Berkolaborasi Majukan Bangsa

1 Juni 2021
OLEH: Reni Saptati D.I.
Berkolaborasi Majukan Bangsa
 

 Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia, tutur tokoh populer Nelson Mandela. Negara-negara maju yang unggul dalam ekonomi dan teknologi memiliki sistem pendidikan terbaik dan sumber daya manusia (SDM) terdidik berlimpah. Tak dapat ditampik, kemajuan suatu bangsa ditentukan mutu pendidikannya.

Perubahan global kini semakin kencang, Indonesia tak boleh kian tertinggal. Untuk melahirkan lebih banyak lagi SDM unggul tanah air, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pun berkolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

“LPDP berkolaborasi bersama Kemdikbudristek sebagai upaya memperkuat langkah pembentukan SDM unggul Indonesia. Program-program yang sebelumnya ada di LPDP akan diperkaya dengan beberapa program beasiswa baru untuk memperkuat rencana strategis di bidang pengembangan SDM,” ungkap Plt. Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto kepada Media Keuangan.

Pria yang meraih gelas master dan doktor di negeri Sakura tersebut menjelaskan kolaborasi tersebut diturunkan ke dalam beberapa program, meliputi Kampus Merdeka, Program Dosen Terdidik, Program Guru dan Tenaga Pendidik, Program Vokasi, Program Prestasi, dan Program Kebudayaan. Bervariasinya program tersebut tak lepas dari tujuan utama kolaborasi ini, yakni mendorong semangat dalam meraih pendidikan terbaik dari kalangan pelajar, pendidik, hingga budayawan.

Akselerasi kualitas pendidik

Dosen dan tenaga kependidikan memiliki peran sangat strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan. Mereka menjadi perhatian utama dalam pemberian beasiswa kolaborasi ini. “Faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru dan dosen. Jadi kita harus secara cepat mengakselerasi perkembangan kompetensi dan kualitas daripada pendidik kita,” jelas Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.

Menurut Nadiem, total pengeluaran pendidikan Indonesia masih di sisi bawah untuk level global. LPDP memiliki kesempatan istimewa untuk berpartisipasi dalam sistem pendidikan dengan berbagai programnya, baik dari sisi murid, mahasiswa, maupun tenaga pendidik. “Sektor pendidikan harus bergerak lebih cepat. Kalau kita mau bersaing di tingkat dunia, kita tidak punya opsi. LPDP pun sama, harus melakukan transformasi terhadap apa saja jenis program yang didanai. Ini adalah salah satu simbol kita sedang berlari, berinovasi untuk mengejar perubahan yang ada di dunia,” lanjut Nadiem.

Melalui kolaborasi ini, LPDP menyediakan lebih banyak kesempatan bagi dosen dan tenaga kependidikan untuk meningkatan kompetensi, di antaranya melalui beasiswa dosen reguler S2 dan S3, riset keilmuan, serta magang di industri dan perguruan tinggi. Guru dan tenaga kependidikan juga dapat mengikuti beasiswa S2 guru untuk berkuliah di perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, sertifikasi guru (microcredentials), serta beasiswa S3 bagi guru untuk berkuliah di perguruan tinggi dalam negeri.

Pengembangan program vokasi pun terus dilakukan. LPDP menyediakan magang di industri untuk guru SMK dan beasiswa S1 untuk guru SMK. Selain itu, terdapat beasiswa dosen vokasi S2 dan S3 di dalam dan luar negeri, penguatan riset, dan berbagai program lain bagi dosen dan tenaga kependidikan vokasi.

Hal menarik lainnya dari program kolaborasi ini adalah pemberian beasiswa kebudayaan bagi para pelaku budaya dan seni tanah air. Keberpihakan pemerintah pada aspek pelestarian kebudayaan diwujudkan dengan penyediaan beasiswa khusus yang menyasar budayawan maupun penggiat kebudayaan. LPDP menyediakan beasiswa S1 kebudayaan di dalam negeri serta beasiswa S2 dan S3 kebudayaan baik di dalam maupun luar negeri.

“Kita akan membantu mereka untuk meningkatkan kreativitas mereka untuk meningkatkan ilmu mereka dalam bidang-bidang mereka sendiri,” ujar Nadiem.

Lebih luas dan inklusif

Setiap rupiah APBN harus bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Program kolaborasi ini juga diharapkan mampu mengoptimalkan dana yang dikelola LPDP bagi lebih banyak orang. Untuk program kolaborasi ini, Andin Hadiyanto menerangkan alokasi anggarannya berada di kisaran Rp2 triliun, baik untuk program gelar maupun non-gelar. Jumlah penerima beasiswa yang ditargetkan disusun berdasarkan usulan program, jumlah penerima, dan proyeksi penyaluran dari Kemendikbudristek. Selanjutnya, LPDP akan melakukan validasi dan menyesuaikannya dengan ketersediaan dana dan peraturan mengenai pengelolaan keuangan negara.

“Program kolaborasi yang saat ini sedang berjalan bersama Kemdikbudristek akan terus berkelanjutan untuk mendukung terwujudnya pendidikan yang lebih baik, semakin inklusif, dan memberikan dampak yang luas bagi pembangunan SDM Indonesia,” Andin menyatakan.

Meski memiliki visi luar biasa, program kolaborasi ini masih menghadapi sejumlah tantangan. “Tantangan terbesar dari kolaborasi program ini adalah bagaimana meyakinkan masyarakat tentang komitmen pemerintah, khususnya dalam hal pembangunan SDM melalui LPDP. Bahwa program LPDP dapat dimanfaatkan secara optimal oleh berbagai masyarakat melalui prosesnya yang terbuka dengan governance selalu dijaga baik yang dijalankan oleh LPDP maupun oleh Kemendikbudristek,” ungkap Andin.

Menurutnya, hal tersebut dapat diatasi dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi secara masif, efektif, dan efisien. Pengelolaan dana beasiswa LPDP selama ini dilakukan dengan bersih dan profesional. Ribuan masyarakat Indonesia telah menerima beasiswa dan diharapkan akan lebih banyak lagi yang bisa menikmati beasiswa baik di dalam maupun luar negeri. LPDP juga mengutamakan program afirmasi dan targeted di samping program reguler untuk mendorong pemerataan kesempatan. Beberapa jenis beasiswa selain beasiswa reguler yakni beasiswa berkebutuhan khusus/difabel, beasiswa daerah afirmasi, beasiswa prasejahtera, beasiswa PNS, TNI, POLRI, dan beasiswa kewirausahaan.

“Pendidikan yang adil dan inklusif adalah hak setiap rakyat Indonesia. Hak dasar tersebut dijamin oleh Undang Undang, dan dilaksanakan oleh Pemerintah. LPDP, sebagai bagian dari pemerintah, mengambil peran memberikan pendanaan pendidikan tinggi dan riset untuk memajukan SDM Unggul demi Indonesia Maju,” terang Andin.

Kontribusi kala pandemi

Sektor pendidikan merupakan salah satu yang paling terimbas pandemi. Berbagai adaptasi di dunia pendidikan dilakukan untuk menekan laju COVID-19. Proses belajar beralih dari tatap muka menjadi daring, misalnya. LPDP turut beradaptasi, menyesuaikan kebijakan tiap perguruan tinggi. Relaksasi yang diberikan antara lain berupa penambahan waktu selama enam bulan untuk mencari LoA (Letter of Acceptance) dan perpanjangan studi bagi penerima yang sudah hampir habis masa beasiswanya.

“Kebijakan relaksasi ini berlaku bagi penerima beasiswa yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi mana pun, baik di dalam, maupun di luar negeri,” jelas Andin.

Tak hanya itu, LPDP pun turut aktif dalam upaya penanganan pandemi. LPDP mendanai berbagai riset dan inovasi untuk menanggulangi pandemi, bekerja sama dengan BRIN yang saat itu masih bernama Kemristek. Total terdapat 293 riset dan inovasi dengan nilai mencapai Rp117,9 miliar.

“LPDP juga memberikan pendanaan beasiswa program kampus mengajar perintis kepada 17.010 mahasiswa sebagai solusi bagi Sekolah Dasar yang terdampak pandemi,” tutur Andin. Melalui program tersebut, para mahasiswa yang berdomisili di sekitar wilayah sekolah diberdayakan untuk membantu para Guru dan Kepala Sekolah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.


Reni Saptati D.I.