Limpah Energi Limbah Sapi

14 April 2022
OLEH: Resha Aditya Pratama
Limpah Energi Limbah Sapi
 

Perkembangan teknologi konversi energi semakin meningkat dikarenakan keterbatasan bahan bakar fosil. Kebutuhan untuk teknologi yang energi terbarukan menjadi keniscayaan. Lathifa Putri Afisna, salah seorang penerima beasiswa LPDP, mengabdikan ilmunya dalam perkembangan teknologi konversi energi ini. 

Energi Terbarukan

Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi yang dapat mengubah energi dari bentuk satu ke bentuk lainnya yaitu teknologi konversi energi.  Berawal dari pendanaan hibah Dikti yang pernah didapat dari lomba Program Kreativitas Mahasiswa dengan mengangkat tema energi terbarukan, Lathifa Putri Afisna yang kerap disapa Putri memulai ketertarikannya dengan bidang ini.

 Putri merupakan awardee LPDP yang melanjutkan studi S2 nya di Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat ini Putri berprofesi sebagai Dosen Teknik Mesin di Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Selain itu, Putri juga menjadi Ketua Kelompok Keahlian Konversi Energi ITERA. Salah satu hasil penelitiannya adalah teknologi biogas. Teknologi ini telah diaplikasikan di sebuah peternakan sapi yang bernama Sanjaya Farm.

Putri saat acara wisuda dari studi S2-nya di UGM

Teknologi Biogas

Sanjaya Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan peternakan sapi berlokasi di Bandar Lampung yang dikelola oleh Putri serta sang suami. Dalam perjalanannya, usaha ini sering mendapatkan berbagai tantangan dan permasalahan terutama terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh sapi. Situasi sulit tersebut justru mendorong Putri membuat sebuah teknologi yang dapat mengkompresi limbah kotoran sapi menjadi energi biogas.

Secara sederhana prinsip dalam pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Desain dan pembuatan reaktor biogas yang benar diharapkan akan menghasilkan gas metana yang baik dengan mengukur beberapa parameter. Reaktor biogas tersebut mampu menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk keperluan memasak sehari-hari. Adanya pemanfaatan biogas ini akan sangat mendukung permasalahan limbah yang dihasilkan oleh sapi.  Dengan adanya teknologi biogas ini diharapkan peternakan memiliki tata kelola lingkungan yang lebih baik, kondisi yang lebih nyaman dan asri, memberikan kesan positif pada lingkungan dan mengurangi bahan bakar fosil, serta dapat digunakan sebagai energi listrik alternatif.

Namun, mengubah biogas menjadi energi listrik alternatif rupanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Putri harus berjibaku memutar otak dalam pemanfaatan biogas menjadi energi listrik yang mengalami kendala dalam proses kompresi biogas ke dalam tabung gas sehingga ia membutuhkan saran dari para ahli biogas. “Karena kan ini perlu di kompres ke dalam tabung gas, karena untuk sebuah konversi jadi biogas menjadi energi listrik itu menggunakan genset. Itu membutuhkan tekanan yang stabil. Jadi tekanan stabil ini kita dapat dari tekanan yang dihasilkan tabung biogas,” jelas Putri.

Selain itu, terdapat pula tantangan untuk memperkenalkan teknologi ini ke masyarakat. Putri berharap peternakan sapi Sanjaya Farm akan menjadi percontohan di Bandar Lampung untuk peternakan yang ramah terhadap lingkungan. Putri berharap peternakan- peternakan sapi yang berada di muka bumi tidak membuang secara cuma-cuma kotoran sapi, namun digunakan untuk pemanfaatan biogas sehingga limbah tersebut tidak mencemari lingkungan.

Putri bersama tim kelompok keahlian konversi energi ITERA dan Sanjaya Farm

Mimpi menjadi Guru Besar

Wanita yang menjadi dosen di ITERA pada usia 26 tahun ini mempunyai keinginan untuk menjadi guru besar. “Mimpi ini sudah saya ukir semenjak bangku SMA ketika guru menanyakan tentang cita-cita siswanya dan ditulis pada kertas yang ditempelkan di dinding kelas”, kenang Putri. Mimpi ini perlahan terwujud berkat beasiswa LPDP yang ia peroleh untuk menempuh studi S2-nya. Berasal dari keluarga yang kurang mampu dan memiliki dua orang adik yang masih kuliah, Putri sangat merasakan manfaat dari beasiswa LPDP ini. “Saya memilih LPDP karena merupakan beasiswa yang dinamis mengikuti kebutuhan zaman. Selain itu, misi LPDP yang ingin mencetak sumber daya manusia menjadi pemimpin bangsa selaras dengan tujuan saya menjadi dosen. Saya juga bercita-cita dapat mencerdaskan anak bangsa sesuai perkembangan zaman” ujar Putri.

Banyak hal baru yang ditemui Putri ketika menempuh pendidikan S2-nya di UGM. Salah satunya Putri belajar bagaimana menjadi mahasiswa yang memiliki semangat tinggi belajar namun juga tetap aktif dan saling membantu dalam sebuah team work.

Ada sebuah petuah yang selalu Putri ingat yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain dan ketika menjadi orang yang bermanfaat maka pahala tidak akan pernah putus. Pesan ini merupakan kalimat yang sampai sekarang ditanamkan dalam hati Putri. “Jangan hanya bekerja keras namun juga harus bisa bekerja cerdas. Indonesia membutuhkan orang-orang yang berilmu dan berakhlak untuk menghadapi masa depan yang lebih baik lagi. Tetap semangat dalam meraih cita-cita dan berkontribusi kembali untuk bangsa Indonesia,” tutup Putri.