Mengabdi Terangi Negeri

1 Agustus 2021
OLEH: Resha Aditya Pratama
Mengabdi Terangi Negeri
 

Energi listrik sudah menjadi kebutuhan utama bagi setiap masyarakat. Namun, saat ini masih terdapat beberapa daerah terpencil yang masih belum tersentuh listrik. Sebuah start-up bernama Berbagi Listrik yang didirikan oleh Irvan Hermala hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Irvan yang merupakan awardee LPDP ini mengasah ilmu S2-nya di bidang bisnis and enterpreneurship Cardiff University. Seperti apa kisahnya? Simak perbincangan Media Keuangan berikut ini.

Apa yang menginspirasi Anda untuk mendirikan sebuah start-up ‘Berbagi Listrik’?

Saat saya pulang dari Inggris, saya bertemu teman saya yang juga alumni LPDP, namanya Mas Agus Ismail. Beliau studi terkait dengan solar cell di Korea. Singkat cerita, kami berdiskusi terkait pengembangan energi di Indonesia dan merancang pengembangan bisnisnya.  Di tengah perencanaan itu, ada beberapa permintaan dari daerah-daerah, khususnya daerah di NTT (Nusa Tenggara Timur). Awalnya, kami berpikir bahwa ini akan menjadi sebuah startup yang sifatnya profitable, tetapi ketika ada permintaan itu dan kemudian kami jalan ke NTT, di sana itu tidak ada listrik yang memadai. Masyarakat hanya mengandalkan lampu-lampu kelip. Dari situlah muncul rasa keinginan kuat untuk bisa membantu, apalagi kami punya kemampuan di bidang tersebut. Akhirnya, itulah yang menggugah kami untuk membuat sebuah startup Berbagi Listrik.

 Bisa diceritakan secara singkat tentang Berbagi Listrik?

Secara legalitas, Berbagi Listrik berdiri tahun 2018 dan mulai implementasi di daerah NTT tahun 2019. Kami melakukan fund raising ke berbagai pihak, khususnya lembaga-lembaga sosial yang memang men-support kegiatan-kegiatan terkait dengan social innovation di daerah tertinggal. Sampai sekarang, kami sudah melakukan implementasi di 10 daerah dan kondisinya memang sama, mereka belum memiliki sumber daya listrik yang memadai. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan genset dalam waktu yang sangat terbatas, sehari hanya 4-6 jam saja. Sumber listrik yang kami gunakan semuanya berasal dari solar panel dan ini memang paling reliable untuk daerah-daerah remote tersebut.

 Bagaimana tantangan Anda saat mendirikan dan mengembangkan Berbagi Listrik sampai saat ini?

Tantangan terbesar ada pada sustainability programnya. Kami concern bagaimana menjadikan program ini bisa sustain di masyarakat. Bagaimana cara komunikasi dengan masyarakat tentang teknologi energi terbarukan ini menjadi tantangan tersendiri agar program ini bisa sukses dan sustain ke depannya. Jadi dalam setahun terakhir ini, kita mengubah modelnya. Tidak hanya sekadar memberikan bantuan, tetapi juga memberikan pendampingan dan pelatihan sekitar 3-6 bulan supaya masyarakat juga lebih melek teknologi dan alat yang kami pasang di sana terawat. Meskipun mereka bisa dibilang berpendidikan rendah, tetapi apabila mereka mau belajar dan melihat manfaatnya yang besar, tentu hal ini sangat memungkinkan. Kami juga melibatkan stakeholder pemerintahan terkecil, misalnya kepala desa untuk bisa mengontrol dan juga memberikan arahan kepada masyarakatnya.

 

Pemasangan Solar Panel oleh Berbagi Listrik di Sanggau, Kalimantan Barat (Foto: Dok. Pribadi)

 Apa yang membuat Anda tertarik apply beasiswa LPDP dan studi ke Cardiff University?

Beasiswa LPDP ini menurut saya sangat menarik. Yang menjadi persyaratan utamanya adalah lebih ke aktivitas, kontribusi sosial, dan leadership. Itu memanggil hati saya untuk apply ke sana. Saya sangat tertarik di bidang enterpreneurship karena saya mempunyai pengalaman saat aktif di UKM Center FEUI. Saat itu, saya melakukan riset mana saja universitas-universitas yang lebih concern ke entrepreneurship. Hasil riset pada waktu itu antara lain soal kemampuan, peluang, profesionalitas, dan juga level kompetisi universitas-universitas tersebut. Dari sinilah pada akhirnya saya memilih Cardiff University.

 Pengalaman menarik apa yang paling berkesan bagi Anda saat menempuh Pendidikan di Inggris?

Yang paling berkesan yaitu saat menjelang akhir studi di mana saya memiliki kesempatan untuk membuat sebuah start-up. Kita dikasih kesempatan satu kali untuk pitching atau presentasi bisnis. Di sini saya mendapatkan sebuah pengalaman yang membuat saya menjadi lebih percaya diri untuk melakukan pitching di ajang kompetisi. Setelah saya lulus dari Cardiff, saya memiliki ide dan pemikiran untuk mendapatkan pendanaan. Pengalaman pitching waktu itu berbuah manis juga. Meski gagal di awal, ternyata pengalaman itu menjadi pengalaman yang menarik dan bisa saya bawa ke Indonesia. Itu pengalaman yang menurut saya paling berkesan selama di Inggris.

 Apa pesan Anda bagi anak muda Indonesia yang sedang berjuang meraih cita-cita?

Mulailah dari diri kita sendiri untuk menanamkan sebuah tekad yang kuat. Saat PK LPDP ada slogan “Indonesia aku pasti mengabdi”. Saat kita mengejar cita-cita, mau ke luar negeri atau ke belahan penjuru dunia manapun, ingat bahwa negara kita yang kita cintai ini, tempat kita lahir, membutuhkan peran anak muda, membutuhkan berbagai terobosan, dan kita sudah melihat banyak sekali terobosan yang luar biasa dilakukan oleh anak-anak muda ini. Asahlah kemampuan kalian untuk mewujudkan apa yang kalian inginkan itu. Jangan gampang tergoda dengan hal-hal yang bersifat sementara atau pragmatis. Konsisten dengan hal itu semua sehingga kalian nanti bisa mendapatkan sesuatu yang memang benar-benar kalian cintai, kalian sukai, dan kalian juga bisa mewujudkannya sesuai dengan passion kalian. Semoga itu bisa menjadi energi buat buat teman-teman semua dalam mewujudkan apa yang kalian cita-citakan.