PT SMF Sulap Kawasan Kumuh Jadi Rumah Layak Huni di Semanggi Surakarta

18 Maret 2024
OLEH: Reni Saptati D.I.
Foto oleh M. Elang S.
Foto oleh M. Elang S.  

Sri Mulyaningsih sudah puluhan tahun hidup di kawasan kumuh bantaran Sungai Pemulung Bengawan Solo. Sejak muda hingga memasuki usia senja, ia terbiasa tinggal di rumah berdinding kayu rapuh, beratap seng yang bocor saat hujan dan pengap saat panas, serta berventilasi minim. Antre lama bersama penghuni kawasan kumuh lainnya di depan toilet umum yang kurang terawat juga menjadi rutinitasnya. Bukannya Sri Mulyaningsih tak mau tinggal di lingkungan sehat dan rumah layak huni, tapi kondisi ekonominya tak memungkinkan.

“Dulu rumahnya tidak layak pakai, seperti kandang ayam. Tidak punya kamar mandi, harus ke kamar mandi umum. Jalannya licin dan becek. Sekarang  rumah saya komplet, ada kamar mandi, dapur, kamar sendiri-sendiri. Air bersih juga ada, kalau dulu ngangsu. Mimpi saja tidak berani punya rumah seperti ini,” ucap Sri Mulyaningsih.

Hal yang tak berani ia mimpikan itu justru kini ia dapatkan. Sri Mulyaningsih tak pernah menyangka sebelumnya, ia akan tinggal di rumah yang berdinding kuat, aman dari panas dan hujan, serta memiliki kamar tidur, dapur, dan kamar mandi sendiri. Hal lain yang kini dapat ia nikmati adalah akses air minum dan sanitasi yang layak.

Rumah Sri Mulyaningsih dan puluhan rumah lainnya dibangun berjejer rapi di sebuah gang. Letaknya di samping tanggul Sungai Pemulung Bengawan Solo. Jalan gang juga dibangun baru dan dibuat nyaman untuk mobilitas warga. Kawasan yang tadinya kumuh berubah menjadi tertata. Lingkungan lebih sehat dan kualitas hidup warga membaik. Kini, Sri Mulyaningsih mengaku merasa nyaman di tempat tinggalnya di Semanggi, Surakarta.

Rumah Sri Mulyaningsih (paling kanan)dan puluhan rumah lainnya dibangun berjejer rapi di sebuah gang. Letaknya di samping tanggul Sungai Pemulung Bengawan Solo. Jalan gang juga dibangun baru dan dibuat nyaman untuk mobilitas warga. Kawasan yang tadinya kumuh berubah menjadi tertata. Lingkungan lebih sehat dan kualitas hidup warga membaik. Kini, Sri Mulyaningsih mengaku merasa nyaman di tempat tinggalnya di Semanggi, Surakarta.

“Enak sekali tinggal di sini. Tidak terbayangkan sebelumnya, diberi rumah layak, ” senyum haru mengiringi cerita Sri.

Rumah yang Sri tinggali sekarang adalah salah satu bagian dari program inisiatif strategis PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF. Melalui Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh, SMF sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Kementerian Keuangan mendirikan bangunan rumah baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), salah satunya di kawasan Semanggi, Surakarta.

SMF membangun 47 rumah layak huni di wilayah RW 1 Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta yang memiliki luas 3,72 Ha dan merupakan bagian dari kawasan Semanggi yang memiliki total luas 15.368 Ha. Pembangunan rumah layak huni di Semanggi merupakan hasil kerja sama antara SMF, Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Dinas Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Pemerintah Kota Surakarta. Kolaborasi beberapa instansi ini telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat berupa kenyamanan bertempat tinggal.

Kerja sama pembangunan rumah layak huni di kawasan Semanggi ditandatangani pada 17 Desember 2021. Berikutnya, proses pembangunan dimulai pada 25 Januari 2022 dengan menerapkan standar rumah layak huni sesuai standar Sustainability Development Goals (SDGs), yaitu mematuhi kriteria ketahanan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, akses air minum layak, akses sanitasi layak, dan keamanan bermukim. Beberapa bulan kemudian, pembangunan rumah selesai. Pada 18 November 2022, berlangsung peresmian rumah layak huni bagi MBR di Semanggi. Sri dan ratusan warga Mojo lainnya akhirnya bisa tinggal di rumah yang layak.

Melalui Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh, SMF mengalirkan bantuan dana hibah sebesar Rp3,2 miliar dengan menggunakan anggaran  Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).  (Foto: Dok.PT. SMF)

Ciptakan multiplier effect

Pada momen peresmian rumah di bulan November 2022, Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo dilansir dari siaran pers SMF mengatakan bahwa Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh tersebut merupakan wujud dari komitmen SMF sebagai special mission vehicle (SMV) dalam pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs khususnya terkait pembangunan kota dan permukiman  berkelanjutan. Diharapkan, program tersebut mampu menciptakan multiplier effect yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain sebagai salah satu upaya mengurangi kekumuhan di bantaran sungai, Ananta meyakini pembangunan rumah layak huni di Semanggi juga turut membantu penanganan kemiskinan ekstrem, dengan merelokasi warga ke permukiman yang lebih layak sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.

“Sebagai BUMN di bawah Kementerian Keuangan salah satu tugas kami adalah membantu pendanaan infrastruktur perumahan, salah satunya membantu masyarakat untuk mendapatkan rumah layak huni. Sumber dana SMF berasal dari APBN dan pasar modal, dan program Kotaku ini merupakan program jangka panjang yang kami lakukan dari Sabang sampai Merauke, kami berharap masyarakat dapat memanfaatkannya bantuan ini dengan sebaik-baiknya dengan terus menjaga dan merawat rumahnya agar dapat memberikan manfaat jangka panjang,” jelas Ananta.

Melalui Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh, SMF mengalirkan bantuan dana hibah sebesar Rp3,2 miliar dengan menggunakan anggaran  Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Dana hibah tersebut disalurkan melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Hingga Januari 2024, SMF telah merealisasikan Program Peningkatan Kualitas Rumah di Daerah Kumuh dengan merenovasi sebanyak 488 rumah yang tersebar di 21 lokasi di seluruh Indonesia dengan serapan anggaran mencapai Rp 33,7 miliar.

Pembangunan lingkungan sehat dan rumah layak huni merupakan investasi jangka panjang yang bermanfaat bagi masyarakat. Pembangunan tersebut memiliki banyak multiplier effect positif, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dari sisi ekonomi, peningkatan kualitas hidup masyarakat dapat meningkatkan pendapatan mereka. Kawasan kumuh yang disulap menjadi kawasan tertata juga dapat menarik investasi di kawasan tersebut. Bukan tak mungkin, kawasan tersebut menjadi kampung wisata yang menarik banyak pengunjung.

Dari sisi sosial, lingkungan yang sehat dan rumah layak huni berpotensi meningkatkan kesehatan serta kebahagiaan masyarakat. Lingkungan yang tertata rapi juga meningkatkan keamanan dan menurunkan risiko kriminalitas. Sementara, dari sisi lingkungan, pembangunan lingkungan sesuai tata ruang yang baik meningkatkan kualitas udara, menurunkan pencemaran air, serta meningkatkan ketahanan terhadap bencana. Berbagai multiplier effect yang diharapkan inilah yang diharapkan dapat benar-benar dirasakan masyarakat.

Rasa khawatir Sri Lestari berangsur sirna. Ia lebih tenang menjalankan usahanya dari rumah untuk meningkatkan pendapatan keluarganya. Ia mengucap syukur dan menyampaikan terima kasihnya atas bantuan rumah layak huni yang ia diami sekarang. Rumah baru Sri Lestari yang nyaman telah memudahkannya menjalankan usaha jahit. (Foto: M. Elang S.)

Permudah kembangkan usaha

Sri Lestari adalah salah satu warga penghuni kawasan Semanggi lainnya. Seperti Sri Mulyaningsih, Sri Lestari sangat senang dapat tinggal di rumah layak huni yang dibangun dari dana hibah SMF. Sebelumnya, ia juga tinggal di kawasan kumuh bantaran bantaran Sungai Pemulung Bengawan Solo puluhan tahun, sejak ia masih kecil. Sejak dulu, ia menjalankan usaha jahit pakaian di rumah.

Tinggal di rumah kumuh yang sempit dan bocor saat musim hujan tiba, membuat Sri Lestari tak tenang menjalankan usaha jahitnya. Rasa khawatir sering memenuhi hatinya saat hujan sedang mengguyur Semanggi.

“Dulu rumahnya reyot, tidak layak. Rumah yang ini lebih nyaman daripada yang dulu. Kebersihan baik, lingkungan tertata. Dulu kalau mau hujan atau angin, saya susah dan bingung karena atap rumahnya bolong. Saya khawatir mesin jahit dan baju basah. Kalau sekarang enak, tinggal tutup pintu dan saya bisa lanjut kerja di dalam rumah,” cerita Sri Lestasri.

Rasa khawatir Sri Lestari berangsur sirna. Ia lebih tenang menjalankan usahanya dari rumah untuk meningkatkan pendapatan keluarganya. Ia mengucap syukur dan menyampaikan terima kasihnya atas bantuan rumah layak huni yang ia diami sekarang. Rumah baru Sri Lestari yang nyaman telah memudahkannya menjalankan usaha jahit.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membuatkan rumah. Saya menjadi lebih nyaman tidak seperti kemarin-kemarin,” ucap Sri Lestari.

Rasa bahagia Sri Mulyaningsih dan Sri Lestari juga dirasakan banyak warga Mojo lainnya. Mereka memiliki pekerjaan beragam. Ada yang menjadi buruh bangunan, petugas parkir, buruh serabutan, ada pula yang berdagang di rumahnya melayani warga Mojo dan sekitarnya. Rumah layak huni yang mereka diami telah memberikan kualitas hidup yang lebih baik dan mendorong semangat mereka untuk terus bekerja dengan sebaik-baiknya dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. 


Reni Saptati D.I.