Rahasia di Balik Melesatnya Ekspor UMKM Gresik

15 Juni 2022
OLEH: Reni Saptati D.I.
Rahasia di Balik Melesatnya Ekspor UMKM Gresik
 

Kabupaten di Jawa Timur ini dikenal sebagai tempat berdirinya pabrik semen pertama di Indonesia. Gresik memang memiliki banyak kenampakan alam bukit kapur selaku bahan baku industri semen. Namun,  daerah yang kini dipimpin oleh Fandi Akhmad Yani tersebut juga kaya dengan sumber daya alam lain. Ekonomi Gresik ditopang antara lain oleh sektor perikanan, perkebunan, dan kerajinan.

“Kepulauan Bawean punya potensi terkait dengan perikanan, seperti kerapu, lobster, udang, teripang, Olahan perikanan banyak dari situ dan sudah pernah kita ekspor. Dari perkebunan, kami punya mangga Gresik yang lebih tidak berair dan disukai oleh pasar internasional. Lalu, rotan dari Kecamatan Menganti berbentuk kerajinan kursi, keranjang, dan lain sebagainya,” jelas Bupati yang biasa dipanggil Gus Yani tersebut.

Keterlibatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam mengolah sumber daya di Gresik sangat signifikan. Bahkan, sektor UMKM menjadi salah satu penopang kebangkitan ekonomi Gresik saat pandemi Covid-19 melanda. Gus Yani pun mengakui UMKM merupakan tulang punggung perekonomian daerahnya. Untuk itu, ia berupaya untuk fokus mengembangkan UMKM di Gresik.

“Kami melihat UMKM yang punya potensi produk unggulan. Di sisi lain, UMKM juga berkontribusi atas pengurangan pengangguran karena orientasinya kepada padat karya. Maka, kami sosialisasikan ke masyarakat bahwa UMKM harus bangkit, harus tancap gas sekarang,” tutur Gus Yani kepada Media Keuangan.

Salah satu upaya memajukan UMKM di Gresik diwujudkan melalui kolaborasi antara Pemda Gresik dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Kantor Bea dan Cukai Gresik memiliki program Klinik Ekspor untuk mendorong pelaku usaha dalam negeri, khususnya UMKM, agar dapat mengembangkan potensinya dan melakukan ekspor.

Berani ekspor

Berdiri sejak sejak tahun 2020, Klinik Ekspor Gresik menyebut dirinya dengan nama Tim Klinik Ekspor Girinata. Meski berfokus pada pemberdayaan pelaku UMKM, sesungguhnya Klinik Ekspor didedikasikan kepada dunia usaha di bidang industri dan perdagangan secara luas. Tujuan utamanya yakni memperluas pangsa pasar produk para pelaku usaha melalui ekspor sehingga mampu berkontribusi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, program tersebut juga mendorong aktivitas ekonomi desa/komunitas bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk membentuk desa devisa yang berorientasi ekspor.

Kepala Kantor Bea dan Cukai Gresik Bier Budi Kismuljanto menjelaskan Klinik Ekspor Gresik memiliki tiga kegiatan utama, yaitu sosialisasi, asistensi, dan realisasi. Melalui kegiatan sosialisasi, Bier berharap peserta Klinik Ekspor memiliki pemahaman tentang bagaimana tata cara prosedur ekspor dan syarat apa saja yang harus dibawa. Selanjutnya, Klinik Ekspor memberikan asistensi kepada para pelaku usaha, antara lain dalam hal legalitas, perizinan, bahkan termasuk pengisian sistem perizinan berusaha terintegrasi yang dikenal dengan Online Single Submission (OSS).

“Dengan kita berikan sosialisasi dan asistensi, akhirnya mereka mulai percaya diri. Kepercayaan diri mereka kita dukung dengan realisasi. Makanya kita butuh pasar,” ungkap Bier. Ia menekankan pentingnya tahapan realisasi ekspor. Seluruh tahapan kegiatan utama Klinik Ekspor, terutama realisasi, melibatkan pihak-pihak lain untuk mendukung keberhasilannya.

Ia bekerja sama dengan para Atase Keuangan di luar negeri sehingga para pelaku UMKM Gresik mampu memasarkan produknya ke mancanegara. Pada tahun 2021, Klinik Ekspor berhasil melepas ekspor perdana terhadap 16 UMKM.

Hingga saat ini, Klinik Ekspor Gresik telah mengantarkan 21 UMKM berhasil ekspor serta satu desa devisa penghasil sarung tenun, yakni Desa Wedani. Berdasarkan testimoni para pelaku UMKM, peningkatan pangsa pasar mereka tidak hanya terjadi di skala lokal, tetapi juga di skala regional. Hal tersebut menunjukkan sinergi antara Bea Cukai, Pemda Gresik, dan UMKM dalam program Klinik Ekspor berperan aktif dalam meningkatkan perekonomian Gresik.

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Gresik mencatat adanya realisasi pertumbuhan ekspor yang signifikan setelah adanya pendampingan dari Klinik Ekspor. Pada tahun 2021, nilai ekspor Gresik mencapai USD 6920,51. Hingga April 2022 saja, jumlah tersebut telah meningkat menjadi USD 34.154,56.

“Saya yakin ini juga menjadi bukti nyata bahwa Klinik Ekspor sudah merealisasikan pertumbuhan ekspor yang signifikan,” ujar Sunik selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Diskoperindag Gresik.

Apresiasi serupa datang dari Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Gresik Nurul Haromaini. Menurutnya, Gresik mampu melakukan ekspor terus-menerus karena adanya kolaborasi yang sangat baik antara Pemda Gresik dengan Bea Cukai.

“Bea Cukai dengan klinik ekspornya tentu bisa menjangkau tidak hanya pasar nasional tetapi juga pasar internasional. Dari situ, teman-teman UMKM mendapatkan asistensi dan pembinaan tentang bagaimana produk-produk dengan kearifan lokal ini bisa berkualitas dan bisa dinikmati bukan hanya secara nasional, tapi juga internasional,” ungkap Nurul.

Dalam upaya mendukung pengembangan UMKM potensi ekspor, Nurul menjelaskan pihaknya selama ini fokus pada produk Gresik yang memiliki kearifan lokal. Produk dimaksud antara lain sarung tenun, kopiah atau songkok, dan ikan bandeng.

“Sarung tenun sudah jadi Desa Devisa. Kami juga punya Kampung Bandeng yang sudah diresmikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Semoga ke depan songkok juga bisa diajukan sebagai desa devisa,” tutur Nurul.

Ia bertekad untuk terus mendukung pengembangan UMKM di Gresik. Selaku Ketua Dekranasda Gresik, Nurul berupaya untuk memberi fasilitas dan jaringan untuk memajukan UMKM, memberi fasilitas permodalan, melindungi karya UMKM, serta senantiasa menumbuhkan kreativitas UMKM. Pihaknya pun turut membantu memasarkan produk UMKM dan menginfokan potensi Gresik dengan mengikuti berbagai pameran.

Pelaku UMKM juga perlu didorong untuk menyatukan visi dan persepsi dalam menyatukan sumber daya, ketrampilan, dan modal dalam suatu ikatan manajemen kelembagaan yang kuat. (Sumber Foto:Dok. Kementerian Keuangan)

Berkolaborasi

Bier menceritakan pihaknya membuat tagline UMKM Berani Ekspor Karena Ekspor Itu Mudah agar para pelaku usaha yang mengikuti kegiatan Klinik Ekspor menjadi lebih bersemangat. Ia mengakui ada banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan Klinik Ekspor Gresik. Tantangan pertama yakni mindset. Para pelaku UMKM perlu didorong untuk berpikir besar.

“UMKM kadang ada yang hanya puas dengan apa yang mereka lakukan. Yang penting bisa bekerja, kebutuhan kehidupan tercukupi. Tetapi, sebenarnya ada yang bisa dia kembangkan untuk bisa lebih berprestasi dan berkualitas,” ujar Bier.

Pelaku UMKM juga perlu didorong untuk menyatukan visi dan persepsi dalam menyatukan sumber daya, ketrampilan, dan modal dalam suatu ikatan manajemen kelembagaan yang kuat. Ikatan tersebut akan memudahkan Klinik Ekspor Gresik untuk melakukan asistensi dan pendampingan.

Tantangan berikutnya yakni terkadang para pelaku usaha melakukan produksi, tanpa tahu target pasarnya akan ke mana. Itu sebabnya pihaknya menjalankan fungsi pencarian pasar tersebut. Namun, Bier menekankan ada satu tantanga yang lebih besar, yakni bagaimana membangun ekosistem.

“Membangun ekosistem antara pelaku usahanya sendiri, Bea Cukai sebagai motor, pemerintah daerah sebagai pengampunya, dan juga pemangku yang lainnya. Dari hasil studi banding dengan teman-teman di kantor lain, tantangan terbesar itu adalah membangun ekosistem. Kadang ada masih ada ego sektoral masing-masing pemangku kepentingan,” ungkap Bier.

Klinik Ekspor Gresik berhasil membangun ekosistem untuk UMKM berani ekspor dengan menjalin sinergi dan kolaborasi. Apresiasi atas keberhasilan tersebut datang dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara – Reformasi Birokrasi (PAN-RB). Pada Oktober 2021, Bea Cukai Gresik mendapat penghargaan secara langsung oleh Menteri PAN-RB dalam acara penyerahan predikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di Jakarta. Dalam acara tersebut, Bea Cukai Gresik menjadi perwakilan satu-satunya yang hadir secara langsung.

“Waktu itu saya tanya, apa yang menjadikan alasan diundang langsung untuk hadir di acara tersebut, satu-satunya lagi? Ternyata jawabannya adalah BC Gresik bisa berkolaborasi, bisa bersinergi konkret yang nanti bisa dijadikan percontohan untuk instansi pemerintah lainnya,” pungkas Bier. Sinergi dan kolaborasi di antara pihak-pihak yang terlibat, di antaranya Bea Cukai, Pemda Gresik, Atase Keuangan, dan LPEI sukses melesatkan  ekspor UMKM Gresik.


Reni Saptati D.I.