Penebar Senyum Warga Perkampungan

13 Mei 2022
OLEH: Dimach Putra
Penebar Senyum Warga Perkampungan
 

Daerah metropolitan dianggap menawarkan banyak kesempatan yang menarik minat orang-orang untuk berbondong-bondong datang mengadu nasib di sana. Akibatnya, terjadi kepadatan di sudut-sudut kota yang membawa dampak sosial cukup besar. Tak sedikit perkampungan di pusat kota mengalami penurunan kualitas hidup bagi warga yang mendiaminya karena masalah ini.

Adalah Seribu Senyum, sebuah lembaga filantropi berbasis di Surabaya yang menaruh perhatian lebih terhadap isu ini. Bagaimana mereka hadir memberi sedikit solusi dalam mengurangi isu yang menghantui kehidupan masyarakat perkampungan urban? Berikut wawancara kami dengan Syafrizal Izaqi, Manajer Operasional Seribu Senyum.

Bisa dijelaskan apa itu Seribu Senyum?

Seribu senyum merupakan lembaga filantropi yang menggalang dan mengelola dana sosial melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis kampung. Fokus utama gerakan kami adalah di bidang kesehatan, pendidikan, kemandirian, dan sosial kemanusiaan.

Dalam menjalankan programnya, Seribu Senyum memegang prinsip transformatif. Artinya program yang kami jalankan bertujuan menghadirkan perubahan pada masyarakat, dari yang awalnya butuh dipapah menjadi berdaya. Kami selalu berusaha menghadirkan program pemberdayaan yang berkesinambungan tanpa membuat masyarakat menjadi ketergantungan.

Bagaimana kisah awal terbentuknya Seribu Senyum?

Awalnya Seribu Senyum bermula dari inisiatif beberapa rekan kerja di sebuah perusahaan swasta. Mereka gelisah melihat banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, kurangnya edukasi, dan berbagai masalah sosial lainnya. Gerakan tersebut dimulai di tahun 2012. Saat itu bentuknya adalah komunitas.

Di tahun 2017 saya dan beberapa teman lain diminta bergabung untuk mengurus lembaga ini agar lebih profesional. Pada tanggal 17 Mei 2017 kami telah terdaftar secara resmi di Kemenkumham sebagai lembaga bernama Seribu Senyum. Nama tersebut mencerminkan harapan kami agar menjadi lembaga yang selalu menebar kebaikan dengan semangat transformatif dalam setiap program yang dijalankan agar terjadi perubahan menuju manusia yang lebih berdaya dan mampu mengubah keadaan menjadi manusia berdaya yang ikut terlibat dalam menebar kebaikan dijalan-Nya. Saat ini terdapat 16 orang pengurus, 3 orang pembina, 2 orang pengawas, serta ratusan volunter yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dari aceh hingga merauke 

Seribu Senyum selalu berusaha menghadirkan program pemberdayaan yang berkesinambungan tanpa membuat masyarakat menjadi ketergantungan. Foto Dok. Seribu Senyum

Seribu Senyum berfokus pada program pemberdayaan berbasis kampung, kegiatan apa saja yang dijalankan?

Banyak program telah kami lakukan yang memang menyasar penduduk perkampungan. Awalnya kami memulai di Surabaya, kini kami telah mampu mengembangkan program-program pendampingan tersebut ke kampung-kampung lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada tahun 2021, terdapat lebih dari 100 ribu masyarakat yang menerima manfaat program kami. Tersebar di 15 Provinsi, 48 kota dan 70 kecamatan di seluruh Indonesia. Dalam menjalankan program pemberdayaan ini, kami dibantu oleh ratusan relawan dan puluhan komunitas lokal di seluruh Indonesia.

Program yang kami kerjakan bermacam-macam, contohnya posyandu keliling. Kami juga membentuk kader kesehatan yang beranggotakan ibu-ibu setempat. Di bidang pendidikan, kami menyediakan beasiswa bagi anak-anak yatim dan dhuafa, pendirian taman baca masyarakat, kajian parenting dan remaja, madrasah lansia, hingga pembangunan fasilitas umum seperti masjid, sumur, sanitasi dll

Saat ini Seribu Senyum sudah memiliki rumah singgah anak yatim dan rumah singgah lansia (lanjut usia). Target tahun ini, kami bisa memiliki rumah singgah pasien sendiri. Akhir tahun lalu kami mendapatkan bantuan berupa ambulans, yang kemudian kami pergunakan untuk layanan kesehatan baik dari antar jenazah, jemput pasien maupun yang lain secara gratis tanpa syarat untuk siapapun, baik yang kaya maupun yang kurang berada.

Apa saja tantangan yang dihadapi oleh Seribu Senyum saat terjun ke masyarakat?

Sebenarnya secara tantangan itu standar ya. Memang butuh waktu untuk diterima dan dipercaya. Selain itu, ada tantangan komunikasi ketika kami berada di lokasi yang sangat berbeda secara budaya. Karena kalo assesment dan pendekatan salah, biasanya program kurang berjalan sukses. Kalaupun sukses seringkali program hanya bersifat temporer, padahal goal kami adalah program bisa berjalan secara berkelanjutan.

Tantangan utama dalam menjalankan program pemberdayaan adalah mengubah pola pikir masyarakat. Harus kita pahami bersama, tidak seluruh masyarakat Indonesia menerima pendidikan yang sama. Selain itu, keterbatasan dana dan sumber daya manusia  juga kerap kali menjadi kendala, khususnya ketika menjalankan program ekonomi yang membutuhkan dana besar.

Selain memberikan bantuan berupa donasi, apa yang bisa pembaca kami lakukan untuk dapat terlibat dalam program-program Seribu Senyum?

Selain berdonasi, sahabat senyum dan pembaca Media Keuangan juga bisa menjadi partner kebaikan kami. Bagaimana caranya? Selain ikut terjun langsung dalam program kami, para pembaca juga bisa memberikan informasi mengenai masyarakat yang membutuhkan bantuan. Selain dua hal diatas, jika sahabat memiliki komunitas atau organisasi, tentu kita bisa berkolaborasi bersama dalam menjalankan langkah-langkah baik untuk Indonesia.

Jika pembaca ingin menjadi relawan, memberikan informasi  atau berkolaborasi, dapat menghubungi kami melalui kanal media yang tersedia. Caranya cukup mengakses situsweb kami di www.seribusenyum.org. Bisa juga cek akun Instagram kami di @1000senyum. 

Pemberian bantuan untuk panti asuhan dan anak-anak yatim. Foto Dok. Seribu Senyum.

Apa harapan ke depan untuk pengembangan yayasan dan program-program “Seribu Senyum”?

Dalam bidang kesehatan kami ingin membangun rumah singgah pasien di Surabaya. Kami mendapat keluhan dari pasien-pasien luar kota yang berobat ke Surabaya tentang tingginya biaya hidup di kota ini. Oleh karena itu kami berinisiatif memberikan fasilitas rumah singgah pasien gratis ini kepada pasien dan keluarga pasien dhuafa non-warga Surabaya. Sebenarnya rencana kami masih belum berupa membangun rumah dari nol, melainkan mengontrak rumah, karena kendala di biaya. Alhamdulillah kami telah mendapat donatur untuk biaya sewa rumahnya. Namun untuk operasional dan renovasi masih menjadi pekerjaan rumah bagi kami. Semoga rumah singgah pasien ini dapat segera bisa kami buka untuk masyarakat.

Selain itu, kami juga ingin fokus pada program pemberdayaan perempuan. Ini adalah komitmen Seribu Senyum untuk membantu memberikan dukungan dan kesempatan kepada kelompok rentan, khususnya perempuan. Dua tahun terakhir, di setiap menjalankan program, kami selalu melibatkan perempuan-prempuan lokal. Selain memberikan bekal informasi kepada mereka, kami juga membantu memberi bantuan berupa modal usaha kepada perempuan-perempuan single parent dan dhuafa. Kami ingin memperluas jangkauan pemberdayaan ini, tidak hanya menyasar perempuan-perempuan kota, namun juga daerah, khususnya yang berprofesi sebagai petani dan pengrajin lokal. Selain itu, kami juga berkomitmen dalam memfasilitasi perempuan-perempuan agar bisa menjadi aktor kunci dalam dinamika masyarakat di Indonesia.

 

 


Dimach Putra