Tekun Berbenah di Tarakan

1 Desember 2021
OLEH: Aditya Wirananda
Tekun Berbenah di Tarakan
 

Bagi sebagian pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tarakan yang gemar memancing, berbalas kedip dengan buaya sudah jadi perkara biasa. Bahkan, pegawai yang lain, yang lebih memilih memancing di laut, suatu ketika berebut ikan dengan hiu. Pemancing menarik joran, hiu di dalam laut tak mau keduluan. Saat kail diangkat, sang pegawai kebagian kepala. Badan dan ekornya sudah lebih dulu dimakan hiu. Hal-hal yang tidak biasa kita temui di kota-kota metropolitan di pulau Jawa, terjadi di Tarakan.

Ketergantungan pada gas

Kehidupan kota terbesar di Kalimantan Utara ini bergantung pada ketersediaan gas bumi. “(Pembangkit) PLN di sini banyak menggunakan gas. Jadi ketika gas, PGN itu, melakukan maintenance pipa, gasnya mati tiga hari, ya itu diikuti oleh (listrik) PLN juga mati,” ujar Fauzi Syafriel, Kepala KPPN Tarakan. Ia melanjutkan, “Terus air bagaimana? Ya air ikut mati.” Beruntung, selama lebih dari setahun terakhir, kejadian semacam itu tidak terulang lagi di Tarakan.

Selain ketergantungan pada gas, Tarakan juga tidak memiliki sumber air bersih yang melimpah. Fauzi mengatakan, “Tidak hujan satu minggu saja, aliran PDAM itu sudah tidak maksimal.” Bahkan, harga air minum eceran di Bumi Paguntaka ini mencapai 46 ribu rupiah per galon. Sebagai bentuk antisipasi, kantor yang berlokasi di Pamusian, Tarakan Tengah ini juga membangun penampungan air hujan di area kantor. “Karena kan layanan kalau bau asem ya bagaimana ya?” ujarnya berkelakar. Sejalan dengan itu, Fauzi mengatakan bahwa dalam dua tahun belakangan pengelolaan sumber air di Tarakan terus diperbaiki, antara lain dengan pembangunan sejumlah embung.

Pegawai KPPN Tarakan olahraga bersama pegawai Distrik Navigasi | Dok. KPPN Tarakan

Komitmen bersama

Keterbatasan yang ada tidak membuat para pegawai di KPPN Tarakan surut semangatnya. Situasi yang ada justru bikin mereka lebih berupaya keras untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Hasilnya, tahun ini KPPN Tarakan meraih penghargaan sebagai kantor pelayanan terbaik di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.

Sebelumnya, pada 2020, kantor yang dikomandoi Fauzi sejak pertengahan 2019 ini juga berhasil meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dari Kemenpan RB. Pada tahun yang sama, kantor sisi timur Kalimantan Utara ini juga berhasil mengantongi sertifikasi ISO dalam bidang manajemen pelayanan dan kualitas.

Fauzi mengatakan, kunci dari sejumlah capaian itu adalah komitmen. “Komitmen bersama dengan seluruh punggawa dari KPPN Tarakan. Komitmen itu yang menjadi bekal yang sangat penting bagi kami untuk melaksanakan layanan kepada masyarakat,” ujarnya.

Ilustrasi aktivitas pegawai KPPN Tarakan | Dok. KPPN Tarakan

Merangkai perbaikan

Selain itu, Fauzi juga berusaha meningkatkan kualitas hidup para pegawai dengan melakukan pemugaran rumah dinas pegawai KPPN Tarakan. “Pertama kali saya datang ke sini itu, seluruh rumah dinas dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Sering terjadi kecurian karena ketika dianalisis ya memang bangunannya sudah tidak layak,” ujar alumni program magister Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia ini.

Sepanjang periode 2019 sampai dengan 2021, telah ada 14 unit rumah dinas yang dilakukan pemugaran. “Setidaknya sekarang teman-teman sudah bisa pulang nyaman di rumah dinas, kerja juga bisa maksimal,” ujarnya. Selama setahun terakhir, tidak ada lagi kasus pencurian di area rumah dinas pegawai KPPN Tarakan.

Lantas, terkait dengan fungsi pelaksanaan anggaran, Fauzi mengatakan bahwa kinerja di satuan kerja di wilayahnya terpantau cukup baik. “Posisi sekarang, setelah beberapa kali refocusing, kita mengelola sekitar 978 miliar (rupiah),” ia melanjutkan, “Termasuk di dalamnya DAK (Dana Alokasi Khusus) Fisik dan Dana Desa.”

Fauzi mengatakan, sejak 2019 penyaluran APBN di wilayah kerjanya terbilang optimal. Pembangunan infrastruktur berupa gedung dan pasar juga tampak nyata. Bahkan salah satunya, berupa menara suar, kini menjadi salah satu ikon kota Tarakan. Selain itu, penyaluran bantuan bagi pelaku usaha di wilayah Tarakan dan Tana Tidung juga terbilang baik. “Secara keseluruhan untuk kredit ultramikro itu lumayan besar tetapi kalau kita bandingkan dengan daerah Jawa memang masih perlu kita push untuk kita tingkatkan kembali,” pungkasnya.