty Hadiningyah menyebut pihaknya terus melakukan inovasi agar Sukuk Negara terus berkembang. Penerbitan Sukuk Negara dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah dan selalu mengedepankan transparansi dan akuntabilitas. Penerbitannya diakui secara global, bahkan banyak penghargaan internasional yang berhasil diraih.

“Sekarang sudah mencapai 48 penghargaan internasional,” tutur Dwi.

Penghargaan pertama yang diraih oleh Sukuk Negara didapat pada tahun 2009. Instrumen sukuk seri IFR001 dan FR002 mendapat penghargaan Deal of The Year in Southeast Asia dari Alpha Southeast Asia. Tahun berikutnya, sukuk seri SNI 14 mendapat sembilan penghargaan dari berbagai institusi. Pada tahun 2009 tersebut, penghargaan lainnya juga datang untuk sukuk seri IFR001, IFR002, dan SR001. Tahun-tahun berikutnya, Sukuk Negara diakui dunia dengan bukti apresiasi yang diberikan setiap tahunnya.

Instrumen Green Sukuk bahkan sudah meraih 15 penghargaan internasional, antara lain dari IFR Asia, Islamic Finance News, Finance Asia, Euromonet, The Aset Triple A, Climate Bond Initiative, dan Cambridge IFA. Jenis instrumen ini mulai diterbitkan pada tahun 2018. Berdasarkan Impact Report Green Sukuk per tahun 2022, diperkirakan terjadi penurunan emisi gas rumah kaca sebanyak 10,42 juta ton C02, tambahan kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan sebesar 7,36 kWh, 8,51 juta rumah tangga yang mendapatkan manfaat dari pengelolaan sampah yang lebih baik, serta berbagai proyek ramah lingkungan lainnya.

“Untuk Green Sukuk, penghargaan itu tidak sekadar bahwa kita mendapatkan apresiasi. Tapi lebih kepada bagaimana kita dari sisi tata kelola itu benar-benar bisa mem-provide,” ujar Dwi.

Ia menjelaskan bahwa selain menyusun framework Green Sukuk, pihaknya juga harus membuat Impact Report. Bukan hanya menyusun laporan biasa, melainkan juga harus memetakan apa saja dampak dari proyek yang dibiayai Green Sukuk. Laporan tersebut disusun tahunan dan diaudit oleh auditor independen yang sangat kompeten dan dipercaya oleh investor. Penghargaan yang diraih selama ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia dapat membuat tata kelola Green Sukuk yang baik.

“Tidak hanya sekadar green label saja, tapi kita tahu bahwa kita melakukan dengan baik dan berkontribusi betul. Dan ini sebagai komitmen pemerintah memerangi emisi karbon dan perubahan iklim yang sangat berdampak tidak baik buat dunia,” ungkap Dwi.

Tantangan dan peluang

Meski terus melakukan inovasi tiada henti, Dwi mengakui bahwa proses mengembangkan Sukuk Negara juga menghadapi banyak tantangan. Saat ini, ia merasa pelaku pasar atau investor masih memperlakukan berbeda antara Surat Utang Negara (SUN) dengan Sukuk Negara. Menurutnya, perlakuan berbeda tersebut lantaran SUN hadir lebih dulu, berkembang lebih dulu, lebih praktis, serta lebih likuid.

“Kalau pertumbuhannya kan sudah cukup bagus ya, sekarang ini kita sebesar 20 persen di market, tapi kalau dari sisi issuance setiap tahunnya kita sekarang sudah 30 persen dari total SBN-nya. Nah, kalau ke depannya harapannya nanti setidaknya bisa 50-50 untuk SUN dan Sukuk,” harap Dwi.

Menurut Dwi, imbangnya persentase antara SUN dan Sukuk Negara ini penting karena diversifikasi investor menjadikan pembiayaan APBN akan lebih berkelanjutan. Apalagi, karakter investor Sukuk Negara selama ini dinilai lebih resilien atau tahan banting. Mereka tidak mudah terguncang oleh kondisi pasar.

“Kebanyakan memang buy and go. Tidak masalah mau terjadi krisis, mau terjadi apa, yang penting saya dibayar tepat waktu, tepat jumlah. Sehingga dengan diversifikasi investor tadi, kalau kita porsinya sama, berarti nanti akan lebih sustain di sisi pembiayaan kita. Kalau sekarang kan lebih banyak ke surat utang negara,” ungkap Dwi.

Saat ini, edukasi tentang Sukuk Negara terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat secara menyeluruh tentang Sukuk Negara. Ke depannya, diharapkan makin banyak masyarakat yang membeli Sukuk Negara dan berkontribusi terhadap pembangunan nasional. Pemerintah juga terus berupaya untuk memperkuat kerangka dan regulasi untuk Sukuk Negara agar kepercayaan investor terus meningkat.

Prospek masa depan Sukuk Negara diperkirakan cerah. Saat ini permintaan untuk instrumen keuangan syariah, termasuk Sukuk Negara, menunjukkan tren terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi syariah global. Dengan imbal hasil saat ini yang berada di kisaran enam persen, Sukuk Negara menjadi instrumen investasi yang menarik dan menjanjikan. Dwi mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut berinvestasi pada Sukuk Negara. Dengan ikut berinvestasi, masyarakat Indonesia tidak hanya mendapat keuntungan dari imbal hasil, tetapi juga berkontribusi untuk kemajuan ekonomi Indonesia.

“Sudah langsung kontribusi untuk kemajuan ekonomi Indonesia, terutama untuk memberikan kehidupan yang lebih baik untuk anak-cucu kita,” pungkas Dwi.


Reni Saptati D.I.
Artikel Lain
TELUSURI


Ekonomi Indonesia 2024, masih terjaga dalam tren positif, Visual: Tubagus
Ekonomi Indonesia 2024, masih terjaga dalam tren positif, Visual: Tubagus  


Pemanfaatan Analisis Sentimen dalam Peningkatan Kualitas Layanan Contact Center. Ilustrasi oleh Aditya W.
Pemanfaatan Analisis Sentimen dalam Peningkatan Kualitas Layanan Contact Center. Ilustrasi oleh Aditya W.