Kisah Sukses UMKM Gresik Masuk Pasar Global Berkat Klinik Ekspor

15 Juni 2022
OLEH: Dara Haspramudilla
Kisah Sukses UMKM Gresik Masuk Pasar Global Berkat Klinik Ekspor
 

Sulit, rumit, dan berbiaya besar. Tiga hal itulah yang ada di benak Heryanto ketika membayangkan impiannya untuk bisa melakukan ekspor. Heryanto adalah Ketua Koperasi Kerajinan Rotan Domas. Namun, setelah mendapat bimbingan dari Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik persoalan mengurus persyaratan dan perizinan untuk ekspor menjadi mudah. Plusnya lagi, Heryanto ternyata tidak perlu membayar sepeserpun alias gratis.

“Alhamdulillah mulai tahun 2021, kami melakukan pengiriman ekspor ke Jepang, menampilkan produk-produk kami untuk dibuat pameran. Setelah itu, ada tindak lanjut business matching yang diadakan Bea Cukai ketemu dengan Jepang,” tutur Heryanto

Menembus pasar global juga menjadi impian Uly Darojah dan Ririn, pengusaha wanita dari Gresik. Uly Darojah adalah sosok di balik Birdnestjoy yang merupakan usaha budidaya dan minuman sarang burung walet, sementara Ririn adalah pemilik Family Food yang bergerak di bidang pengelolaan olahan ikan menjadi produk bernilai tambah. Kedua usaha ini dimulai dari skala kecil yakni dari dapur rumah. Sasaran penjualannya pun hanya di pasar lokal. Tidak terbersit dalam benak keduanya untuk melakukan ekspor sendiri. Rumor prosedur ekspor yang rumit menjadi momok. Namun, setelah mendapat bimbingan Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik saat ini produk Family Food sudah dinikmati warga Malaysia dan produk Birdnestjoy sudah sampai ke Hongkong bahkan sedang dalam proses ekspor ke Jepang.

Kami sering mengikuti pelatihan ekspor, tapi hanya sekedar teori. Tetapi, alhamdulillah di sini kami dipaksa bisa. Ternyata eskpor tidak serumit yang dibayangkan asalkan sesuai dengan prosedur. Ekspor ini kadang menjadi momok. Dulu, saya pernah ekspor ke Australia, tetapi saya gabung dengan pihak lain. Namun, saat ini dengan bantuan Klinik Ekspor saya bisa melakukan ekspor sendiri,” ungkap Ririn.

“Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik membantu kami mengurus legalitas dan perizinan. Awalnya tidak punya legalitas dan NIB, sekarang sudah punya NIB Ekspor dan beberapa sertifikat, seperti sertifikat halal, BPOM, dan lain-lain. Tadinya kalau kirim barang harus pakai nama orang lain, kami diajari bisa sendiri. Kami sangat terbantu dengan adanya Klinik Ekspor,” cerita Uly.

Uly menambahkan Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik tidak hanya membantu usahanya memiliki legalitas dan perizinan ekspor, tetapi lebih dari itu ia juga dibimbing dalam pembuatan company profile berbahasa Inggris dan pengemasan produk agar lebih menarik.

“Secara packaging, kami juga sangat dibantu dengan adanya klinik ekspor ini. Awalnya kita hanya jualan dan tidak terlalu memperhatikan packaging dan lain-lain. Namun, kami diberitahu jika ingin masuk ke pasar luar negeri, ada ciri-ciri tertentu yang akan menarik minat pasar. Dari situ kami mulai meningkatkan kualitas produk, packaging, company profile yang tadinya pakai bahasa Indonesia sekarang bahasa Inggris,” tambah Uly.

Kepercayaan Meningkat, Omset Melesat

Kesempatan untuk melakukan ekspor ternyata tidak hanya berdampak pada pangsa pasar yang semakin luas, tetapi juga meningkatkan kepercayaan pembeli. Tentu saja, ini berimplikasi pada omset yang semakin meningkat. Hal ini diungkap Uly saat ditanya kontribusi dari bimbingan Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik terhadap omset usahanya.

“Alhamdulillah Klinik Ekspor ini tidak hanya menjadikan kita punya buyer di luar negeri, tapi pasar domestik kami juga meningkat. Setelah kami ekspor dan legalitas kami semakin lengkap juga turut meningkatkan customer trust. Jadi mereka semakin yakin ‘oh iya bener nih, produk ini bagus’. Omset di lokal kami meningkat drastis dari yang awalnya hanya area Gresik, Surabaya, Jawa Timur, sekarang kami sudah punya beberapa reseller distributor di Lombok, Bandung, Semarang, dan Bali,” ungkap Uly.

Ririn juga bersyukur meski baru satu bulan mendapat fasilitas ini, kepercayaan pembeli meningkat dan berpengaruh ke omset usaha.

Karena kami masih baru, baru bulan kemarin kita untuk ekspor ini, alhamdulillah kepercayaan pembeli itu meningkat kepada kami. Sekitar 2-3 hari lalu, saya dapat tamu dari Sulawesi, mau mengadakan kerja sama. Mohon maaf tempat kami kecil, rumah, tapi sudah kami modifikasi menjadi layak, dan kami sudah beritahu ekspor ke Malaysia, respon dia sangat baik. Dengan adanya latihan kemarin, insya Allah ada peningkatan yang signifikan karena pembeli percaya” terang ririn

Koperasi Kerajinan Rotan Domas juga merasakan manfaat yang luar biasa setelah melakukan ekspor terutama dari sisi pendapatan. Pak Utomo selaku pembina Koperasi Kerajinan Rotan Domas menyatakan bahwa selain jumlah kontainer yang dikirim semakin banyak, pembayaran dengan menggunakan dolar juga menjadi keuntungan tersendiri.

“Masalah ekspor ini sangat sangat luar biasa karena kita biasa dibayar pakai rupiah, ini nanti dibayar oleh orang sana pakai dolar. Itu yang sangat sangat luar biasa. Kalau perkiraan satu kontainer itu kurang lebih kalau dirupiahkan, 20fit ya Bu, kalau 40 sekitar Rp 200 juta,” ucap Utomo.

Program Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik tidak hanya meningkatkan usaha pelaku UMKM, tetapi lebih luas lagi turut membantu memperbaiki taraf hidup masyarakat. (Sumber Foto:Dok. Kementerian Keuangan)

Ciptakan lapangan kerja, masyarakat sekitar berdaya

Program Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik tidak hanya meningkatkan usaha pelaku UMKM, tetapi lebih luas lagi turut membantu memperbaiki taraf hidup masyarakat. Terbukanya kesempatan ekspor otomatis meningkatkan permintaan atas produk UMKM tersebut. Alhasil, pengusaha UMKM harus gencar menambah kapasitas produksi. Tentu saja ini berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja.

Uly menceritakan bahwa sebelum mendapat kemudahan fasilitas ekspor hanya kapasitas produksi satu hari hanya 40-50 botol. Namun, saat ini dalam satu bulan Uly sudah bisa memproduksi 5000 botol. Tentu saja peningkatan ini juga berbanding lurus dengan peningkatan pegawainya yang awalnya satu orang menjadi 30 orang pegawai.

Begitu pula dengan Koperasi Kerajinan Rotan Domas yang memberdayakan masyarakat setempat sebagai pengrajin rotan. Bahkan, ini juga membuka kesempatan bekerja bagi para perempuan khususnya para ibu rumah tangga. Dengan semakin besarnya kesempatan ekspor produk rotan ke berbagai negara, harapannya kebutuhan tenaga kerja lokal akan semakin bertambah.

“Kalau digabung ada 15 pengusaha rotan dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 1.000 orang. Jadi ada yang bagian bikin frame, bikin kursi, bikin rak bunga, ada yang bikin karton, ada yang bikin triplek, dan ada yang finishing. Jadi semuanya lengkap di situ semuanya dari anggota koperasi, nggak ngambil orang lain. Di pabrik itu beberapa orang aja, tapi yang banyak itu di luar, seperti ibu-ibu rumah tangga itu setelah nyuci, setelah momong, itu bisa menganyam,” tutur Utomo.

 

Ayo, manfaatkan Program Klinik Ekspor

Merasakan manfaat yang begitu besar, para pelaku UMKM Gresik ini pun mengimbau pelaku UMKM lain untuk bisa memanfaatkan Program Klinik Ekspor. Uly mengajak teman-teman sesama pelaku UMKM yang punya impian untuk ekspor agar bisa memanfaatkan fasilitas ekspor yang diberikan pemerintah.

“Untuk teman-teman yang punya angan-angan untuk ekspor, yuk lebih semangat lagi mencari informasi di sekitar kita karena dari pemerintah sangat banyak sekali program yang membantu kita untuk naik kelas. Jadi enggak cuman jualan di sektor lokal, tapi kita juga bisa jualan ke luar negeri. Dan yang terpenting fasilitas itu gratis. Dari awal saya ikut klinik ekspor sampai hari ini tidak pernah ada pungutan biaya sama sekali, bahkan seringkali kami mendapatkan fasilitas lebih,” ucap Uly.

Ririn juga memberi semangat bagi teman-teman UMKM yang ingin berkembang dengan mengikuti alur dan prosesnya. Bimbingan dari rekan-rekan Bea Cukai di Klinik Ekspor juga dinilai Ririn sangat membantu.

“Jika usaha kita ingin berkembang, kita ikuti flow yang ada. Mungkin menurut teman-teman prosesnya ribet, tetapi jika kita ikuti dan semangat, insyaALLAH semuanya bisa terurai dan selesai. Awalnya saya pesimis, tapi support dari Bea Cukai Gresik ini luar biasa. Saat kami harus mengejar (penyelesaian- red) dokumen, rela mendampingi sampai tengah malam,” cerita Ririn.

Hal senada juga diungkap Heryanto yang mengakui pada awalnya juga memiliki kekhawatiran ketika ingin memulai ekspor. Namun, kesempatan dan bimbingan dari Bea Cukai Gresik dan Diskoperindag membantu seluruh prosesnya berjalan baik.

“Untuk UMKM yang belum bergabung, jangan takut. Memang pada awalnya kayak saya ini takut, tapi begitu tahu ada pendampingan, pelatihan sesuai dengan prosedur apa yang kita jalankan, saya rasa hal sulit yang kita bayangkan ternyata berjalan dengan mulus. Dengan bimbingan beliau, dampingan beliau, ini support yang sangat bagus sekali. Dan kesempatan waktu ada bimbingan atau masukan dari Disperindag dan BC, ini segera harus cepet-cepet bergabung,” pungkas Heryanto.