Kejar Peluang, Benahi Strategi, Melejit Lebih Tinggi

Laporan Utama
30 April 2021
OLEH: Dara Haspramudilla
Kejar Peluang, Benahi Strategi, Melejit Lebih Tinggi

 

Halal. Konsep ini dulu lekat dengan muslim. Namun, seiring berjalannya waktu konsep halal semakin inklusif. Saat ini Halal tidak hanya untuk para muslim tetapi untuk seluruh masyarakat.

Halal. Konsep ini dulu lekat dengan muslim. Namun, seiring berjalannya waktu konsep halal semakin inklusif. Saat ini Halal tidak hanya untuk para muslim tetapi untuk seluruh masyarakat.

“Produk halal tidak hanya untuk muslim, semua bisa menikmati. Halal itu baik dari sisi kualitas dan higienisnya. Jadi, halal bukan lagi eksklusif untuk muslim tetapi inklusif untuk semua kalangan konsumen,” jelas Afdhal Aliasar, Direktur Industri Produk Halal, KNEKS.

Halal sudah menjadi gaya hidup sehat terutama untuk makanan dan minuman. Pandemi justru membawa berkah dalam meningkatkan potensi sektor tersebut.

“Setelah pandemi, tren halal healthy food meningkat drastis karena diyakini meningkatkan imunitas. Di Korea, restoran makanan halal banyak dibuka dengan sebutan healthy organic food sama seperti Jepang dan Taiwan. Bahkan, negara-negara Eropa juga meyakini halal is a brand dan healthy,” jelas Sapta Nirwandar, Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center.

Potensi besar industri halal

Di masa pandemi Covid-19, industri produk halal masih mampu mencatatkan kinerja positif. Di tengah tekanan perekonomian dunia, industri ini tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,2 persen atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 sebelum pandemi yaitu 2,3 persen. Ini memperlihatkan bahwa potensi pasar produk halal global besar. Tentu saja ini adalah peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan potensi industri halal sehingga bisa memenuhi keinginan baik untuk Indonesia sendiri maupun pasar global.

Di Indonesia, potensi industri produk halal sangat besar.  Laporan Indonesia Halal Economy Report & Roadmap Strategy 2018-2019 mencatat angka belanja domestik pada produk dan jasa ekonomi halal mencapai USD218,8 miliar pada 2017 dan akan terus tumbuh mencapai USD 330,5 miliar pada 2025.

“Indonesia adalah pengekspor produk ekonomi halal terbesar di antara negara lain yang mayoritas penduduknya muslim dengan nilai USD7,6 miliar pada 2017. Ini memperkuat posisi dasar Indonesia sebagai “Mesin Ekonomi Halal Dunia,” ungkap Sapta.

Afdhal menyatakan bahwa posisi Indonesia cukup leading di sektor industri halal. Untuk halal food, kita termasuk konsumen terbesar dengan konsumsi sebesar USD144 miliar di 2019.

“Ini menjadi opportunity kita untuk memproduksi produk halal. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang besar, tetapi juga kebutuhan internasional yang selalu meningkat dari tahun ke tahun,” tambahnya.

Sektor prioritas industri halal di tahun pemulihan

 Dari beberapa sektor industri produk halal yang berkembang di Indonesia, Afdhal berpendapat sektor makanan minuman dan pariwisata adalah sektor prioritas yang dapat dikembangkan di tahun pemulihan ekonomi ini.

“Sektor yang utama untuk industri halal adalah makanan minuman. Namun, jika bicara fokus salah satu pemulihan ekonomi nasional ke depan, kita ingin melihat bagaimana sektor terdampak yakni pariwisata bisa bangkit dan melejit. Selain makanan minuman dan pariwisata yang kita fokuskan, modest fashion juga berkembang masif di masa pandemi,” tutur Afdhal

Perspektif berbeda disampaikan Sapta. Menurutnya saat ini sektor pariwisata halal belum bisa melakukan ekspansi. Ia berpendapat sektor media recreation menjadi salah satu yang bisa difokuskan.

“Untuk halal tourism atau muslim friendly travelling sebelum ekspansi perlu “disembuhkan” terlebih dulu. Kenapa? Bayangkan saja turunnya sampai 80 persen. Untuk meningkatkannya lagi butuh waktu dan perlahan-lahan. Saya setuju dengan media recreation. Mengapa? Sebab, kita memiliki banyak talenta dan produk seni dengan tema religi yang berpotensi,” ujar Sapta

Eratkan Sinergi Pengembangan Industri Halal

“Salah satu kolaborasi besar dengan K/L yakni pengembangan sertifikasi halal untuk UMKM. KNEKS memfasilitasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk bersinergi dengan K/L lain. Sinergi ini dilakukan untuk membina UMKM sehingga dapat naik kelas, memenuhi standar halal dan kedepannya produk mereka bisa tersertifikasi halal. Selain itu, sinergi juga dilakukan dari sisi regulasinya seperti UU Ciptaker yang didalamnya juga memuat soal cara mendapat sertifikasi halal dengan mudah dan terarah,” jelas Afdhal.

Ketika ditanya mengenai sinergi antar lembaha dalam mengembangkan industri produk halal, Sapta menilai ini masih menjadi tantangan. Ia menambahkan Peran KNEKS diperlukan untuk mendorong keterpaduan antar lembaga. 

“Itu yang masih menjadi tantangan. Harus ada keselarasan, keserasian dan integrasi. Mestinya itu sudah dilakukan oleh untuk KNEKS karena ini peran mereka untuk mendorong keterpaduan. Sehingga kalau sudah roadmapnya, adaptasinya dengan Covid-19 ini yang harus cepat supaya kita bisa kompetitif dengan para pesaing kita.

literasi kepada produsen dan konsumen menjadi tantangan utama perkembangan industri halal.

Literasi jadi tantangan utama

“Tantangan tentu banyak, tetapi yang terbesar adalah literasi. Indonesia ini unik. Meski negara dengan penduduk muslim terbesar tapi dalam keseharian kita menganggap halal itu hal yang biasa. Jadi, tanpa kita sadari kadang kita datang ke satu restoran atau membeli produk tanpa mempertimbangkan kontaminasi non halalnya dalam bahan-bahan tidak terlihat seperti emulsifier, pewarna dan perasa. Itu menjadi titik kritis dalam kontaminasi produk halal,” tutur Afdhal.

 Sapta mengamini bahwa literasi menjadi kendala utama. Ia menambahkan selain menyasar konsumen, edukasi juga perlu diberikan ke produsen. Edukasi ini melalui peningkatan kesadaran bahwa menjual produk halal lebih menguntungkan dan terkait aturan main yang perlu diperjelas.

“Pengusaha perlu diedukasi bahwa menual produk halal tidak merugikan melainkan menambah pendapatan dan memperluas pasar. Apalagi saat ini eranya hygiene, safety dan organik dan halal food arahnya ke sana. Selain itu untuk aturan harus jelas jika mereka menjual baik produk halal dan haram perlu diedukasi harus memiliki dapur, peralatan dan bahan masakan yang berbeda,” jelas Sapta.

Harapan besar untuk industri halal 

Industri halal diharapkan menjadi bagian penting perekonomian Indonesia. Tidak hanya itu, Afdhal menyampaikan bahwa ke depan Indonesia harus menjadi pionir untuk industri halal melalui maju dengan produk halal yang inovatif dan strategi pengembangan yang lebih besar lagi.

“Saya harap produk halal dapat menjadi bagian dalam mendorong ekonomi Indonesia yang sustain. Selain itu, kita juga berharap Indonesia bisa menjadi leader dalam industri halal global sebab peluangnya besar sekali dan ini sangat achieveable. Jadi kita harus tampil ke depan dengan percaya diri untuk kita bisa menjadi pemimpin pusat produsen halal dunia dan pemimpin ekonomi syariah global,” harap Afdhal.

Sementara itu, Sapta berharap agar pemerintah membuat kebijakan yang dapat mengintegrasikan ekosistem syariah ini serta bersinergi baik dengan swasta, pemuka agama dan akademisi.

“Pemerintah sudah mendukung kebijakannya dan membuat lembaganya. Nah, yang diperlukan lagi adalah langkah-langkah untuk mendorong implementasi integrasi ini. Pemerintah perlu bekerja sama atau mendorong sektor swasta. Tidak lupa juga para akademisi untuk memberikan informasi dan dukungan dari pemuka agama,” pungkas Sapta