Miftahudin Nur Ihsan, Founder Smart Batik, Penerima Beasiswa LPDP yang Banting Setir ke Dunia Batik

16 Februari 2023
OLEH: Irfan Bayu
Miftahudin Nur Ihsan, Founder Smart Batik, Penerima Beasiswa LPDP yang Banting Setir ke Dunia Batik
 

Seperti batik atau gudeg, Miftahudin Nur Ihsan dan Kota Jogja adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan. Pria kelahiran Yogyakarta 30 tahun silam ini merupakan sosok pekerja keras yang menerobos dinding kebiasaan yang membawa batik berevolusi ke tingkat selanjutnya melalui usaha “Smart Batik”nya. Siapa yang menyangka Master di bidang Manajemen ini adalah lulusan pendidikan kimia yang rela lintas jalur untuk mengejar passsionnya.

Lahir pada 11 Agustus 1993, Miftahudin Nur Ihsan atau lebih suka disapa Ihsan begitu sangat mencintai kota kelahirannya, Yogyakarta. Lahir dari kedua orang tua yang bisa disebut pas-pasan, membuat Ihsan tak bisa terus berada di zona nyaman. (Foto : Dok. Pribadi)

Tak Membebani dan Terus Berproses

Lahir pada 11 Agustus 1993, Miftahudin Nur Ihsan atau lebih suka disapa Ihsan begitu sangat mencintai kota kelahirannya, Yogyakarta. Lahir dari kedua orang tua yang sederhana, membuat Ihsan tak bisa terus berada di zona nyaman. Sedari lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama) orang tuanya sudah memberi wejangan agar Ihsan bersekolah di bangku SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) saja sebab orang tuanya takut jika tidak bisa membiayai kuliahnya. Tapi Ihsan mempunyai keyakinan lain. “Saya nggak tahu. Saya ‘nggak ada bayangan juga besok mau kuliah pakai duitnya siapa gitu. Terus saya coba yakinkan orangtua, Pak, Bu, saya mau SMA. Bismillah, saya besok pasti kuliah,” kenang Ihsan.

Ihsan mengatakan bahwa dia bersyukur karena ada beasiswa Bidikmisi yang ditujukan untuk anak-anak yang kurang mampu agar bisa tetap bersekolah. Bukan tanpa drama, saat SMA, Ihsan bercerita sempat tidak bisa membayar biaya SPPnya. “Waktu kelas 3, saya masih ingat waktu itu saya harus minta keringanan ke wakil kepala sekolah yang pada saat itu saya dimarahin karena katanya itu bukan tanggung jawab kamu. Itu tanggung jawab orangtua kamu. Tapi saya tetep nggak mau menyusahkan orangtua,” kenang Ihsan.  Dari situ Ihsan berkeinginan untuk bisa kuliah dan harus bisa mengangkat derajat hidup orangtua. Akhirnya, Ihsan masuk ke UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) pada jurusan Pendidikan Kimia.

Awalnya Ihsan pikir karena UNY merupakan jalur guru, setelah lulus dia ingin menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). “Cukup lah nanti bisa bantu dikit-dikit orangtua,” kata putra dari 4 bersaudara ini. Namun, jurusan FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dan dunia perkuliahan membuatnya berproses. Terlebih organisasi karya ilmiah yang digelutinya menuntutnya berpikir kritis dan menciptakan hal-hal baru. “Akhirnya dari organisasi itu saya setiap bulan pasti naik pesawat, lomba karya ilmiah. Pertama kali itu saya bisa naik pesawat di UNY dan malah keterusan sampai akhirnya S1 agak lama. Hampir 5 tahun karena lomba-lomba terus setiap bulan. Saya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, sampai ke Thailand juga presentasi karya ilmiah waktu itu,” ungkapnya.

Ihsan pun berhasil menyelesaikan program S2-nya pada 2021 dengan IPK hampir sempurna dengan nilai 3,97. (Foto : Dok. Pribadi)

Amanah dan Kerja Keras adalah Kunci

Setelah lulus dari UNY, passion bisnis Ihsan malah muncul. “Saya berpikir saya punya ide banyak banget. Kalau salah satu di antara ide-ide tersebut tidak diwujudkan menjadi sebuah produk yang kemudian nanti bisa membantu saya ketika saya lulus kuliah, ini akan sia-sia,” kata ayah dari seorang anak ini. Tidak bisa jauh-jauh dari Jogja, Batik menjadi pilihannya.

“Saya waktu itu survei pembatik-pembatik di wilayah Jogja, Jawa Tengah, Solo, Klaten. Kemudian dari situ, saya belajar pelan-pelan terkait dengan batik,” sambungnya. Berawal meminjam produk-produk pengrajin batik, kemudian Ihsan jualkan. Awalnya para pengrajin tersebut ragu. Disamping belum saling kenal, seorang anak muda yang tiba-tiba menjajakan jasanya secara cuma-cuma juga meragukan mereka. Namun Ihsan membayarnya. Mulai dari 10 potong, kemudian Ihsan yang amanah dan pekerja keras itu kemudian diberikan 50 potong, dan akhirnya mendapat kepercayaan penuh.

Bermodal kedekatannya dengan para dosen dan aktivis akedemik di UNY, dia mencoba menjajakan batik yang dibawanya pada mereka. “Waktu itu saya berpikir bahwa Bapak Ibu ini beli karena kasihan. Alhamdulillah dari situ saya pelan-pelan bisa menyisihkan uang, kemudian membuat motif-motif sendiri,” terang Ihsan.

Saat awal menekuni bisnis batik tersebut, Ihsan berfikir untuk memperdalam ilmunya di bidang bisnis, dan pada 2019 Ihsan mengikuti seleksi beasiswa  LPDP (Lembaga Pengelola Dana pendidikan). Ketika ditanya alasan mengikuti seleksi LPDP Ihsan mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak pernah terfikir untuk melanjutkan ke jenjang magister. Namun, ketika ada peluang dan kesempatan ia tidak bisa diam tanpa mencoba. Tapi tak semulus kain batik yang dibuatnya, awal Ihsan mendaftar mendapat banyak cuitan dari orang sekitarnya yang meragukan lulusan FMIPA yang banting setir ke ilmu sosial ini.

“Tapi ya saya bismillah karena saya memang passion-nya waktu itu sudah masuk bisnis. Saya mulai fokus itu di tahun 2018, dapat LPDP itu tahun 2019, kuliah 2020. Jadi memang pada saat itu saya sedang memulai bisnis itu. Akhirnya di situlah saya memutuskan lanjut ke magister manajemen,” kata pria berkacamata ini. Ihsan berhasil mendapatkan beasiswa LPDP pada jurusan Magister Manajemen di UGM (Universitas Gadjah Mada).

Uniknya saat wawancara seleksi beasiswa itu dia membawa batik sebagai bentuk keseriusannya ingin menimba ilmu. “Waktu itu ketika wawancara secara offline sebelum covid, saya datang ke tempat wawancara dengan membawa batik. Saya ingin meyakinkan dan tunjukkan ke beliau-beliau,” kata Master Manajemen ini. Ihsan pun berhasil menyelesaikan program S2-nya pada 2021 dengan IPK hampir sempurna dengan nilai 3,97.

Smart Batik merupakan usaha penjualan batik yang dibuat Ihsan. Yang berbeda adalah Smart Batik menjual batik dengan motif-motif tematik yang bisa di-request oleh peminatnya. Berawal dari pikiran tentang monotonnya motif batik, Smart Batik berangkat dengan motifnya yang unik dan out of the box. (Foto : Dok. Pribadi)

Smart Batik, Cerita Inovasi, Edukasi, dan Kontribusi

Setelah selesai menempuh pendidikan magisternya, Ihsan semakin fokus pada usahanya. Smart Batik merupakan usaha penjualan batik yang dibuat Ihsan. Yang berbeda adalah Smart Batik menjual batik dengan motif-motif tematik yang bisa di-request oleh peminatnya. Berawal dari pikiran tentang monotonnya motif batik, Smart Batik berangkat dengan motifnya yang unik dan out of the box.

“Karena saya juga di UNY yang kebetulan basisnya adalah guru dan guru itu pelajarannya banyak banget, saya berpikir nih gimana kalau batik ini motif-motifnya ini dibuat motif-motif mata pelajaran agar nanti dipasarkannya ke guru? Akhirnya terciptalah Smart Batik,” terang founder “Smart Batik” ini. Saat ini Smart Batik telah memiliki lebih dari 50 motif dari tema pendidikan hingga tema arsitektur.

Ihsan menjelaskan ada tiga misi yang ingin dicapai melalui Smart Batik, yaitu inovasi, edukasi, serta kontribusi. Tak bisa lepas dari kimia yang dipelajarinya, melalui usahanya Ihsan melakukan inovasi dengan membuat produk sajadah batik yang bersifat antibakteri. Proyek ini hasil kerja sama dengan Balai Besar Kerajinan Batik yang mencoba mengembangkan teknologi batik. Dalam bidang edukasi, Ihsan selalu menjelaskan pada konsumen-konsumennya betapa rumitnya proses membatik yang membutuhkan 12 sampai 13 proses dalam produksinya.

“Jadi semua produk kami itu handmade. Kami juga memberikan semacam informasi terkait proses pembuatan batik dan cara perawatannya karena tujuannya juga untuk edukasi,” ucap Ihsan yang saat ini cukup sering juga menjadi pembicara batik hingga wirausaha dan UMKM.

Terakhir adalah kontribusi. “Konsep bisnis di Smart Batik ini konsepnya kemitraan. Jadi kami punya tim desain, kemudian kami bermitra dengan pembatik-pembatik lokal. Jadi saya itu statusnya enggak produksi sendiri, walaupun ide-ide batiknya itu original (saya) semua,” ucap pria ramah penuh senyum ini. Daripada hanya dirinya yang disorot lampu besar, Ihsan lebih memilih lilin yang bisa menerangi lebih banyak orang. Dengan usaha yang berkonsep mitra, Ihsan juga turut membantu para pengrajin yang kesulitan mendapat pembeli. Saat ini Smart Batik telah memiliki 2 orang desainer dan sekitar 30 mitra pembatik baik dari Jogja, Klaten sampai Solo.

Ihsan punya konsep sendiri mengenai usaha batik, menurutnya yang membuat batik menarik adalah industrinya yang padat karya bisa menjadi perantara rezeki bagi banyak orang dan keluarga. Selain itu sebagai generasi muda, Ihsan merasa memiliki kewajiban untuk bisa menjaga nama baik kota Jogja yang telah dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia. “Saya juga melihat batik ini juga sebuah industri yang menurut saya tidak akan pernah mati,” kata Ihsan.

Apresiasi ini diberikan karena Bapak dan Ibu Ihsan dianggap mampu di tengah keterbatasan ekonomi mendidik putra-putrinya sampai kuliah dan bisa berprestasi. (Foto : Dok. Pribadi)

Dari Restu Orang Tua hingga Modifikasi Budaya

Semua pencapaian Ihsan tak pernah lepas dari peran keluarganya, orang tua yang selalu mendukung keputusan anak-anaknya diakui Ihsan sebagai salah satu faktor utama. “Dan ketika saya sudah yakin direstui orangtua, saya juga mikirnya positif terus. Jadi bapak ibu dari dulu mendidik seperti itu, untuk jujur, tanggung jawab, disiplin,” terang putra sulung ini.

Ayah Ihsan bekerja di sebuah toko fotocopy sementara ibunya adalah penjahit, “Di 2019 Bapak Ibu juga diundang Kemendikbud di Jakarta dan itu pertama kali beliau naik pesawat,” cerita Ihsan ketika orang tuanya mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu Orang Tua Hebat Indonesia. Apresiasi ini diberikan karena Bapak dan Ibu Ihsan dianggap mampu di tengah keterbatasan ekonomi mendidik putra-putrinya sampai kuliah dan bisa berprestasi.

“Kebetulan karena karya ilmiah saya sudah puluhan kali juara, ucap Ihsan. “Saya sebagai anak senang sekali karena bapak ibu saya bisa diapresiasi oleh negara atas apa yang diperjuangkan. Itu luar biasa sekali”, kenangnya dengan bangga.

Tapi semua perjuangan pasti menghadapi tantangan. Salah satunya adalah konsistensi. Menurut Ihsan seperti usaha lainnya, ketika mendapat banyak pesanan maka semangat akan bergelora. Namun ketika usaha sedang turun, terkadang dia memikirkan untuk usaha yang lainnya. “Padahal sebenarnya malah itu juga yang bisa menjadi awal-awal kehancuran usaha karena terlalu terlalu banyak bisnis yang dikerjakan,” tegas Ihsan.

Tak lupa, Ihsan mengajak teman-teman generasi muda untuk lebih percaya dan diri. “Nggak usah pedulikan omongan orang-orang yang melemahkanmu. Dan yakinlah bahwa setiap hal positif yang kamu jalani pasti akan dimudahkan dan dilancarkan,” pesan Ihsan. “Saya (juga) selalu minta doa restu orangtua dan usahakan yang terbaik. Yang sungguh-sungguh itu pasti berhasil dan yang sabar itu pasti beruntung,” sambungnya.

Terakhir Ihsan juga mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negeri yang kaya akan budaya, sehingga sebagai generasi muda hendaknya mulai antusias belajar dan mencintainya. (Foto: Dok. Pribadi)

Terakhir Ihsan juga mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negeri yang kaya akan budaya, sehingga sebagai generasi muda hendaknya mulai antusias belajar dan mencintainya. Menurut Ihsan jika budaya itu kurang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada maka sesuaikanlah. “Maksud saya bukan ubah prinsipnya, (tapi) coba itu nanti dimodifikasi disesuaikan dengan keinginan itu,” terang Ihsan. Dia memberi contoh batik. Batik yang dulunya hanya terpaku pada motif monoton, saat ini batik bisa mengangkat motif yang anti-mainstream dan modern yang bisa lebih diterima generasi saat ini. “Jadi ketika kita ‘nggak suka dengan itu, bukan berarti kita harus meninggalkan. Jadi kita bisa membawa sesuai dengan apa yang kita inginkan dengan tetap tidak mengurangi bahwa itu adalah budaya warisan kita,” tutupnya.