Dedikasi Santri Bagi Petani Kopi

15 Maret 2022
OLEH: Resha Aditya Pratama
Dedikasi Santri Bagi Petani Kopi
 

“Saya harap Kopi Lemar bisa melebarkan sayap dan bisa terkenal sampai tingkat internasional,” ujar  M. Ali Machrus. Pemuda tersebut melihat potensi produk daerahnya dan bertekad untuk mengembangkannya sampai taraf internasional.

Pengabdian untuk Daerah

M. Ali Machrus atau sering disapa Ali merupakan pemuda asli daerah Singosari, Malang yang terkenal dengan sosok pembelajar.Ali menempuh Pendidikan S1 dan S2 nya di Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Saat menjadi penerima beasiswa LPDP, Ali memiliki komitmen untuk berkontribusi melalui pengabdiannya ke daerah tanah kelahirannya. Selepas lulus S2 pada pertengahan tahun 2020, Ali yang juga sebagai santri mengabdi kembali ke pondok asalnya di Singosari. Gus Ulum adalah guru Ali di pondok yang juga memiliki perkumpulan para petani kopi pada saat itu.

Ali melihat potensi yang sangat luar biasa dari jenis kopi ini. Kopi Lemar atau Kopi Lembah Arjuno pernah menjadi juara lelang nasional kopi di Bali, kategori arabika speciality grade yang paling tinggi. Secara geografis, iklim di lembah Arjuno Singosari yang terletak pada kaki Gunung Arjuno sangat cocok untuk penanaman pohon kopi.  “Jadi saya pikir ini ada potensi bagus, tapi nggak booming karena petaninya ya tua-tua, masih tradisional, alat-alatnya belum banyak, masih seadanya, dan belum bisa menjual dalam keadaan matang. Jualnya masih keadaan mentah kemudian sosial media mereka ‘nggak nguasai, dan lain-lain. Saya coba bantu. Istilahnya booming bahwa kopi ini pernah juara. Akhirnya saya masuk,” cerita Ali.

Pohon Kopi yang menjadi produk utama masyarakat desa di kawasan lembah Arjuno  (Foto: Dok. Pribadi)

Gerakan Edukopi

Seperti membuat fondasi rumah yang kokoh, Ali memulai dengan merapikan semua urusan administrasi dan  legalitas hingga akhirnya menjadikan perkumpulan para petani kopi tersebut resmi dinamakan Wonosantri. Asal katanya, Wono berarti hutan, dan santri menjadi background orang-orang yang masih memiliki semangat mencari ilmu. Selain fokus pada produksi dan pengolahan biji kopi, Wonosantri juga mempunyai suatu gerakan yang bernama Gerakan Edukopi.  Gerakan ini memberikan edukasi kepada para petani di Lembah Arjuno atas besarnya potensi yang dimiliki Kopi Lemar. “Jadi petani istilahnya mengolah kopi itu masih tradisional sehingga harganya ‘nggak bisa mahal, kemudian masih banyak tengkulak. Akhirnya, gerakannya ada di edukasi untuk mereka,” tambah Ali.

Dari skala 100 persen, menurut Ali faktor yang mempengaruhi rasa kopi secara signifikan  60 persen berasal dari faktor petani, roasting atau penyangraian sebesar 30 persen, dan barista penyajian sebesar 10 persen. Jadi kopi enak yang biasa diminum 60 persen ditentukan oleh para petani, dimulai dari proses penanam, perawatan hingga pemanenannya. 

Proses produksi kopi Lemar (Foto: Dok. Pribadi)

Di edukopi ini Ali dan timnya membagikan ilmu kepada para petani kopi agar kualitas rasa kopinya selalu terjaga. Karena Kopi Lemar termasuk dalam kopi grade premium, dalam produksinya, Wonosantri menerapkan SOP yang sangat panjang dan berbeda dari jenis kopi lainnya. SOP yang panjang inilah yang membuat cita rasa kopi Lemar menjadi premium. Brand Kopi Lemar telah memiliki hak paten yang sudah terdaftar di Haki sehingga kopi ini hanya diproduksi oleh Wonosantri yang menjaga quality control-nya.

Ibarat perahu yang berlayar di lautan yang terkadang menjumpai air laut yang kadang tenang hingga gemuruh ombak, dalam mengembangkan Wonosantri Ali juga dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari kendala permodalan, tengkulak, pandemi COVID-19, hingga legalitas. Menurutnya, tantangannya masih banyak mengingat usia pendirian Wonosantri masih tergolong muda, baru sekitar 1,5 tahun.

Salah satu kegiatan peduli lingkungan yang dilakukan Wonosantri (Foto: Dok. Pribadi)

Sosok Pembelajar

Ketika kecil, Ali menjadi sosok yang paling getol belajar saat dirumah. Sejak SMP hingga kuliah S2, Ali mendapatkan beasiswa mulai dari bidikmisi hingga menjadi penerima beasiswa LPDP. “Ketika saya disekolahkan oleh negara, ya saya harus benar-benar kontribusi,” tegas Ali. Sejak itu, Ali mulai fokus untuk berkontribusi kepada negara melalui pengembangan Wonosantri. Sosok pembelajar Ali terbawa hingga ke Wonosantri, edukopi adalah salah satu contohnya. Ali menjadikan Wonosantri tidak hanya sekadar menjual kopi atau menanam kopi, tetapi edukopi juga menawarkan edukasi bagi para petani maupun wisatawan yang datang ke lereng Arjuno.

Bertemu dengan teman-teman saat menempuh pendidikan LPDP sangatlah membuka wawasan pria asal Malang ini. Berkat beasiswa LPDP, Ali bertemu dengan berbagai macam teman-teman seangkatan yang memiliki visi yang sama yaitu berkontribusi bagi negeri. Selepas lulus hingga sekarang, para alumni LPDP masih sering mengadakan pertemuan dan saling berbagi informasi.   

Bagi Wonosantri, ikhtiar sebagai doa lahiriyah dan doa sebagai ikhtiar batiniyah. Moto ini berarti antara doa dan ikhtiar harus seimbang. Jika sudah ikhtiar maka harus berdoa dan jika sudah berdoa maka tetap harus berusaha. Selain itu, sebagai pendiri Wonosantri, Ali juga menggaris bawahi pentingnya belajar sepanjang hayat. “Saat kita lahir sampai kita meninggal, kita semuanya tetap belajar. Jadi jangan pernah berhenti belajar”, pungkasnya.