Bangkit Bersama dari Duka

2 September 2022
OLEH: Aditya Wirananda
Bangkit Bersama dari Duka
 

Ada banyak duka di bulan September. Rakyat Amerika Serikat punya kenangan pahit tentang tragedi WTC. Bangsa Indonesia punya trauma atas tragedi kemanusiaan 1965. Munir Said Thalib, aktivis HAM kesohor, gugur di pekan pertama September 2004. Pun dengan Palu, kota ini dihantam kuasa alam empat tahun silam.

Digulung bencana

Empat tahun silam, pada pekan terakhir September, Palu dihantam gempa, tsunami, dan likuifaksi. Bencana itu menghancurkan puluhan ribu rumah dan bangunan strategis. Ribuan orang meninggal dunia dan sebagian lain hilang. Tak ada permisi, tak ada seremoni, lenyap begitu saja.

Demikian pula yang terjadi di KPP Pratama Palu. Semua orang panik diguncang semesta. Sebagian sempat keluar gedung menyelamatkan diri. Sebagian lain bertahan semampunya di dalam, termasuk kepala kantor yang bertugas saat itu. “Tidak bisa keluar karena ketahan di dalam. Sembunyi di bawah meja kerja,” ujar Bangun Nur Cahya Kurniawan, kepala KPP Pratama Palu. Saat kejadian itu, pria kelahiran Malang belum bertugas di Palu. Ia masih bertugas di Kanwil DJP Papua, Papua Barat, dan Maluku.

“Mengingat trauma seperti itu, akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke gedung (lama) itu. Karena memang takut kondisi gedungnya tidak memungkinkan untuk dihuni,” ujar Bangun. Kendati demikian, mereka harus lekas bangkit. Dalam waktu kurang dari sepekan, KPP Pratama Palu mulai membuka layanan darurat. Mereka dirikan tenda untuk bisa terus memberikan layanan buat wajib pajak.

Setelah beroperasi di kantor sementara selama hampir tiga tahun, pada 2021, KPP Pratama Palu akhirnya punya gedung baru. Lokasinya berpindah, tak lagi di tempat lama. Sebab lokasi lama tak lagi terbilang aman untuk ditempati lagi. (Foto : Dok. KPP Palu)

Bangkit bersama

Dua bulan setelahnya, KPP Pratama Palu mulai membangun kantor sementara. “Kalau istilah jawanya bedeng (rumah darurat (sementara) bagi para pekerja-KBBI),” kata Bangun. Kondisinya tentu terbatas mengingat jumlah pegawai di KPP Pratama Palu mencapai ratusan orang. Ukurannya kecil. Atapnya dari seng. Dan, saking panasnya kota Palu, tiap kali siang kelewat terik, atap seng ini disirami air. Supaya kepala-kepala di bawahnya sedikit dapat kesejukan. “Tetapi teman-teman perjuangannya luar biasa. Memulihkan kondisi psikologis dirinya sendiri sambil tetap menjalankan tugas dan fungsinya. Alhamdulillah, terbukti teman-teman bisa merealisasikan target penerimaan yang telah diamanatkan,” tuturnya.

Setelah beroperasi di kantor sementara selama hampir tiga tahun, pada 2021, KPP Pratama Palu akhirnya punya gedung baru. Lokasinya berpindah, tak lagi di tempat lama. Sebab lokasi lama tak lagi terbilang aman untuk ditempati lagi.

Penerimaan di Palu hari-hari ini cukup baik. Terbukti dari penerimaan yang mencapai target pada tahun lalu. Ketercapaian ini sekaligus mengindikasikan kondisi perekonomian di Palu yang terbilang baik, mengingat penerimaan perpajakan di Palu didominasi oleh sektor swasta. (Foto : Dok. KPP Palu)

Penerimaan mencapai target

Saat ini, kondisi psikologis para pegawai sudah pulih dari trauma dan justru memiliki kebersamaan yang lebih kental. Sementara itu, ihwal penerimaan, Bangun bilang bahwa penerimaan di Palu hari-hari ini cukup baik. Terbukti dari penerimaan yang mencapai target pada tahun lalu. Ketercapaian ini sekaligus mengindikasikan kondisi perekonomian di Palu yang terbilang baik, mengingat penerimaan perpajakan di Palu didominasi oleh sektor swasta.

Di Palu, industri perdagangan baik besar maupun eceran, terutama di sektor otomotif, menyumbang kontribusi sampai dengan 35 persen penerimaan. Disusul penerimaan dari sektor pemerintahan sekitar 18 persen. Sektor konstruksi dan jasa keuangan menyusul di urutan berikutnya dengan kontribusi masing-masing sebesar 16 dan 12 persen penerimaan di KPP Pratama Palu.