Upaya Upaya Kecil Bea Cukai Menyalakan Sumbawa

2 Desember 2022
OLEH: Aditya Wirananda
Upaya Upaya Kecil Bea Cukai Menyalakan Sumbawa
 

Sebelum jadi kantor sendiri, Bea Cukai Sumbawa dulu semacam cabang dari Bea Cukai Lembar, di Lombok. Seiring waktu, berkembang jadi kantor sendiri. Bukan di Sumbawa, melainkan di Bima. Sebab, aktivitas ekonomi paling tinggi ada di Bima. Pada 2015, Bea Cukai Bima ini dipindahkan ke Sumbawa. Salah satu pertimbangannya karena aktivitas ekspor impor mayoritas dari sisi pertambangan yang berlokasi di lebih dekat dengan Sumbawa.

Bea Cukai Sumbawa melakukan beberpa penindakan rokok ilegal walaupun  secara nilai, rokok ilegal yang beredar tidak begitu signifikan bila dibandingkan peredaran di wilayah lain. (Foto: Irfan Bayu)

Menyalakan yang kecil-kecil

 Pada 2017, Bea Cukai Sumbawa naik kelas jadi kantor tipe madya. Nomenklaturnya saat ini menjadi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Sumbawa. Semula, Bea Cukai Sumbawa menempati gedung kecil di dekat pelabuhan Labuhan Badas. Saat ini, kantor di pelabuhan itu tak lagi digunakan. Per 2020, mereka menempati kantor baru di Jalan Garuda, Labuhan Badas, kabupaten Sumbawa.

 Agustyan Umardani, kepala Bea Cukai Sumbawa mengatakan, mayoritas penerimaan di wilayah pulau Sumbawa masih berasal dari pertambangan, khususnya tembaga. “Selain ini juga ada penindakan rokok ilegal ya,” ujarnya. Kendati ia juga mengakui secara nilai, rokok ilegal yang beredar tidak begitu signifikan bila dibandingkan peredaran di wilayah lain.

Selain rokok, Bea Cukai Sumbawa juga rutin menindak minuman beralkohol tanpa cukai. Bahkan, dalam beberapa kali kesempatan, timnya mendapati peredaran narkotika di Sumbawa. Laki-laki yang sebelumnya mengomandani Bea Cukai Tanjung Balai Karimun ini mengatakan, “Bagi saya, baik kecil maupun besar kita sikat,” ia melanjutkan, “kecil kalau dibiarkan jadi besar nanti.”

Tak berhenti di situ, ia juga mendokumentasikan koordinat setiap lokasi penindakan ke dalam satu basis data. Basis data ini kemudian dapat memunculkan peta kerawanan peredaran barang ilegal. Agustyan mengaku, kebijakan itu berdasarkan pengalamannya saat bertugas di Jawa Timur. Saat itu, ia mencatat setiap koordinat pabrik rokok ilegal--yang umumnya lokasi dan operasinya relatif tersembunyi.

Metode itu ia terapkan juga untuk pendataan barang milik negara (BMN) yang dimiliki Bea Cukai Sumbawa. Mereka punya satu basis data untuk dokumentasi aset-aset mereka, lengkap dengan koordinat dan berkas legalnya. Pun, data ini dapat diakses kapanpun. “Anytime, anywhere. Di situ juga dilampirkan berkas-berkasnya,” ujarnya. Ia melakukan ini sebagai antisipasi atas hal kahar yang mungkin terjadi kapanpun. “Karena BMN ini kan menyebar di mana-mana,” ujarnya.

Kepada timnya, Agustyan berpesan bahwa perubahan itu tidak harus kolosal. “Ketika kita membuat suatu perubahan, tidak harus besar. Kecil-kecil tapi work,” ujarnya. (Foto: Irfan Bayu)

Ada kemauan banyak jalan

Kepada timnya, Agustyan berpesan bahwa perubahan itu tidak harus kolosal. “Ketika kita membuat suatu perubahan, tidak harus besar. Kecil-kecil tapi work,” ujarnya. Selain bisa lebih segera tereksekusi, perubahan kecil juga tidak menimbulkan beban berat bagi timnya. “Prinsip saya, ada kemauan banyak jalan, nggak ada kemauan banyak alasan,” pungkasnya.

Upaya yang kecil-kecil ini pada akhirnya berhasil membawa Bea Cukai Sumbawa lebih dikenal publik. “Dulu orang kirim surat ke kami itu tujuannya Depot Bea Cukai,” ujar Agustyan sambil berkelakar. Sekarang, publik sudah lebih mengenal Bea Cukai Sumbawa, baik dari kinerja di sisi penerimaan maupun penindakan.

Pekerjaan di Sumbawa, bila dibandingkan unit-unit di pesisir timur Sumatera, kata Agustyan terbilang tidak begitu padat. Hal ini bikin ia lebih memacu anggotanya untuk meningkatkan kompetensi dalam berbagai hal. Terutama mengoptimalkan kesempatan yang sulit ditemui kala ditugaskan di unit-unit yang padat. Anggotanya pun menyambut dengan baik dukungan itu.

“Semangat anak-anak muda ini harus didorong terus,” ujarnya. Harapannya mereka tetap punya daya saing yang baik. Pun, tuturnya, mereka tak akan bertugas selamanya di tempat yang sama. Ada kalanya mereka akan ditempatkan di unit-unit yang bahkan sarapan pagi dengan tenang saja jadi barang mewah.

Masih tentang “ada kemauan banyak jalan”, setahun lalu, menjelang gelaran kejuaraan dunia motocross MXGP, lima orang anggotanya dipindahtugaskan. Ini tentu membuat gejolak, lebih-lebih menjelang adanya pekerjaan besar. Namun demikian, Agustyan tetap tenang dan kukuh pada prinsipnya.

“Akhirnya ya sudah, yok, kita semua ikut pemeriksaan. Semua pegawai dilibatkan,” ujarnya. Semua pegawainya diturunkan untuk tugas pemeriksaan. Selain tentang kebersamaan, ini juga tentang memunculkan pengalaman bagi para pegawai muda. “Semangatnya luar biasa teman-teman ini,” ujarnya. Kebersamaan itu pada akhirnya juga mempererat hubungan antarpegawai.

Selain pertambangan, industri perkebunan juga berkontribusi dan punya potensi untuk dikembangkan. “Kita coba membantu itu ekspor oleh UMKM, salah satunya jagung,” ujar Agustyan. Ia juga menambahkan, potensi jagung di pulau Sumbawa cukup baik.

Potensi ekspor

Selain ihwal penerimaan dan penindakan, Bea Cukai juga turut mendorong kinerja ekspor di wilayah kerjanya. Di Sumbawa, komoditas paling dominan masih dari sektor pertambangan, khususnya konsentrat tembaga. Lokasi tambang ini berada di kabupaten Sumbawa Barat, salah satu wilayah pengawasan Bea Cukai Sumbawa. Sektor ini masih terus bertumbuh seiring eksplorasi mineral lainnya di wilayah lain di pulau Sumbawa.

Selain pertambangan, industri perkebunan juga berkontribusi dan punya potensi untuk dikembangkan. “Kita coba membantu itu ekspor oleh UMKM, salah satunya jagung,” ujar Agustyan. Ia juga menambahkan, potensi jagung di pulau Sumbawa cukup baik. Sepanjang Bima sampai kabupaten Sumbawa nyaris selalu ada area untuk pengeringan jagung. “Alhamdulillah, ekspor jagung ini bisa direct ke Filipina. Jadi bisa dikenal lah Sumbawa ini,” ujarnya.

Potensi berikutnya adalah tembakau. Ia mengatakan, “Ternyata Sumbawa itu banyak tembakau, di Dompu. Ini kesempatan untuk membuat pabrik rokok yang legal. Minimal untuk mengurangi peredaran rokok ilegal.” Jika produksi dari sektor ini bisa digarap, daerah setempat juga bisa mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBH CT) yang lebih besar juga.

Selain itu, komoditas potensial berikutnya adalah madu. “Madu itu ekspor tapi lewat Jakarta,” ujar Agustyan. Hal ini karena belum ada lalu lintas internasional di wilayah Sumbawa. Bila dapat diekspor langsung, hal ini tentu berarti kabar baik buat Sumbawa. “Harapannya, nanti bisa ada pelabuhan internasional, jadi ekspornya lebih mudah,” pungkasnya.