Membangun Relasi dan Berkolaborasi Sejak Dini

14 Juli 2021
OLEH: Dimach Putra
Membangun Relasi dan Berkolaborasi Sejak Dini
 

Generasi milenial dan Gen-Z mendominasi komposisi pegawai di kantor-kantor Kementerian dan Lembaga (K/L). Mereka datang mengabdikan ilmu dan pengetahuannya ke sektor publik. Gegar budaya dirasakan para aparatur muda ini ketika menyadari bahwa semangat mudanya harus disesuaikan dengan birokrasi pemerintahan yang masih berproses untuk terus bertransformasi.

Kami berbincang dengan Alwin Adityo, seorang pegawai Otoritas Jasa Keuangan, dan Friezca Rara Juta dari Kementerian Dalam Negeri. Keduanya adalah Co-chair Aparatur Muda. Bersama beberapa rekan aparatur lain, mereka membentuk komunitas bagi pegawai muda di lingkungan pemerintahan. Berikut petikan wawancaranya.

 

Bagaimana Aparatur Muda terbentuk?

Aparatur Muda terbentuk di tahun 2018. Dimulai dari kumpulan sekitar 30-40 pegawai muda dari berbagai K/L. Awal kami bisa berkumpul karena word of mouth saja. Contohnya, saya waktu itu mengenal seorang rekan dari Kementerian Keuangan yang kebetulan sering bertemu di rapat  antar K/L. Dari obrolan kami, muncul ajakan untuk membuat komunitas informal untuk sesama rekan aparatur. Saya setuju untuk bergabung. Kemudian, saya mengajak teman lain untuk ikut yang kemudian juga mengajak teman-temannya  lagi dari berbagai K/L.

Awalnya kami membuat grup whatsapp untuk memudahkan komunikasi. Dari obrolan di grup tersebut, kami pun memutuskan membuat acara pertemuan perdana, kebetulan saat itu Ramadan jadi sekalian saja kami kemas sebagai buka bersama. Acara tersebut sekaligus  menjadi launching komunitas Aparatur Muda secara resmi. Kami bersyukur ada teman dari Kantor Staf Presiden (KSP) yang berkenan mengatur lokasi pertemuan di kantornya. Bahkan saat itu acara kami dibuka oleh Bapak Moeldoko.

 

Apa tujuan dibentuknya Aparatur Muda?

Sebagai wadah untuk komunikasi dan diskusi seputar kebijakan di K/L yang sedang in. Tujuannya untuk bisa saling mengenal kolega-kolega kami dari lintas K/L.  Sebelum ada Aparatur Muda, kami hanya bertemu di forum-forum yang sangat formal dan lingkungan yang birokratis. Jika bertemu pun hanya bertukar nomor kontak untuk saling menanyakan bahan dan jadwal rapat. Tidak ada social life-nya.

Padahal sebagai generasi muda, kita punya keinginan untuk menyampaikan pendapat dan bertukar ide. Mungkin sebagai masukan untuk sebuah kebijakan atau untuk tahu lebih banyak lagi tentang kebijakan tersebut. Sebagai pegawai yang masih berada di entry level, kami ingin tahu lebih banyak pekerjaan di K/L lain itu gimana sih? Harapannya bisa memperlancar komunikasi, semisal kita nanti menjadi decision maker.

 

Seperti apa sistem kerja dan kegiatan yang dilakukan oleh Aparatur Muda?

Dulu kami membentuk yang namanya steering committee, kemudian kami menyebutnya task force. Intinya, mereka ini adalah seksi sibuk di Aparatur Muda. Orang-orang ini adalah “kompor” yang membuat komunitas ini aktif. Personilnya sih come and go karena ada yang harus melanjutkan studi atau sedang sibuk pekerjaan dan urusan lain. Jumlahnya sekitar 20-an orang, untuk itu kami aktif melakukan rekrutmen tiap tahun menyesuaikan kebutuhan.

Acara yang kami buat cukup beragam. Kami sering mengadakan casual discussion dalam berbagai format. Kadang narasumbernya dari internal kami sendiri, atau biasa kami sebut peer based learning. Selain itu, kami juga biasa mengundang narasumber dari luar untuk nge-lead sesi tersebut. Untuk narasumber eksternal ini kami mengundang para ahli dalam berbagai bidang, mulai dari instruktur yoga, ahli tata bahasa, pejabat publik, hingga profesor dari New York. Pandemi ini bisa dibilang juga membawa berkah, karena memudahkan kami dalam menyelenggarakan acara secara daring. Bahkan kami bisa menjangkau teman-teman aparatur di daerah hingga yang sedang bertugas di luar negeri.

Game night juga kerap diadakan untuk mengakrabkan hubungan.

 

Pernah mendiskusikan tantangan generasi muda yang bekerja di sektor publik, seperti apa?

Kalau dari saya pribadi, dalam penyampaian pendapat di lingkungan formal itu agak susah. Dalam rapat, kita biasanya hanya bisa feeding opini ke pimpinan masing-masing, kemudian mereka yang akan menyampaikan. Sehingga, mungkin opini kita jadi agak terpendam, tidak keluar dan tersampaikan ke pihak counterpart karena adanya layer of bureaucracy tersebut.

Ide kita jadi terhenti, tidak semudah itu untuk bisa sampai ke level decision maker. Hal ini bisa jadi men-discourage critical thinking dari para generasi muda. Nah, di sini peran Aparatur Muda hadir. Sebagai wadah untuk bebas berbagi menyampaikan isi hati dan ide, tanpa melihat latar belakang instansinya atau level keahliannya.

 

Adakah saran untuk sesama pegawai muda agar dapat mengoptimalkan potensinya?

Gunakan waktu sebaik-baiknya di luar jam kantor untuk berjejaring dan mengembangkan potensi dan minat kita. Bukan berarti mengabaikan pekerjaan kita. Tugas utama kita tetap melakukan pekerjaan dari kantor dengan baik. Bagaimanapun kita adalah pegawai yang mencari nafkah dari pekerjaan di instansi masing-masing.

Tapi di luar itu, jangan sia-siakan waktu dan kemampuan kita. Caranya bisa dengan mengikuti essay contest, menulis opini di media, atau sharing dengan sesama. Optimalkan segala cara untuk menyalurkan aspirasi kita sebagai pegawai muda. Tentu harus disampaikan dengan baik dan bijak. Bukan sekadar kritik saja, harus ada constructive feedback-nya.

 

Apa mimpi besar Aparatur Muda ke depan?

Saya menyadari sekarang telah banyak bermunculan komunitas yang mewadahi sesama pegawai pemerintahan muda. Harapannya bisa lebih banyak mengembangkan kolaborasi dan tidak malah menimbulkan sekat-sekat. Jangan ada lagi anggapan bahwa komunitas lain adalah rival, tetapi justru sebagai partner kolaborasi.

Berikutnya, kami terus berusaha untuk menjaring lebih banyak lagi pegawai muda untuk bisa berbagi pengalaman dan aspirasinya dalam forum informal. Saya yakin dengan membina jejaring dan hubungan yang baik dari dini, akan memudahkan kita kelak saat berada di level pembuat kebijakan. Kita sudah tahu siapa rekan yang kita butuhkan untuk berkolaborasi.


Dimach Putra