Apa Kata Mereka

16 Oktober 2023
OLEH: Susandijani dan Mohamad Ikhwan Maulana
Apa Kata Mereka
Apa Kata Mereka  

Bagaimana sosok JB Sumarlin di mata anak, kolega sesama pejabat dan sahabat, serta generasi penerusnya?

Selain gebrakannya yang membuat perekonomian Indonesia keluar dari berbagai krisis, JB Sumarlin juga dikenal sebagai peletak tonggak liberalisasi sektor keuangan, hingga dijuluki pahlawan ekonomi.

Namun, di balik itu, salah satu menteri kepercayaan Presiden Soeharto ini ternyata figur suami setia, ayah yang religius, terbuka, dan bijaksana bagi anak-anaknya. Sumarlin juga dinilai sebagai sahabat yang baik dan teladan bagi para penerusnya.

Banyak pendapat mengenai JB Sumarlin. Baik sebagai teknokrat, orangtua, akademisi, juga sahabat. Apa sesungguhnya kata mereka tentang figur sang begawan ekonomi Indonesia yang dikenalnya? 

Ignatius Widyantoko

Ignatius Widyantoko: Bapak itu Pendengar yang Baik

"Sebagai orangtua, Bapak itu figur ayah yang terbuka. Tidak mengharuskan anaknya begini atau begitu, sekolah ini atau itu. Bapak mendukung anaknya mau bersekolah atau kursus di mana saja. Pasti akan diupayakannya.

Walau jarang bicara, Bapak itu good listener dan observer. Beliau mengerti karakter setiap anaknya. Bapak lebih suka mendengarkan daripada bicara. Bapak "mendengarkan" saya. Jika ada sesuatu, adik-adik atau ibu meminta saya yang berbicara ke Bapak.

Sebagai saudara, menurut saya Bapak loyal pada keluarga, hormat pada orang lain dan orangtuanya. Selalu ingin membahagiakan ibunya. Bapak juga merangkul saudara tanpa pamrih.

Kalau sebagai suami, Bapak adalah figur yang setia kepada ibu, walau tidak mengumbar kemesraan. Saya tidak pernah mendengar atau melihat mereka bertengkar, atau berbicara dengan nada tinggi.

Sebagai pejabat, saya melihat dedikasi Bapak pada pekerjaannya tinggi. Bahkan hari Minggu pun dipakainya untuk mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Biasanya Sabtu malam, setelah kita kumpul, makan malam, dan misa bersama, Bapak pamit untuk lanjut bekerja.

Di mata kami, Bapak juga morning person dan amat disiplin. Rutin bangun pagi, berdoa, menyetrika kemejanya sendiri, lalu berangkat kerja. Konon, ini membuat para Dirjen dan stafnya turut masuk jam 8:00 WIB.

Selama menjadi pejabat, Bapak terlihat serius, memberi teladan, terdengar "angker" ya. Tetapi setelah pensiun, Bapak lebih dekat dengan anak-cucunya, berwibawa dan lebih religius." (MIM)

Ignatius Widyantoko adalah anak pertama JB Sumarlin; Chief Sustainability Officer PT. Kirana Megatara Tbk, Triputra Group. 

Antonius Widyatma

Antonius Widyatma: Bapak itu Pancasilais Sejati

"Bagi kami, terutama saya, Bapak adalah sosok orangtua yang memberi kebebasan dan kreasi pada anak-anaknya. Bapak tidak memaksa anaknya harus sekolah tinggi, sekolah apa atau di mana.

Saat tak ada anak atau cucu, Bapak banyak menghabiskan waktu dengan menulis, membaca koran, melihat atau mendengar berita. Tetapi kalau sudah berdiskusi, Bapak menganggap saya teman diskusi yang sederajat sejak 2013.

Pernah suatu ketika, kebetulan saya di dunia pendidikan, beliau bertanya kenapa Kuliah Kerja Nyata atau KKN hanya sekali? Kenapa hanya mahasiswa? Beliau menyerukan agar dosen ikut KKN dan meminta saya memperbaikinya, di mana pun bekerja.

Harus ada pengabdian dosen juga, katanya. Untuk membantu masyarakat, agar UMKM lebih besar, bisa ekspor. Itu saya terapkan.

Menurut saya, Bapak orang paling pancasilais. Beliau menekankan agar kita bekerja dengan attitude, mengabdi, menjadi pelayan bangsa yang baik. Kamu belum tahu rasanya bagaimana sebelum Indonesia jadi. Karena itu saya berjuang dan mengabdi untuk indonesia. Kalian juga, katanya.

Di balik itu, Bapak gemar nonton "wayang". Biasanya bersama ibu, sambil berpegangan tangan. Jangan coba-coba mengganggu mereka. Bapak amat mengusung "Budaya Jawa", memberi perhatian lebih pada anak perempuan, sementara anak laki-lakinya diberi tanggung jawab.

Kalau sudah menyukai sesuatu, Bapak all out melakukannya. Baik itu olahraga atau makanan. Kadang harus diingatkan.

Setelah pensiun, Bapak lebih religius. Di hari-hari terakhirnya, Bapak ingin ditemani Romo dan bertemu dengan sahabatnya. Bapak ingin memakai cincin dan jaket kuning UI, serta jam tangan hadiah dari siswanya. Katanya, itu yang membuatnya menjadi orang." (SDJ)

Antonius Widyatma adalah anak ketiga JB Sumarlin; Direktur Riset di School of Business Economics Centre of Excellence (SBE-CoEX), Prasetiya Mulya University II; Project Leader Manusia Paripurna Pancasilais Prasetya Mulya.

Airlangga Hartarto

Airlangga Hartarto: JB Sumarlin Pahlawan Ekonomi

"Bagi kami beliau adalah panutan dan sangat profesional. Beliau banyak memberikan masukan. Beliau salah satu tokoh yang berperan besar dalam perekonomian domestik.

Saya mengingat pelajaran yang diberikan JB Sumarlin dalam mengelola ekonomi Indonesia. Salah satunya ketika beliau mendukung pengendalian inflasi dan memperkuat struktur perkreditan melalui paket kebijakan deregulasi bidang moneter, keuangan dan perbankan. Jadi, masalah struktural reform dan yang lain.

Pengalaman Pak Sumarlin ini banyak, termasuk pada saat deregulasi keuangan yang dulu membuat banyak bank bermunculan. Beliau adalah Pahlawan Ekonomi Indonesia." (Tempo.co, 6 Februari 2020)

Airlangga Hartarto adalah Mahasiswa JB Sumarlin di FEUI; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Perindustrian (2016-2019).

Boediono

Boediono: Pak Sumarlin Guru yang Paham Betul Ekonomi

"Awal bertemu pak JB Sumarlin saat menulis artikel mengenai devaluasi Rupiah, pada tahun 1983. Tanpa saya sadari, artikel yang sangat pendek itu dibaca Pak Sumarlin, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Ketua Bappenas. Di situlah titik balik perjalan karier saya.

Saya lantas direkrut Pak Sumarlin untuk menjadi staf di Bappenas. Itu tempat penggemblengan. Banyak lulusan Bappenas keluar dengan semangat dan kapasitas tahan banting, kultur workaholic, bekerja dengan prestasi dan kualitas.

Pak Sumarlin sebagai Ketua Bappenas benar-benar memberikan manfaat luar biasa. Beliau adalah guru saya. Saya banyak mengerti ilmu ekonomi karena diajarkan beliau. Beliau paham betul akan ekonomi. Karena itu penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Oleh sebab itu, saya merasa bersyukur menjadi anak murid dan telah diajar olehnya di Bappenas. Pengaruh etos kerja yang ditanamkan JB Sumarlin masih dirasakan hingga menjadi Wakil Presiden." (MIM/ berbagai sumber)

Boediono, Sahabat JB Sumarlin dan keluarga; Wakil Presiden Republik Indonesia 2019-2014; Gubernur Bank Indonesia 2008-2009; Menko Bidang Perekonomian 2005-2008, Menteri Keuangan 2002-2004, Kepala PPN/ Bappenas 1998-1999.

Emil Salim

Emil Salim:  Sumarlin itu Pejuang Gigih

"Saya mengenal Pak Sumarlin saat kuliah. Kami satu almamater dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menjadi asisten untuk Ekonomi Pembangunan dengan Pak Sumitro Djojohadikusumo dan beliau untuk public finance, Keuangan Publik.

Ketika saya menjadi Menteri Penertiban Aparatur Negara, MenPAN, Sumarlin menggantikan saya sebagai Wakil Ketua Bappenas. Pada waktu saya menjadi Menteri Perhubungan, Sumarlin menjadi MenPAN.

Saya dengan Sumarlin berada pada lapangan kerja yang sama. Jadi saya kenal betul beliau. 

Beliau sosok yang rajin, pandai. Ketika mengerjakan sesuatu, Sumarlin akan berusaha sampai tuntas. Bahkan menyamar turun ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Membongkar praktik pungli di bagian administrasi.

Beliau itu tipe-tipe begitu. Pekerja, pejuang gigih. Beliau juga jujur dan berintegritas tinggi. Pribadinya serius, telaten dalam segala hal. Tulisan tangannya itu necis. Omongan Sumarlin juga tidak sulit untuk dimengerti. Hitam adalah hitam." (Tempo.co, 7 Februari 2020)

Emil Salim adalah kolega di FEUI dan University of California JB Sumarlin; Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (1978-1993), Menteri Perhubungan (1973-1978), MenPAN (1971-1973); Tokoh intelektual bidang lingkungan hidup. 

Sri Mulyani

Sri Mulyani Indrawati: Pak Sumarlin, Teknokrat yang Adjust dengan Lingkungan Berbeda

"Saya kenal Pak Sumarlin sebagai dosen di Fakultas Ekonomi UI. Saya sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan. Kemudian saya menjadi asisten dan berkenalan dengan anaknya, Efie. Beberapa kali bertemu dengan Pak Sumarlin dan ibu which is very caring

Sebagai dosen, Pak Sumarlin selalu datang necis. Pakai jas, pakai kemeja, pakai dasi. Enggak ada ruangan AC, panas. Begitu sampai di kelas, buka jas, jasnya ditaruh di meja, pakai kemeja putih rapi. Quite impressive untuk mahasiswa kayak saya yang dari Semarang, orang desa atau orang kota kecil, “waduh yang ngajar saya keren juga nih.”

Sebagai menteri, mungkin image Pak Sumarlin berhubungan dengan liberalisasi sektor keuangan, gebrakan Pakto atau gebrakan Sumarlin. Gebrakan paling besar, menimbulkan dampak 10 tahun, konsekuensinya satu dekade. Ini menjadi salah satu text book case untuk Indonesia. Sumbangan teknokrat yang bisa dikatakan luar biasa dalam membangun Indonesia masa-masa itu.

Pak Sumarlin menggambarkan Indonesia yang diverse dan beliau bisa menjadi pemimpin yang adjust dengan lingkungan yang berbeda. Ini quite impressive di dalam konteks untuk Kementerian Keuangan atau untuk Indonesia.

Pemerintahan Indonesia, itu adalah suatu perjalanan bagaimana Indonesia itu terus bergulat dengan keberagaman di dalam realita hidup sehari-hari. Tetap  Pak Sumarlin bisa kok eksis, saling mengisi dan memberi kontribusi yang terbaik untuk Indonesia, apapun latar belakangnya. 

Pak Sumarlin menunjukkan, pada saat menjadi Menteri Ekonomi atau Menteri Keuangan, misalnya, kadang-kadang diuji dengan situasi yang beyond your control. Tapi you have to prepare untuk meresponsnya dan kemudian bekerja dalam menyiapkan atau memitigasi dari kebijakan yang sulit itu. Nah, itu yang dilakukannya.

Kegigihan beliau untuk bisa menembus semua itu perlu diteladani anak muda. Ada integritas yang harus dicontoh. Di mana saja, dalam pekerjaan apa pun itu, pada akhirnya adalah refleksi dari kualitas yang dibutuhkan." (SDJ)

Sri Mulyani Indrawati adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia (2019-saat ini), (2016-2019); Direktur Pelaksana Bank Dunia (2010-2016); Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2008-2009); Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas (2004-2005); Ekonom; Mahasiswa FEUI dan asisten JB Sumarlin.


Susandijani dan Mohamad Ikhwan Maulana