12 Tahun LPDP: Jaga Misi Luhur Bangun SDM Indonesia

1 Februari 2024
OLEH: CS. Purwowidhu
12  Tahun LPDP, Jaga Misi Luhur Bangun SDM Indonesia.
12 Tahun LPDP, Jaga Misi Luhur Bangun SDM Indonesia.  

“Selalu tanamkan rasa gelisah yang positif. Yaitu rasa gelisah untuk melihat Indonesia maju dan menjadi negara yang dihormati karena kita punya kualitas dan dignity, yang didukung dan dibangun dari prestasi. Kita menjadi manusia yang disegani di dunia karena kita memberikan manfaat pada dunia dan kemanusiaan,” pesan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada perayaan hari jadi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang ke-12 di Jakarta, Rabu, (31/01/2024).

Peningkatan kualitas SDM merupakan fondasi utama memajukan Indonesia. Sebab itu, pendidikan menjadi kunci. Amandemen keempat UUD 1945 mewajibkan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN setiap tahun. Komitmen pemenuhan mandatory spending tersebut sejak tahun 2009 mencerminkan fokus pembangunan SDM Indonesia.

Alokasi anggaran pendidikan disalurkan dalam bentuk transfer ke daerah (TKD), belanja Kementerian/Lembaga utamanya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek),  Kementerian Agama (Kemenag), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Serta pembiayaan investasi berupa pengelolaan dana abadi di bidang pendidikan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Kini, dua belas tahun sudah LPDP, Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan berkiprah membidani lahirnya SDM Indonesia unggul dan berdaya saing melalui pemberian beasiswa pendidikan dan pendanaan riset.

Infografis oleh Dimach Putra.

Selayang pandang Dana Abadi

Dana abadi di bidang pendidikan merupakan dana bersifat abadi yang bermanfaat antargenerasi untuk mewujudkan keberlangsungan pendanaan sektor pendidikan di Indonesia. Alokasi dana abadi tiap tahun dalam APBN secara kumulatif akan menambah nilai dana abadi.

Pemanfaatan Dana Abadi di Bidang Pendidikan tidak dilakukan dengan skema belanja, melainkan diinvestasikan dan hasil pengembangannya akan digunakan untuk melangsungkan berbagai program pendidikan utamanya pemberian beasiswa dan pendanaan riset.

Untuk mencapai hasil pengembangan yang optimal, Dana Abadi di Bidang Pendidikan juga diinvestasikan dalam berbagai portofolio investasi dengan tingkat risiko yang terkendali.

Pembentukan dana abadi di bidang pendidikan juga mendorong alokasi anggaran pendidikan yang lebih terarah dan efektif.

Dana abadi pendidikan dicetuskan pertama kali oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 2010 dalam bentuk dana pengembangan pendidikan nasional (DPPN). Dana abadi tersebut kemudian dikelola oleh LPDP sejak tahun 2012.

Seiring perkembangannya, selain program DPPN yang kini berganti nama menjadi Dana Abadi Pendidikan (DAP), pemerintah mulai mengalokasikan dana abadi lainnya, yaitu Dana Abadi Penelitian pada tahun 2019, Dana Abadi Kebudayaan dan Dana Abadi Perguruan Tinggi pada tahun 2020.

Lebih lanjut, sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2021 tentang Dana Abadi di Bidang Pendidikan, LPDP diberikan mandat untuk  mengelola dana abadi lain selain Dana Abadi Pendidikan/DAP (termasuk Dana Abadi Pesantren) yakni Dana Abadi Penelitian, Dana Abadi Kebudayaan, dan Dana Abadi Perguruan Tinggi. Program-program pemanfaatan dana abadi tersebut dilakukan oleh LPDP berkolaborasi dengan Kemdikbudristek, Kemenag, dan BRIN.

Di usia yang masih terbilang muda, LPDP telah menorehkan sejumlah capaian berarti. Akumulasi dana abadi yang mulanya hanya sebesar Rp1 triliun pada 2010, sukses dikembangkan oleh LPDP hingga senilai Rp139,11 triliun per akhir 2023. Diproyeksikan hingga akhir 2024, akumulasi dana abadi akan mencapai Rp164 triliun.

Kelolaan dana yang besar tersebut bak magnet bagi kampus-kampus terbaik mancanegara untuk tidak lagi memandang sebelah mata kepada Indonesia. Kesempatan mengenyam pendidikan di kampus-kampus terbaik dunia pun semakin terbuka lebar dengan bertambahnya kuota bagi penerima beasiswa LPDP.

Dari hasil pengembangan Dana Abadi tersebut, LPDP total telah menyalurkan beasiswa S2 dan S3 (beasiswa native LPDP) kepada kurang lebih 45 ribu orang dengan 21.373 di antaranya telah menyelesaikan studi. Di samping itu, LPDP juga bekerja sama dengan Kemdikbudristek dan Kemenag menyalurkan beasiswa gelar dan nongelar. Sementara untuk beasiswa riset, LPDP telah mendukung pendanaan bagi 2.426 riset.

Adapun berdasarkan APBN 2024, Dana Abadi di Bidang Pendidikan 2024 dialokasikan sebesar Rp25 triliun. Dengan rincian alokasi Dana Abadi Pendidikan (DAP) sebesar Rp15 triliun, Dana Abadi Penelitian Rp4 triliun, Dana Abadi Kebudayaan Rp2 triliun, dan Dana Abadi Perguruan Tinggi sebesar Rp4 triliun.

Adapun DAP akan dimanfaatkan untuk mendukung komitmen LPDP menyalurkan beasiswa S2 dan S3 kepada 4.000–5.000 orang per tahun untuk mencapai target 70.000 orang pada tahun 2030.

Beasiswa LPDP sendiri sangat beragam, melingkupi beasiswa umum, afirmasi, targeted, dan beasiswa kolaborasi. Ragam beasiswa tersebut dapat diakses lebih lanjut di laman https://lpdp.kemenkeu.go.id/.

Ruang pengembangan

Memperingati hari jadi LPDP ke-12, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap LPDP menjadi institusi yang mampu untuk terus aktif, responsif, dan fleksibel. Serta mampu untuk terus menjadi jawaban dari berbagai persoalan dalam pengembangan SDM di Indonesia.

“Karena LPDP ini sudah 12 tahun ya, beda dengan tahun 2009, from nothing menjadi something. Kalau sekarang from something menjadi something better, something big, something extremely good,” dorong Menkeu seraya menyemangati segenap jajaran LPDP.

Untuk menjaga peran LPDP dalam perjalanan panjang yang sarat pengalaman, Sri Mulyani menyampaikan LPDP perlu membuat kajian komprehensif mengenai berapa jumlah Dana Abadi yang ideal untuk menjalankan misi luhur pembangunan SDM yang berkelanjutan.

Selanjutnya dari segi pengembangan program, LPDP diharapkan mampu memberikan masukan program apa saja yang tepat dan strategis untuk pembangunan SDM. Tidak sekedar mengakomodasi tapi dapat menuntun arah kebijakan. Termasuk memikirkan ekosistem untuk mengimplementasikan ilmu bagi awardee LPDP yang telah lulus.

Di samping itu, LPDP juga diharapkan dapat membangun jaring kerja sama yang strategis dengan para pemangku kepentingan baik dalam maupun luar negeri untuk memajukan SDM Indonesia.

Optimalkan potensi

Sementara itu, pada kesempatan berbeda, pemerhati pendidikan Doni Koesoema memandang kebijakan penyaluran beasiswa LPDP patut diapresiasi dan harus diteruskan sebagai wujud komitmen negara dalam memenuhi amanat UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dia juga berharap agar akses untuk memperoleh beasiswa LPDP semakin ditingkatkan.

Keterbukaan pemerintah untuk memberikan akses ke perguruan tinggi melalui beasiswa LPDP ini tentu sangat dibutuhkan masyarakat, terutama masyarakat kecil dari keluarga menengah ke bawah atau dari keluarga yang tidak mampu. Karena pendidikan menurut saya tetap menjadi faktor penting untuk meretas lingkaran kemiskinan,” papar Doni.

Pemberian beasiswa pendidikan tinggi jenjang S2 dan S3 sangat penting dalam mendorong terciptanya SDM unggul Indonesia yang kreatif dan inovatif. Adapun saat ini jumlah lulusan S2 dan S3 di Indonesia baru mencapai 0,45% dari total penduduk produktif, masih jauh tertinggal dari Malaysia dan Vietnam yang berada di angka 2,43%.

“Kalau semakin banyak inovasi ditemukan oleh para doktoral kita di bidang sains dan teknologi, tentu ini akan menjadikan bangsa kita mampu membuat lompatan-lompatan besar yang akan berdampak signifikan pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Doni.

Kendati demikian, Doni menyoroti upaya yang perlu dilakukan pemerintah tidak cukup hanya sampai kepada membuka akses ke jenjang pendidikan tinggi. Melainkan harus pula dibarengi dengan penyediaan lapangan kerja yang relevan bagi para lulusan tersebut. Dengan begitu, visi generasi emas bisa tercapai.  

LPDP dalam hal ini menurut Doni dapat meningkatkan perannya dengan membuka lebih banyak beasiswa untuk bidang-bidang ilmu yang prospektif serta sejalan dengan pemberdayaan potensi alam dan budaya yang dimiliki Indonesia. Misalnya bidang kemaritiman, pertambangan, klimatologi, vulkanologi, kehutanan, pertanian, seni budaya, turisme, dan ragam kekayaan Indonesia lainnya.

Doni mengibaratkan ragam kekayaan alam dan budaya Indonesia tersebut dapat menjadi  laboratorium tanpa batas yang jika diteliti secara mendalam, dapat melahirkan kajian keilmuan yang ke depan bisa menjadi rujukan negara-negara lain. Bahkan dengan dukungan yang memadai dari pihak-pihak terkait, pengembangan hasil-hasil riset tersebut dapat menghasilkan produk-produk inovatif yang bermanfaat.

“Kekayaan alam Indonesia itu mesti diolah dan itu ke depannya bisa jadi tidak terkait dengan industri yang existing atau yang sudah ada. Tetapi bisa melahirkan pusat-pusat industri baru yang berbasis kekayaan alam dan budaya kita. Itu bisa menjadi inovasi-inovasi yang memang bisa melahirkan investasi bagi bangsa kita,” terang Doni.

Menanggapi isu kemungkinan pemerintah menghentikan sementara suntikan dana abadi untuk beasiswa LPDP, Doni berpendapat jika hal tersebut dilakukan, dana yang dialihkan seyogianya membawa manfaat langsung yang optimal bagi masyarakat guna mengerek kualitas pendidikan di segala jenjang.

“Maka kalau ini dihentikan sementara untuk suplai dananya, tetapi dana yang anggaran murni itu dipergunakan secara jelas untuk peningkatan akses, pengembangan kualitas yang itu langsung berdampak, saya rasa ini bisa dipertimbangkan,” ungkap Doni.

Lebih dari itu, Doni juga berharap LPDP dapat semakin meningkatkan pengelolaan beasiswa di setiap fase proses bisnis. Mulai dari sosialisasi ke sekolah dan kampus hingga pemenuhan segala komponen biaya yang dibutuhkan penerima beasiswa selama menempuh pendidikan. Di samping juga mengoptimalkan asistensi kepada awardee serta memperkuat monitoring dan evaluasi.

LPDP juga diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dengan universitas dan lembaga-lembaga riset internasional untuk membuka studi bidang-bidang ilmu baru yang belum banyak dikembangkan di luar negeri.

“Kita harus lebih banyak bekerja keras, bekerja cerdas, dan membangun sistem, terutama dengan LPDP, Kementerian Keuangan. Karena Kementerian Keuangan ini jiwanya. Karena kalau ndak ada uang ya semua yang direncanakan Indonesia Emas atau apapun tidak akan tercapai. Karena sesuatu yang baik itu memang ada biayanya yang memang harus diperjuangkan. Tinggal bagaimana kita menambah, mengatur keuangan kita untuk mempersiapkan sesuatu yang memang bermakna dan efektif bagi terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera,” pungkas Doni.


CS. Purwowidhu
Artikel Lain
TELUSURI


Bantuan Pinjaman Ultra Mikro, Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera. Foto oleh Irfan Bayu P.
Bantuan Pinjaman Ultra Mikro, Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera. Foto oleh Irfan Bayu P.  


Tips Menyiapkan Budget Pernikahan. Ilustrasi oleh Dimach Putra.
Tips Menyiapkan Budget Pernikahan. Ilustrasi oleh Dimach Putra.