Tugas Berat Pasukan Perbatasan

Potret Kantor
1 November 2021
OLEH: Aditya Wirananda
Tugas Berat Pasukan Perbatasan

 

Seperti nyamuk, satu ditepuk, datang setumpuk. Berbagai upaya penyelundupan di perbatasan seolah tiada mati. Dari barang-barang sederhana sampai narkoba. Sepanjang Januari sampai dengan Agustus 2021, Bea Cukai Batam telah melakukan lebih dari 350 tindakan penegahan. Jumlah yang bahkan lebih dari jumlah hari sepanjang periode itu sendiri. Itupun belum termasuk penindakan terhadap penyelundupan narkoba.

Lalu lintas barang terlarang

Ambang Priyonggo, kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Batam (KPUBC Batam) atau lebih familiar disebut Bea Cukai Batam mengatakan, “kalau kita nangkap sekarang (dengan satuan) gram, atau satu kilo dua kilo, itu sudah hal biasa dan sering.” Pada September silam, berkolaborasi dengan Kantor Wilayah Bea dan Cukai Tanjung Balai Karimun dan Polri, Bea Cukai Batam berhasil menegah 107 kilogram narkoba jenis sabu-sabu.

Salah satu kasus penyelundupan narkoba terbesar di wilayah Batam terjadi pada Februari 2018. Saat itu, tim gabungan operasi antara Bea Cukai dan Polri menghasilkan penindakan terhadap lebih dari 1,5 ton narkoba jenis sabu-sabu di Perairan Selat Philips (perbatasan Singapura – Batam). Kapal pengangkut narkoba yang berhasil ditangkap saat itu juga merupakan buronan sejumlah negara.

Selain itu, tantangan dalam tugas pengawasan yang dihadapi Bea Cukai Batam adalah pengendalian barang-barang kena cukai. “Khususnya tembakau, baik dari yang asalnya Batam maupun juga yang asalnya dari luar negeri yang masuk ke Batam,” ujar Ambang. Pada 2021, Bea Cukai Batam berhasil menindak 50 juta batang produk tembakau ilegal dengan potensi kerugian negara mencapai 100 miliar rupiah.

Pengawasan dan penindakan macam ini tidak pernah berjalan sederhana. Penindakan pada akhir Agustus silam, misalnya, dua petugas Bea Cukai Batam harus jadi korban kekerasan massa yang menolak barangnya yang berupa rokok ilegal diangkut petugas. Atau seperti yang terjadi pada Februari, saat Bea Cukai Batam menindak kapal pengangkut minuman beralkohol. Kapal pengangkut minuman beralkohol yang ditindak oleh Bea Cukai Batam dikandaskan oleh pelaku. Para petugas Bea Cukai Batam mesti mengerahkan sumber daya ekstra untuk memindahkan barang bukti berupa kapal itu.

Penindakan terhadap narkoba jenis sabu-sabu terbesar di Perairan Selat Philips (foto : Dokumentasi DJBC)

Peningkatan kemampuan

Tugas-tugas yang pelik bikin kantor yang sudah 50 tahun beroperasi ini terus berbenah. Lebih-lebih, area pengawasannya berada di sekitar Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang termasuk kategori jalur perdagangan laut terpadat di dunia.

Dari sisi internal, Bea Cukai Batam terus memutakhirkan sejumlah perangkat pengawasan yang dimiliki, seperti Coastal Surveillance System (CSS), kapal patroli, serta sejumlah perangkat lainnya. Selain itu, kompetensi pegawai juga terus dikembangkan melalui sejumlah program, seperti diklat, latihan bela diri, serta peningkatan kemampuan penggunaan senjata api.

Selain itu, Bea Cukai Batam juga mengembangkan sistem pengawasan dengan penerapan teknologi identifikasi otomatis. Sistem ini mengintegrasikan stasiun pengawasan di darat dengan sistem pengawasan maritim pemantau gerak-gerik kapal. Sistem ini digunakan untuk memantau aktivitas dari semua pergerakan kapal dengan menitikberatkan pada perlindungan lingkungan dan kegiatan anti-penyelundupan pada area yang telah ditentukan. Pun, untuk memudahkan unit patroli laut dalam mengambil tindakan terhadap pelanggaran kepabeanan. “CSS berhasil mendeteksi beberapa kapal jenis High Speed Craft (HSC),” ujar Ambang melalui jawaban tertulis, “yang terindikasi, atau dicurigai melakukan pelanggaran ketentuan Kepabeanan dan cukai.

Patroli laut untuk memantau aktivitas dari semua pergerakan kapal (foto; KPUBC Batam)

Integritas dan kerja sama

Tugas berat di perbatasan tentu tak mungkin dijalani tanpa kerja sama. Lebih-lebih, Bea Cukai Batam punya lebih dari 400 pegawai. Pun, dari jumlah itu, lebih dari 75 persen adalah jiwa-jiwa muda yang berusia di bawah 30 tahun. Ambang mengatakan bahwa hal itu tak luput dari kultur kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan yang kuat mengakar di Bea Cukai. “Itu memang dibangun terus menerus,” ujar Ambang, “korsa, kerja sama, loyalitas, dan sebagainya.” Dengan kesamaan nilai itu, pegawai dapat memiliki kedekatan dan kelekatan yang membantu dalam penyelesaian tugas.

Ihwal masa depan, Ambang berharap Bea Cukai Batam menjadi teladan soal integritas. “Visi saya adalah menjadikan Batam percontohan di sisi integritas. Jangan sampai ada isu integritas di sini,” ujarnya. Ia melanjutkan, “Selain itu juga, kalau ‘lulus’ dari Batam harus jadi pegawai yang profesional. Karena Batam adalah salah satu kantor di Bea Cukai yang (pekerjaannya) paling kompleks.”