Mencetak BLU Inovatif dan Kolaboratif

Laporan Utama
1 April 2021
OLEH: Reni Saptati D.I.
Mencetak BLU Inovatif dan Kolaboratif

 

Masyarakat berhak dan harus mendapatkan pelayanan terbaik dari negara. Untuk meningkatkan kualitas layanan, pemerintah menerapkan konsep enterprising the government dalam wujud Badan Layanan Umum (BLU). Entitas ini didesain tidak mengutamakan keuntungan, dikelola otonom dengan menjunjung prinsip efisiensi dan produktivitas, serta diberi fleksibilitas dalam pengelolaan keuangannya. Kini terdapat 244 BLU di Indonesia yang terus memberikan layanan terbaiknya. Menyandang keistimewaan, BLU diminta untuk lebih berkontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi.

Berkontribusi pada masa pandemi

“Dalam satu tahun terakhir BLU dianggap menjadi solusi untuk meningkatkan berbagai layanan pemerintah,” ungkap Direktur Jenderal Perbendaharaan Hadiyanto.

Kontribusi BLU selama pandemi tercatat luar biasa. Rumah Sakit (RS) BLU sebagai bagian BLU rumpun kesehatan telah menangani 34 juta pasien selama tahun 2020. Tak hanya itu, 75 RS BLU pun menjadi RS Rujukan Penanganan Pasien COVID-19. BLU rumpun pengelola dana hadir memberikan bantuan permodalan usaha kepada jutaan masyarakat selama pandemi. BLU rumpun pendidikan juga terus berinovasi antara lain dengan pelaksanaan kuliah daring, pemberian bantuan pulsa, serta perpanjangan masa studi.

Namun demikian, Hadiyanto juga mengakui adanya tantangan dalam melakukan pembinaan pengelolaan keuangan BLU selama masa sulit setahun ini. “Kami harus melakukan reviu dan membuat kebijakan agar BLU mampu bertahan bahkan meningkatkan layanannya di tengah pandemi. PMK 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman Pengelolaan BLU yang terbit di masa pandemi ini memberikan penguatan BLU dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan menfasilitasi ekonomi yang sedang turun,” ujar Hadiyanto.

Menghadapi tahun 2021, Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) Ari Wahyuni menyatakan program dan kegiatan BLU harus dipastikan selaras dengan arah kebijakan makro 2021 dalam percepatan pemulihan sosial ekonomi. Ari menjelaskan, “Kita harus bisa meng-capture segala pengalaman dan informasi yang nantinya akan berguna dalam perumusan regulasi termasuk membangun sistem penanggulangan atau tanggap pandemi.”

Kinerja pendapatan BLU membaik

BLU memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangannya. Namun, Ari menyebut pemberian fleksibilitas itu adalah upaya untuk mendukung penerapan praktik bisnis yang sehat. “Fleksibilitas adalah alat, bukan tujuan menjadi BLU,” tegasnya. Fleksibilitas tersebut harus diimbangi dengan akuntabilitas dan penerapan tata kelola yang baik.

Untuk meningkatkan tata kelola BLU, Direktorat PPK BLU telah menyusun maturity assessment tools yang menilai tingkat kedewasaan suatu BLU. Cara mengukurnya tidak hanya dengan melihat dari sisi output based, tetapi juga memperhatikan sisi process based. “Pada tahun 2021 akan dilakukan piloting penerapan maturity assessment rating ini kepada 47 BLU dan diharapkan metode assessment ini akan diberlakukan ke seluruh BLU di tahun 2022,” tambah Ari.

Terkait kinerja keuangan BLU, Ari menyebut sepuluh tahun terakhir tercatat sangat baik. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pendapatan BLU masuk sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pada periode 2010-2019, PNBP BLU tumbuh di kisaran 21,4 persen. Sementara itu, pada 2020 ketika penerimaan negara lain turun, PNBP BLU justru naik 41,8 persen dibanding tahun sebelumnya.

“Realisasi penerimaan BLU tahun 2020 mencapai Rp69,3 Triliun atau 139 persen dari targetnya yang sebesar Rp50 Triliun. Namun, jika di-breakdown berdasarkan rumpunnya, ada rumpun BLU yang meningkat dan ada yang turun penerimaannya,” ungkap Ari.

Rumpun kesehatan mengalami kenaikan penerimaan sebagai konsekuensi meningkatnya kebutuhan atas layanan jasa kesehatan. Sementara itu, rumpun pendidikan, rumpun penyedia barang/jasa lainnya, dan rumpun pengelola kawasan mengalami penurunan akibat pembatasan aktivitas masyarakat.

Terobosan PKN STAN

Salah satu BLU rumpun pendidikan yang sudah cukup lama menyandang status BLU adalah Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN. Berada di bawah naungan Kementerian Keuangan, PKN STAN resmi menyandang status BLU pada 2008.

“Dalam memaknai status BLU, PKN STAN berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan kepada stakeholders, baik internal maupun eksternal,” jelas Plt. Direktur PKN STAN Bambang Juli Istanto. Ia menambahkan, untuk meningkatkan layanan kepada stakeholders internal terutama mahasiswa, PKN STAN terus mendorong perbaikan tata kelola kita, infrastruktur, dan teknologi sehingga pembelajaran bisa semakin baik dan efektif.

Bambang juga mengupayakan perbaikan layanan untuk stakeholders eksternal, antara lain dalam proses seleksi pendaftaran mahasiswa baru dan pelayanan pendidikan dan pelatihan (diklat) kepada pegawai pemerintah daerah. “Kami bukan mencari keuntungannya, tetapi kami ingin berkontribusi dan berperan dalam upaya pemerintah daerah menyiapkan SDM-nya untuk mengelola keuangan di daerah,” tegas Bambang.

Masa pandemi menjadi masa yang penuh tantangan bagi PKN STAN. Kampus tersebut menjadi salah satu yang pertama kali menyatakan akan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), bahkan sebelum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan PJJ. Metode PJJ merupakan hal baru bagi PKN STAN tetapi menjadi solusi paling tepat yang dapat dipilih. “Kami membangun adaptasi terkait dengan kebutuhan-kebutuhan untuk mendorong layanan dan memastikan efektivitas pembelajaran dengan pola PJJ. Setiap semester pasti ada perbaikan, terutama dari aspek sistem dan pola learning,” ungkap Bambang.

Kerja sama diklat yang diselenggarakan PKN STAN kemudian juga diputuskan hanya dilaksanakan secara daring. Namun, banyak stakeholders yang berkeberatan dengan diklat daring dan menunda kegiatan diklat hingga diklat tatap muka dapat diselenggarakan kembali. Akibatnya, sebagaimana yang dialami BLU rumpun pendidikan lainnya, PKN STAN mengalami penurunan pendapatan yang cukup tajam.

Namun demikian, PKN STAN terus berupaya turut berkontribusi dalam akselerasi pemulihan ekonomi nasional (PEN). Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (Pengmas), PKN STAN mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas UMKM, terutama untuk membangkitkan kembali UMKM pada saat pandemi. Kegiatan Pengmas terintegrasi dengan Program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) yang dipersiapkan untuk mendukung program PEN.

“Jadi kembali ke awal tadi ya, tujuan PKN STAN itu untuk apa sih? Kami punya tugas dan fungsi untuk mengedukasi masyarakat,” Bambang menggarisbawahi. Salah satu program pemberdayaan UMKM yang melibatkan PKN STAN adalah Beli Kreatif Dana Toba (BKDT) di Sumatera Utara. Bersinergi dengan Ditjen Bea Cukai dan Ditjen Pajak, PKN STAN membuka stan layanan untuk pemberian informasi perpajakan, ekspor, dan laporan keuangan. Bambang menambahkan, “Ini kolaborasi yang bagus, tidak hanya internal Kementerian Keuangan, tapi juga antarkementerian.”

Inovasi dan kolaborasi

“Masa extraordinary ini harus disikapi dengan cara yang tidak boleh biasa-biasa saja. BLU harus berstrategi antara lain melalui inovasi,” ucap Ari Wahyuni. Ia mengatakan, secara internal inovasi proses bisnis dan organisasi perlu dilakukan oleh BLU untuk memastikan bahwa layanan dapat di-deliver dengan cara yang efektif, efisien, lesspaper/less-contact, serta mendorong cashless society.

Di sisi eksternal, Ari menekankan perlunya kolaborasi dengan sesaa BLU maupun stakeholders-nya. Inovasi dan kolaborasi yang dibarengi dengan strategi komunikasi yang baik diharapkan mampu menjawab tantangan layanan pada masa mendatang.

“BLU dapat berperan penting dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional mengingat sektor layanan BLU seperti kesehatan, pendidikan, pengelolaan dana/kawasan/aset, dan telekomunikasi, menjadi aspek fundamental yang akan memberikan multipler effect luar biasa,” pungkas Ari.


Reni Saptati D.I.