Jelajah Teknologi, Jelajah Negeri

1 Mei 2021
OLEH: Resha Aditya Pratama
Jelajah Teknologi, Jelajah Negeri
 

Pesawat nirawak atau lebih sering disebut drone saat ini sudah banyak digunakan. Tidak hanya untuk pengambilan foto atau video saja, drone rupanya bisa dimanfaatkan di berbagai sektor sesuai kebutuhan pasar. Beehive Drones mampu menjawab tantangan kebutuhan pasar tersebut. Albertus Gian Dessayes Adriano adalah salah satu founder dari perusahaan yang berlokasi di kota Yogyakarta tersebut. Gian juga merupakan awardee LPDP yang melanjutkan studi S2 nya di Inggris. Seperti apa kisahnya? Simak perbincangan Media Keuangan berikut ini.

 

Bisa diceritakan tentang awal mula berdirinya Beehive Drones? 

Saat kuliah di London pada tahun 2017, saya bertemu dengan sahabat saya, Mas Ishak Hilton Pujantoro Tnunay yang sekarang menjadi Chief Technical Officer Beehive Drones. Kala itu, saya berkomitmen setelah selesai studi S2, saya ingin mendirikan sebuah perusahaan sementara Mas Hilton sendiri berkomitmen untuk membuat pusat riset khususnya di bidang control system. Singkat cerita, kami berkolaborasi menggabungkan kedua ilmu kami. Dan akhirnya, kami membuat perusahaan yang menjual control system dan custom drone yang sesuai permintaan klien. Jadi Beehive Drones itu adalah perusahaan penyedia sistem untuk pesawat tanpa awak yang riset-based, dimana kelebihannya adalah kami bisa menjawab permintaan pasar sesuai kebutuhan.

 

Saat ini, teknologi Beehive Drones ini telah masuk ke sektor apa saja? 

Beehive Drones sudah menjawab beberapa kebutuhan pasar. Contohnya di sektor agrikultura seperti drone untuk menyiram (air dan pupuk) dan drone untuk foto. Drone foto ini kami analisa lebih lanjut sesuai kebutuhan klien seperti mengecek kondisi kesehatan pohon, jadwal panen, pemetaan wilayah, dan sebagainya. Selain itu, kami juga masuk ke sektor pengawasan. Pengawasan di pelabuhan, laut, perbatasan kebun, perbatasan daerah maupun negara. Di daerah-daerah tersebut tidak ada tiang listrik untuk CCTV. Oleh karena itu, pilihannya bisa memakai drone. Saat ini, Beehive Drones sudah digunakan oleh berbagai macam perusahaan swasta di Pulau Kalimantan, Jawa, dan Bali dengan berbagai macam kebutuhan tadi.

 Kami juga sedang membuat drone untuk mengirimkan supply medis di wilayah pedalaman. Rata-rata daerah pedalaman di Indonesia sangat susah untuk diakses. Drone pengantar kebutuhan medis ini akan kami rilis di semester kedua tahun ini dan pilot project-nya dilakukan di Sumatera dan Sulawesi. Mungkin ke depannya pada saat ada program vaksinasi ke daerah pedalaman, kami bisa membantu untuk mengirimkan vaksin dengan drone.

 

Apa yang menjadi tantangan terbesar bagi Beehive Drones? 

Secara umum tantangannya ada dua. Pertama adalah bagaimana caranya drone itu bisa terbang sejauh mungkin. Jadi kami sedang mendesain drone yang radius terbangnya dapat mencapai 50 km. Kalau bolak-balik menjadi 100 Km. Targetnya adalah bagaimana bisa terbang sejauh jarak tersebut dan bisa mendarat dengan presisi. Masalah yang kedua adalah regulasi di Indonesia. Pesawat tanpa awak yang memiliki izin terbang itu seperti apa? Seharusnya Beehive Drones sudah comply dengan regulasi yang ada saat ini sehingga kami bisa gunakan untuk pengiriman supply medis tadi.

 

Beehive Drones didirikan oleh Albertus Gian (Foto: Dok. Pribadi)
Albertus Gian Dessayes Adriano (Foto: Dok. Pribadi)

Apa yang membuat Anda tertarik mendaftar beasiswa LPDP? 

Menurut saya beasiswa di Indonesia itu ada dua kriteria yaitu beasiswa bagi yang tidak mampu dan bagi yang berprestasi. Namun ternyata tidak untuk LPDP. LPDP ini filter-nya tidak hanya berdasarkan kedua kriteria itu saja. Di LPDP, mereka melihat apakah kita memiliki visi yang bisa berkontribusi untuk bangsa dan negara ini. Saya bersyukur bisa masuk menjadi bagian LPDP dengan visi saya.

 

Apa yang membuat Anda tertarik studi ke S2 pada Advanced Materials Science and Engineering, Imperial College London Inggris? 

Pada tahun 2016, Imperial College merupakan salah satu kampus terbaik di dunia untuk jurusan Advanced Materials. Saya melihat ilmu material merupakan ilmu dasar. Contohnya, orang bisa membuat elektronik karena ada semikonduktornya, dimana semikonduktornya itu orang-orang material yang buat. Nah, ilmu-ilmu yang fundamental itu lebih bagus di Inggris. Jadi, saya memilih tempat terbaik untuk menimba ilmu saya yaitu di Imperial College.

 

Pengalaman menarik apa yang paling berkesan bagi Anda? 

Saya merasa sampai saat ini, saya berutang budi pada LPDP karena pengalaman hidup berharga saya banyak terjadi saat saya dikuliahkan oleh LPDP. Mulai dari seleksi, kuliah di Inggris, bertemu dengan tokoh-tokoh penting, mendirikan Beehive Drones, lalu ikut kompetisi juara di Machester hingga mewakili Indonesia di Imagine Cup. Hal-hal seperti itu tidak pernah saya mimpikan sebelumnya.

 

Apa pesan Anda bagi anak muda Indonesia yang sedang berjuang meraih cita-cita? 

Pesan saya yaitu jangan menyerah karena pasti ada jalan. Kalau kalian suka dengan satu hal, tidak ada salahnya untuk serius pada hal itu. Setiap yang kita lakukan pasti ada plus minusnya. Tetapi alangkah bahagianya kalau kalian bisa bekerja sambil melakukan apa yang kalian suka. Saya berusaha supaya hal itu juga bisa terjadi pada tim Beehive Drones. Jangan menyerah!