Menghidupi Diri adalah Menghidupi Negeri

1 Maret 2023
OLEH: Aditya Wirananda
Menghidupi Diri adalah Menghidupi Negeri
 

Sadar ataupun tak, hidup kita ini selain soal menghidupi diri sendiri, juga soal menghidupi negeri. Bagaimana tidak, hanya dengan bertahan hidup--syukur-syukur hidup sehat--saja kita sudah memberi kontribusi yang tak main-main kepada negara. Tentu saja, lewat pajak.

Makan dan mandi adalah kontribusi

Sejak pagi, kita sudah berkontribusi. Ada pajak pertambahan nilai (PPN) yang kita sumbangkan hampir dari setiap aktivitas kita. Besarnya sebelas persen.

Gosok gigi, kita bayar PPN saat pembelian sikat dan pasta gigi. Bikin kopi pun kita telah berkontribusi lewat PPN. Belum lagi pagi hari seorang perokok. Ia bahkan memberi kontribusi lebih lewat cukai tembakau yang dibayarkan dari setiap batang kretek yang diisapnya.

Selesai mandi, kebanyakan dari kita akan pegang gawai. Mungkin memantau lalu lintas, mungkin baca berita, atau sekadar usap gulir media sosial. Dari kegiatan itupun, setidaknya kita telah berkontribusi melalui PPN dari gawai yang kita gunakan dan pembelian kuota internet. Diam-diam, amatlah tinggi faedah kita buat negeri.

Itu baru kegiatan di pagi hari, siang hari bisa jadi ada lebih banyak lagi pos kontribusi kita. Belum lagi kalau makin banyak anggota keluarga kita, makin besar pula sumbangan kita untuk kemapanan bangsa dan negara.

Berkemapanan adalah kontribusi

Kalau sudah bekerja dan berpenghasilan, kita juga akan menyumbang lagi buat negara. Apapun pekerjaan kita selagi besar penghasilannya lebih dari Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Disadari ataupun tidak, kita punya andil besar untuk kelangsungan negara ini.

Belum lagi kalau kebetulan sebagian dari kita punya rezeki lebih untuk bisa beli kendaraan pribadi, kontribusi kita akan sumbang lebih besar lagi. Ada pajak penjualan barang mewah alias PPnBM yang kita bayarkan. Beli mobil kena PPnBM. Beli motor, kalau kapasitas mesinnya besar, kita akan menyumbang PPnBM juga.

Setelah punya kendaraan, tentu saja kita perlu SIM. Kita akan bayar biaya pengurusan. Biaya itu adalah kontribusi kita kepada negara. Oleh bendahara negara, pendapatan ini dicatat sebagai PNBP atau pendapatan negara bukan pajak. Begitu pula kalau kita bayar tilang atau bayar penerbitan paspor, kita akan berkontribusi pada PNBP.

Kontribusi kita jadi apa?

Semua kontribusi kita itu dikumpulkan dan dikelola oleh Kementerian Keuangan. Setelahnya, kontribusi kita ini akan didistribusikan ke berbagai lapisan masyarakat lewat berbagai program.

Jalanan yang kita lewati setiap pagi, misalnya. Itu adalah hasil patungan kita bersama penduduk-penduduk lain. Subsidi untuk gas melon, itu juga dari kontribusi kita. Termasuk pula uang untuk jaminan kesehatan, bantuan sosial, pendidikan gratis, dan berbagai program lain.

Terima kasih telah bertahan hidup sebaik-baiknya. Terima kasih telah berkontribusi sebisa-bisanya. Mari terus saling berpegangan dan menguatkan, untuk kebaikan hidup bersama sebagai bangsa, sebagai negara, dan sebagai umat manusia.