Peniliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Kanker Nasofaring dari Dana Riset LPDP

2 Agustus 2023
OLEH: Aditya Wirananda
Foto oleh Tubagus P
Foto oleh Tubagus P  

Kanker nasofaring atau nasopharyngeal cancer (NPC) adalah kanker yang menyerang area nasofaring. Nasofaring merupakan salah satu bagian tenggorokan. Posisinya terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut.

Secara global, tingkat kejadian kanker nasofaring terbilang rendah. Dikutip dari laman American Cancer Society, kejadian kanker ini kurang dari 1 orang per 100.000 penduduk per tahun. Kendati demikian, di wilayah tertentu seperti Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Utara, kanker ini kerap ditemui. Di level nasional, pada 2020, tercatat lebih dari 19 ribu kasus kanker nasofaring. Angka ini menjadikannya berada di urutan kelima kasus kanker tertinggi  di Indonesia.

Terlambat disadari

Kanker nasofaring umumnya terlambat disadari. Faktor utamanya arena kanker ini tidak memiliki gejala spesifik. Dewi Kartika, periset alat pendeteksi NPC dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengatakan, “gejalanya itu cuma seperti pusing yang berkelanjutan, pilek-pilek berkelanjutan.” Gejala yang umum itu seringkali menjadi alasan orang tidak merasa memiliki urgensi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut atas risiko NPC. “Sehingga pasien datang, stadiumnya sudah lanjut. Sudah ada benjolan di leher,” ujarnya melanjutkan.

Saat ini, Dewi Kartika beserta tim peneliti sedang merancang alat baru untuk bisa mendeteksi NPC di fase lebih dini dan dengan durasi yang singkat. Alat ini disebut dengan NPC Strip A. “NPC Strip A itu adalah alat untuk deteksi kanker nasofaring. Kami beri nama A karena yang dideteksi itu adalah antibodi IgA,” ujar Dewi. Alumni program PhD Kedokteran Vrije Universiteit, Belanda ini menambahkan, “harapannya dengan alat ini, karena terdeteksi sejak awal, kalau orang itu mempunyai penanda tersebut, maka kita bisa sejak awal menengarai bahwa kemungkinan orang ini mempunyai risiko untuk menjadi (terjangkit) kanker nasofaring.”

Kelak, alat yang dijuluki NPC Strip A ini menjadi piranti pertama di dunia yang menawarkan kepraktisan, akurasi, serta ekonomis. Sewindu sebelumnya, Dewi telah menciptakan alat serupa yang saat ini telah beredar di pasaran, NPC Strip G namanya. Alat itu identik dengan yang ia kembangkan saat ini, namun yang dideteksi adalah antibodi IgG.

Pertama di dunia

Kelak, alat yang dijuluki NPC Strip A ini menjadi piranti pertama di dunia yang menawarkan kepraktisan, akurasi, serta ekonomis. Sewindu sebelumnya, Dewi telah menciptakan alat serupa yang saat ini telah beredar di pasaran, NPC Strip G namanya. Alat itu identik dengan yang ia kembangkan saat ini, namun yang dideteksi adalah antibodi IgG.

Di tataran global, keberadaan alat deteksi kanker nasofaring memang masih terbilang langka. Dewi mengatakan, “Ada yang saya pernah temukan waktu itu di Eropa itu menggunakan biomarker yang mirip, artinya sumbernya itu dari virus yang sama.” Namun, alat itu tidak spesifik diciptakan untuk mendeteksi kanker nasofaring. Sebab, di Eropa, tingkat kejadian kanker nasofaring mendekati nihil. “Tetapi tidak secepat kalau alat deteksi cepat ini ya,” ujar Dewi menambahkan.

Pengembangan alat deteksi kanker nasofaring ini didanai menggunakan #UangKita yang  dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Lingkup penelitian yang mendapatkan pendanaan ini mulai dari pengembangan purwarupa sampai dengan terwujud alat berjuluk NPC Strip A ini. Pengembangan yang berlangsung multi tahun ini mendapatkan pendanaan total lebih dari dua miliar rupiah.

Selain pengembangan alat ini, LPDP telah mendanai ribuan riset serupa. Sepanjang 2022, dana yang disalurkan mencapai lebih dari 1,6 triliun rupiah. Dana ini digunakan untuk mendanai lebih dari 1800 riset di berbagai bidang.

Alat deteksi cepat ini punya mekanisme yang ringkas. Bahkan tidak sampai sepuluh menit untuk bisa mendapatkan hasil. (Foto: Dok. Pribadi)

Nyawa yang diselamatkan

Alat deteksi cepat ini punya mekanisme yang ringkas. Bahkan tidak sampai sepuluh menit untuk bisa mendapatkan hasil. Dewi mengatakan bahwa yang diperiksa adalah darah yang diambil dari ujung jari seseorang. Sampel darah itu kemudian diteteskan pada NPC Strip A. Reaksi alat terhadap sampel darah itu nantinya akan menunjukkan hasil tesnya. “Seperti kalau alat tes kehamilan itu ya,” ujar Dewi menggambarkan.

Prosedur ini dapat dilakukan di fase-fase awal seseorang diduga terjangkit kanker nasofaring. Pertama, karena prosesnya ringkas. Kedua, faktor biaya yang ekonomis. Harapannya, akan ada lebih banyak nyawa yang bisa diselamatkan melalui prosedur ini.”Karena kalau terdeteksi itu pada stadium yang lebih dini, kanker ini sensitif terhadap pengobatan radioterapi dan angka kesembuhannya bisa mencapai lebih dari 80%,” ujar Dewi.