Tangani Kesehatan Sekaligus Bantu Pulihkan Ekonomi

1 April 2021
OLEH: Dara Haspramudilla
Tangani Kesehatan Sekaligus Bantu Pulihkan Ekonomi
 

Selama pandemi, Badan Layanan Umum (BLU) Kesehatan berperan besar dalam penanganan Covid-19. Tidak hanya mengobati dan merawat, BLU Kesehatan juga dituntut mengedukasi masyarakat untuk mencegah penyebaran virus.

Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH, Chairman Indonesia Health Economic Association menjelaskan BLU Kesehatan mengemban dua amanah.

“Pertama, menjaga agar masyarakat di lingkungannya terbebas dari risiko sakit, termasuk infeksi virus Covid-19. Kedua, melayani masyarakat yang sakit khususnya Covid-19 selama pandemi,” jelasnya.

Menjaga masyarakat tetap sehat adalah peran promotif dan preventif BLU Kesehatan. Bagi Rumah Sakit Sardjito peran ini dilakukan dengan berkolaborasi bersama masyarakat sekitar.

“Dalam pencegahan peran masyarakat adalah garda terdepan. Saat sudah sakit dan perlu perawatan lanjut baru rumah sakit ada di lini pertama untuk bergerak. Jadi, kita menguatkan peran edukasi melalui kolaborasi dengan teman-teman LSM, kelompok masyarakat dan profesional”, tutur dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG(K), Direktur Utama RS Sardjito.

Berkontribusi memulihkan ekonomi

Kesehatan dan ekonomi bagai dua sisi mata uang. BLU Kesehatan dinilai turut berperan dalam pemulihan ekonomi.

“BLU Kesehatan itu frontliners dalam menjaga produktivitas masyarakat. Ini yang saya sebut spiral, saling memperkuat antara kesehatan dan ekonomi. Pandemi Covid-19 memberi kita pelajaran. Ketika orang kena Covid-19 dan sakit, semua takut dan tidak bekerja. Ekonomi pun berhenti. Maka, saat anggaran cukup banyak, perkuatlah pelayanan promotif, preventif dan kuratif agar ekonomi bergerak,” ujar Guru Besar FKM UI ini.

Rukmono menyampaikan RS Sardjito juga turut berkontribusi dalam pemulihan ekonomi melalui percepatan pengadaan dan imbauan kepada para pegawai untuk menggerakkan ekonomi sektor riil.

“Pertama, kita berhasil mempercepat proses pengadaan. Misalnya, alokasi babun (bagian anggaran bendahara umum negara -red) Rp245 miliar dan selesai dalam waktu 50 hari. Itu luar biasa menggerakkan ekonomi. Selain itu, kita juga mengimbau para pegawai ketika memperoleh tunjangan dan insentif agar dibelanjakan untuk bantu tetangga-tetangga yang berjualan di pinggir jalan,” tuturnya.

Strategi optimalkan pelayanan.

Sumber daya manusia, tata kelola dan dana adalah elemen yang perlu diperkuat agar BLU Kesehatan dapat lebih optimal memberikan pelayanan.

Menurut Hasbullah dari sisi SDM perlu adanya penguatan persepsi pegawai terkait tugas pokoknya yakni melayani masyarakat.

“Jika ini belum terbentuk maka konflik dapat terjadi. Beberapa pimpinan BLU Kesehatan yang pernah bertemu saya mengeluhkan klaim dengan kasus Covid-19 yang tertunda. Saya katakan bahwa Anda ini BLU, kalau swasta boleh mengeluh itu. Soalnya anda BLU dan sudah digaji pemerintah, insentif itu jadi bonus buat Anda,” ujarnya.

Ia menambahkan masalah anggaran juga menjadi tantangan di level makro.

“Diagnosis penyakit sistem kesehatan kita adalah kekurangan gizi serius, malnutrisi berat. Kalau kurang dana sama kayak anemia. Bagaimana mau bekerja baik? Dengan dana hanya sebesar itu ibarat kita tidur, banyak nyamuk, lalu selimutnya tanggung hanya 1 meter. Tutup kepala, kaki digigit nyamuk. Tutup kaki, kepala digigit nyamuk. Jadi, perlu diperlebar lah selimutnya itu, cover kesehatannya,” tambahnya.

Sementara itu, RS Sardjito saat ini tengah meningkatkan produktivitas pegawai serta tata kelola terutama di sisi manajemen data.

“Saat ini kita sedang meningkatkan produktivitas temen-temen, sekaligus memperbaiki tata kelola. Jika diperhatikan kita masih boros akibat sistem tata kelola terutama manajemen data itu kelemahan kita. Kalau bisa difasilitasi dari pengelola BLU agar kita tidak perlu membuat sistem manajemen data sendiri dan juga agar data ini terintegrasi,” harapnya.

Jalin sinergi antar instansi

Selain penguatan internal, sinergi BLU Kesehatan dengan instansi lain juga diperlukan agar pelayanan semakin andal. Sinergi perlu dieratkan untuk membentuk kesepahaman mengenai sifat alamiah BLU Kesehatan untuk meminimalkan konflik.

“Saya sering temui tension terkait kebutuhan belanja BLU Kesehatan di antara pemeriksa, inspektorat di daerah atau BPK dan BPKP. Bidang kesehatan ini kompleks dan seringkali orang keuangan atau inspektorat tidak memahami kompleksitasnya. Untuk itu, pimpinan BLU Kesehatan perlu memberi pemahaman karakteristik alamiah layanan kesehatan dengan layanan lain di mana ada unsur uncertainty seperti Covid-19 ini contohnya tiba-tiba muncul dan tidak bisa dianggarkan sebelumnya,” jelasnya

Hal senada juga diungkap Rukmono. Menurutnya, ketidaksepahaman ini berdampak pada kinerja pelayanan kesehatan.

“Tapi verifikator itu juga nuwun sewu kadang-kadang membuat kita pusing juga. Ada perbedaan pendapat yang kadang membuat kita berpikir wong ahlinya kita, para dokter, tapi mereka lebih menjudge apa yang dilakukan. Semoga kedepannya ini bisa diperbaiki agar pelayanan kesehatan masyarakat semakin optimal,” harapnya.

Terkait sinergi, menurut Rukomon RS Sardjito selalu berkomunikasi dan berkoordinasi intensif dengan instansi lain.

“Secara formal kita terus berkoordinasi dan memberikan pemahaman tentang kompleksitas layanan kesehatan kepada auditor. Di samping itu, di level rumah sakit kita juga ada forum mingguan dan bulanan yang melibatkan semua. Kita membuka ruang komunikasi agar tidak muncul hambatan di lapangan,” pungkasnya.