Merawat Optimisme di Buton

1 Juni 2022
OLEH: Aditya Wirananda
Merawat Optimisme di Buton
 

Kementerian Keuangan hadir di kota terbesar di Pulau Buton ini, salah satunya melalui KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) Baubau. Kantor bendahara negara yang menempati pusat kesultanan Buton ini punya wilayah kerja yang tergolong luas. Wilayah itu meliputi 6 kabupaten/kota yang tersebar di beberapa pulau, antara lain Buton, Muna, dan Wakatobi. Wakatobi sendiri terdiri dari 4 pulau utama yakni Wangiwangi, Kaledupa, Tomea, dan Binongko.

Bentang wilayah kerja

Akhirnya, pada 2015, layanan filial KPPN Baubau di kabupaten Wakatobi dibuka. (Sumber Foto:Dok. Kementerian Keuangan)

Saking jarak dari KPPN Baubau ke satuan kerja yang dilayani kelewat jauh, sejumlah satuan kerja di Wakatobi mengusulkan adanya semacam layanan satelit yang dekat dengan mereka. Sebab, untuk mencapai KPPN Baubau, dari pusat pemerintahan di Wakatobi, butuh waktu sekitar 3-4 jam perjalanan laut plus 2 jam perjalanan darat. Itupun belum termasuk antisipasi waktu manakala cuaca lagi buruk. “Saat itu satker (satuan kerja) di sana itu menginginkan adanya KPPN ‘pembantu’ gitu,” ujar Hariyanto, Kepala KPPN Baubau. Akhirnya, pada 2015, layanan filial KPPN Baubau di kabupaten Wakatobi dibuka.

Layanan KPPN Filial ini mencakup seluruh layanan serupa dengan yang ada di KPPN Baubau. Hanya periode layanan saja yang berbeda. Hariyanto mengatakan, “Untuk layanan filial, penugasan ke sana itu setiap bulan tanggal 1 sampai 15.”

Berbekal kolaborasi dengan KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Baubau dan KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Kendari, saat ini layanan filial di Wakatobi dikembangkan menjadi layanan bersama Kementerian Keuangan. Selain melayani perkara perbendaharaan negara, kantor di Wakatobi ini melayani juga sebagian layanan perpajakan dan lelang.

Optimalkan pasukan

KPPN Baubau hanya memiliki 16 pegawai termasuk kepala seksi dan kepala kantor. (Sumber Foto:Dok. Kementerian Keuangan)

Untuk memberikan layanan terbaik di bentang wilayah seluas itu, sudah sewajarnya kalau kantor ini punya pasukan yang cukup banyak. Namun rupanya, KPPN Baubau hanya memiliki 16 pegawai termasuk kepala seksi dan kepala kantor.

Komposisi ini terbilang ramping mengingat jumlah satuan kerja yang dilayani mencapai lebih dari 100 instansi pemerintah pusat dan 6 pemerintah daerah. “Kita ini (KPPN) tipe A2, rasa A1,” ujar Hariyanto berkelakar. Dari besaran rupiah, KPPN Baubau bertanggung jawab untuk menyalurkan dana lebih dari 1,6 triliun rupiah pada 2022. Jumlah ini terdiri dari alokasi untuk belanja pegawai, barang, modal, DAK (dana alokasi khusus) fisik, DAK non fisik, serta dana desa.

Kendati rata-rata tanggung jawab yang harus ditanggung setiap pegawai terbilang besar, sejauh ini tidak ada kendala berarti yang dihadapi KPPN Baubau. Hal ini tampak dari ketercapaian target kinerja pada 2021.  Dari 20 indikator kinerja, seluruhnya berhasil melampaui target.

Selain itu, kelayakan hidup para pegawai juga terpenuhi dengan baik. Mayoritas pegawai yang merupakan pendatang dapat tinggal di rumah dinas dengan kebutuhan harian yang tercukupi dengan layak.

Berkawan dengan tantangan

Kondisi geografis yang berupa pulau kecil yang terpisah lautan bikin pilihan transportasi jadi terbatas. (Sumber Foto:Dok. Kementerian Keuangan)

Bertugas jauh dari ibu kota memang selalu punya cerita. Begitu pula yang dihadapi para pegawai di KPPN Baubau. Susah sinyal sudah pasti. Jalanan yang belum mulus, tentu juga sudah lazim. Selain itu, kondisi geografis yang berupa pulau kecil yang terpisah lautan bikin pilihan transportasi jadi terbatas. Hariyanto mengatakan, “Dari 6, terdapat 2 kabupaten yang harus menyeberang lautan,” ia melanjutkan,

Buton Tengah, dan kabupaten Wakatobi.” Buton Tengah dapat dicapai dengan perjalanan laut sekitar 1 jam, sedangkan menuju Wakatobi butuh waktu total sekitar 6 jam.

Selain wilayah yang dipisahkan lautan, untuk menuju wilayah yang masih di daratan yang sama juga tak luput dari goda. Akses menuju Buton Utara, misalnya. “Sebetulnya tidak terlalu jauh, hanya medan yang ditempuh kadang ekstrim di musim-musim tertentu,” ujar Hariyanto. Jaraknya sekitar 100 kilometer dari kota Baubau.

Kendati tak begitu jauh, sejumlah ruas tak bisa dilewati saat musim hujan. “Truk-truk itu sudah berjajar, sudah bermalam dia, tidak bisa tembus,” ia melanjutkan, “jalannya kalau (terkena) hujan jadi lumpur.” Untuk menuntaskan ruas yang kerap tak bisa dilalui ini butuh waktu sekitar 2-3 jam. Pun, di area ini tidak terdapat sinyal seluler.

Kendati banyak tantangan, Hariyanto tetap optimis dalam menjalankan tugas sebagai bendahara di wilayah Buton di masa mendatang. Ia sekaligus berharap untuk bisa lebih memberi dampak bagi masyarakat setempat. Sejauh ini, KPPN Baubau telah menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat melalui sejumlah program