Mengatur Keuangan di Masa Krisis

15 September 2021
OLEH: Anas Nur Huda
Mengatur Keuangan di Masa Krisis
 

Pandemi COVID-19 di Indonesia belum usai. Meski saat ini kita sudah berhasil melandaikan kurva kasus positif, kondisi masih belum sepenuhnya pulih. Efek pandemi ini tidak tebang pilih. Semua negara mengalaminya, mulai dari negara maju, negara berkembang, hingga negara-negara yang masuk kategori miskin.

Perekonomian Indonesia pun terkena imbasnya. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di beberapa sektor indsutri. Meskipun kondisi sudah mulai membaik, kita tidak pernah tahu kapan krisis ini akan benar-benar usai.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita mulai dari dasar lagi dalam hal mengatur keuangan. Yuk, atur lagi keuangan di masa krisis ini dengan lima langkah berikut.

Cek Ulang Pos yang Dapat Dihemat

Buatlah catatan keuangan bulanan dan harian. Dengan mencatat, kamu bisa tahu kondisi kesehatan keuanganmu. Kamu juga bisa memilah pos mana saja yang bisa dihemat.

Selama masa WFH, pos transportasi bisa dipangkas. Begitu juga dengan pos lifestyle seperti nongkrong di kafe. Namun, mungkin kamu perlu mengeluarkan dana lebih untuk biaya kuota internet.

Cek kembali catatan keuanganmu. Pilihlah pos-pos yang bisa dihemat dan alihkan dananya ke pos yang lebih penting seperti pos kesehatan, kebutuhan pokok, atau alokasikan ke dana darurat. Kenali kebutuhanmu dan pilah berdasarkan prioritas.

Pastikan Utang On Track

Selama krisis, pemerintah memberikan kelonggaran kebijakan untuk menunda pembayaran kredit untuk pekerja informal selama setahun. Restrukturisasi kredit ini bahkan diperpanjang hingga akhir tahun 2021. Tentu kelonggaran ini tak berlaku untuk semua sektor. Ada sejumlah kebijakan seperti KPR yang tak memberlakukan kebijakan yang sama pada beberapa golongan pekerja, misalnya ASN. Ada juga bank yang hanya memberlakukan kelonggaran untuk KPR subsidi saja.

Solusi terbaik adalah cobalah cek ulang posisi kredit dan tagihanmu. Cek Kembali apakah ada dana untuk membayar cicilan. Pastikan pembayaranmu tetap on track. Alokasikan penghematan dari pos non prioritas untuk pembayaran cicilan ini.

Prioritaskan Kebutuhan Hidup

Tanpa krisis pun, kebutuhan hidup sebenarnya tetap akan terus meningkat. Namun, dengan adanya krisis, pos-pos ekstra harus dipenuhi sedangkan penghasilanmu mungkin belum kembali normal seperti sebelumnya.

Selama pandemi, salah satu pos ekstra adalah dari kebiasaan belanja yang berubah. Pergeseran kebiasaan masyarakat ke belanja online akan berpengaruh terhadap arus kas kita. Belanja online membutuhkan biaya turunan seperti biaya admin dan ongkos kirim. Ini harus diperhitungkan. Catat kembali pengeluaranmu untuk mendapatkan pola arus kas yang lebih rinci.

Siapkan Jaring Penyelamat Keuangan

Jaring penyelamat keuangan terdiri atas dana darurat dan asuransi. Situasi krisis memberi pelajaran bahwa dana darurat sangat penting untuk disiapkan. Saat usaha lesu atau diberhentikan dari pekerjaan, dana darurat akan menjadi penolong untuk bisa bertahan atau survive.

Di sisi lain, asuransi juga berperan penting. Salah satunya adalah asuransi kesehatan. Ada baiknya kamu cek lagi kebutuhan asuransimu. Pastikan kamu rutin membayar premi asuransimu agar kamu bisa terus mendapatkan manfaatnya. Jika ingin memulai, carilah asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanmu.

Mulailah Usaha Sampingan

Selalu ada hikmah di balik kesulitan yang kita alami. Pandemi ini dapat kita manfaatkan untuk mencoba kesempatan berbisnis menggunakan skill yang kita miliki atau mencoba berbagai usaha sampingan dengan modal terbatas.

Pergeseran kebiasaan masyarakat ke belanja online bisa menjadi peluang yang baik. Tak perlu repot memiliki toko offline, kamu cukup bermodalkan kuota internet untuk bisa memulai berjualan.

Kita tidak pernah tahu kapan krisis ini akan benar-benar berakhir. Namun, kita harus optimis situasi ini akan lebih baik. Oleh karena itu, yuk lebih bijak mengatur keuangan agar kita bisa bertahan, memenuhi kebutuhan, dan menjaga kesehatan.


Anas Nur Huda