Penuh Asa Dedikasi Sang Guru

1 Maret 2021
OLEH: Resha Aditya Pratama
Penuh Asa Dedikasi Sang Guru
 

Kata “menyerah” tidak ada dalam kamus Rahmat Putra Yudha, alumni penerima beasiswa LPDP yang juga menjabat sebagai Ketua Mata Garuda Kalimantan Barat. Kegigihan dan semangat pantang menyerahnya, menjadi kunci sukses untuk meraih penghargaan sebagai Guru Terhormat di Bidang Pendidikan pada akhir tahun lalu. Sebagai ASN di Kota Pontianak, berbagai kontribusi telah diberikan oleh Yudha, salah satunya adalah mendirikan program Virtual Education Academy (VEA). Seperti apa kisahnya? Simak perbincangan Media Keuangan berikut ini.

 

Sebelum berhasil menerima beasiswa LPDP, Anda sebelumnya telah melalui 118 seleksi beasiswa lainnya. Apa yang membuat Anda pantang menyerah untuk mengambil beasiswa?

Yang pertama, karena status saya sebagai ASN, pendidikan di luar negeri hanya dapat saya lakukan melalui jalur beasiswa. Seorang ASN tidak mungkin bisa kuliah di luar negeri tanpa jalur beasiswa kecuali mendapat izin belajar dari atasan. Pun jika melalui izin belajar, tidak boleh meninggalkan tugas yang artinya saya harus berada di kota tempat saya mengajar. Jadi, jalur beasiswa adalah satu-satunya jalan untuk menempuh study di luar negeri. Yang kedua, saya merasa hidup ini hanya sebentar dan karenanya saya perlu meninggalkan legacy untuk keturunan saya. Saya perlu menjadi orang yang memiliki karakter yang dapat menjadi warisan dan panutan bagi anak dan cucu saya nanti. Oleh karena itu, berapapun kegagalan yang harus saya lalui, saya tidak pernah menyerah untuk mencapai cita-cita saya untuk  menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

 

Yudha dan rekan yang berprofesi sebagai guru di Pontianak (Foto: Dok. Pribadi)
Yudha mendapat penghargaan guru terhormat di bidang pendidikan (Foto: Dok. Pribadi)

Apa yang membuat Anda tertarik mendaftar beasiswa LPDP?

Sebetulnya, saya mendaftar beasiswa tidak hanya LPDP. Saya mendaftar di hampir seluruh beasiswa full scholarship. Sayangnya, saya rata-rata gagal di penilaian pada saat interview. Dari kelemahan itulah, saya terus menggali kemampuan berkomunikasi saya, khususnya kemampuan dalam menyampaikan pendapat. Alhamdulillah, saat melakukan seleksi LPDP, sekali mencoba saya lulus. Poin lebih dari beasiswa LPDP adalah LPDP mencari calon penerima yang memiliki karakter concern dengan pembangunan Indonesia. Yang mereka cari adalah orang-orang yang memiliki niat tulus membangun negara melalui program atau kegiatan sosial yang diperuntukkan memberdayakan masyarakat. Sebenarnya, ini adalah kesempatan besar bagi anak bangsa yang memiliki niat membangun bangsa dan ingin meningkatkan kapasitasnya melalui pendidikan. Negara membutuhkan orang-orang yang betul-betul bisa berbagi manfaat, menjadi penggerak, menjadi fasilitator untuk menggerakkan Indonesia. Bagi teman-teman yang memiliki concern di dunia sosial dan memiliki kepedulian lingkungan yang tinggi, menurut saya ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan beasiswa LPDP.

 

Mengapa Anda tertarik untuk mengambil program Mater of Education TESOL Wollongong University Australia?

Ini agak unik. Suatu waktu, saya pernah mengikuti sebuah expo pendidikan luar negeri di Pontianak. Kebetulan pada saat itu, saya memang mengincar TESOL. Konselor di expo mengarahkan saya untuk berkonsultasi dengan perwakilan Wollongong University secara langsung. Saya diberikan buklet yang sampai saat ini masih saya simpan. Buklet tersebut saya bawa pulang, saya tandai Master of Education TESOL. Saya menargetkan TESOL karena memang jurusan itu selaras dengan pendidikan S1 saya yaitu bahasa Inggris. Buklet tersebut sampai usang karena sering saya lipat dan selalu saya bawa-bawa bahkan saat kerja sambilan sebagai tukang parkir maupun kerja yang lain-lain. Pada saat itu, saya bilang ke teman-teman, saya akan kuliah di situ. Pada akhirnya, cita-cita tersebut benar-benar terwujud.

 

Bagaimana latar belakang berdirinya Virtual Education Academy (VEA)?

Akibat pandemi COVID-19, pemerintah menginstruksikan untuk melakukan proses pendidikan jarak jauh mulai tahun lalu. Pada waktu itu, kita menampung keluhan para guru tentang bagaimana agar literasi digital mereka meningkat. Akhirnya, kami berinisiatif mengadakan pelatihan bagi guru-guru melalui program VEA untuk menghadapi pembelajaran jarak jauh; mulai dari pembuatan soal, penggunaan media virtual, sampai dengan penggunaan media atau animasi-animasi untuk membuat pembelajaran guru lebih menarik. Kami membuat programnya selama 3 minggu. Pelatihan ini bukan pelatihan biasa yang hanya mengajarkan teknologi, namun juga ada pendampingan dari LPMP Kalbar dan Universitas sebelas Maret (UNS). Alhamdulillah, sampai saat ini telah terjaring 3.500 guru dan dosen dari seluruh Indonesia yang mengikuti program tersebut.

 

Berbagai penghargaan telah Anda raih, salah satunya pada akhir tahun 2020 Anda dinobatkan sebagai Guru Terhormat di Bidang Pendidikan. Apa kunci sukses Anda?

Tidak ada kunci sukses yang spesifik. Hanya saja, saya dalam berbuat sesuatu tidak memikirkannya sebagai prestasi, yang saya fokuskan adalah dampaknya. Dengan adanya dampak itu, saya merasa ada kepuasan batin tersendiri. Saya juga berpandangan bahwa yang bisa peduli dengan pendidikan kalau bukan guru siapa lagi? Tidak mungkin ada pihak lain yang benar-benar bisa peduli secara pure untuk mendorong dunia pendidikan berubah kecuali guru.  

 

Apa pesan Anda untuk anak-anak muda Indonesia yang sedang meraih cita-citanya? 

Pesan singkat saya adalah fokuskan cita-citamu, sinkronkan dengan apa yang sering Anda lihat dan apa yang sering Anda dengar. Melihat dan mendengar sesuatu yang kita inginkan akan mengerucut dengan apa yang kita inginkan. Jadi teman-teman harus bijak dalam mengolah mata dan telinganya. Perlu diingat bahwa bermanfaat untuk orang lain bukan berarti kita hanya berkontribusi untuk orang lain, tetapi kita secara tidak langsung juga berkontribusi untuk diri kita sendiri. Energi baik akan kembali ke diri sendiri.