Jeli Kelola Waktu dan Peluang Tuk Terbang Lebih Tinggi

6 Oktober 2023
OLEH: Susandijani dan Mohamad Ikhwan Maulana
Menpan JB. Sumarlin Resmikan Perumahan Dinas Karyawan BKPM MM. Foto oleh Dokumentasi Pribadi.
Menpan JB. Sumarlin Resmikan Perumahan Dinas Karyawan BKPM MM. Foto oleh Dokumentasi Pribadi.  

Menemukan minat atau passion yang tepat, ternyata tak segampang bayangan. Sumarlin bahkan baru menyadarinya, justru setelah ‘dilempar’ ke bagian tersebut. 

Nama besar JB. Sumarlin di dunia ekonomi Indonesia tak diragukan lagi. Beberapa julukan melekat kepada sosok yang juga sering disebut cabe rawit ini. Satu yang mendunia adalah sebutan arsitek ekonomi Indonesia, atau Begawan Ekonomi Indonesia. Tapi siapa mengira, bahwa bidang yang digelutinya dan membuat namanya besar, baru disadari setelah dia dilemparkan ke area tersebut.

Kisahnya berawal ketika Sumarlin diterima di sebuah perusahaan leveransir, atau perusahaan pengadaan barang yang kantornya berlokasi di Jl. Cikini Raya 78.  Perusahaan bernama NV Sar’s Industry ini  memiliki banyak kerja sama dengan perusahaan lain. Antara lain dengan pabrik Teh NV Seruni di Sukabumi.

Nah, awalnya Sumarlin bekerja sebagai petugas distribusi teh. Tugasnya  mengambil teh di gudangnya di Sukabumi. Selain menjemput pesanan, Sumarlin pun ikut mengantarkan barang tersebut ke beberapa tempat. Antara lain, gudang Angkatan Udara di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Angkatan Laut di Ancol. Dan kepolisian di Cipinang, Jatinegara Timur. 

Usai pengantaran, Sumarlin juga bertanggung jawab menagih pembayaran dari instansi-instansi tersebut. Bekerja di perusahaan inilah, kemudian Sumarlin menemukan minat sejatinya. Catat: bukan menjadi ahli hukum, seperti dicita-citakan sejak kecil. Jadi, setelah dua tahun bertugas di bagian distribusi, Sumarlin kemudian dipindahkan ke bagian administrasi dan keuangan.  Konon, ini merupakan demosi, karena Sumarlin dianggap terlalu berprinsip, keras dan sering berbeda pendapat dengan pemilik perusahaan.

"Saya sempat mengira Bapak kurang perform di bagian distribusi, tetapi ini menjadi anugerah," ujar anak sulungnya, Ignatius Widyantoko, menyoal pemindahan Sumarlin ke bagian administrasi dan keuangan. 

Pada faktanya, sejak kecil, Sumarlin memang sangat taat pada peraturan dan prosedur yang berlaku. Ini mungkin karena dia banyak menghabiskan waktunya dengan sang paman yang tentara dan disiplin. Juga karena bimbingan sang kakek, yang kemudian memberinya kepercayaan untuk memeriksa saluran air di persawahan milik Kakek Tedjo. Terutama jadwal buka-tutup air ke setiap petakan sawah sesuai dengan waktu tanamnya. 

Menikmati dan Menekuni Bidang Baru

Meski istilahnya demosi atau dipindahkan ke tempat yang lebih rendah, Sumarlin sendiri merasa beruntung ditempatkan di bagian administrasi dan keuangan. Di bagian yang baru ini, Sumarlin tidak lagi banyak bekerja di luar jam tugas, sehingga ia memiliki lebih banyak waktu luang. Waktu senggang itulah yang kemudian diambilnya untuk digunakan melanjutkan sekolahnya ke jenjang lebih tinggi. Di sisi lain, dengan bekerja di bidang administrasi dan keuangan, Sumarlin semakin menyadari passion-nya dalam bekerja. Bagian administrasi dan keuangan membuat terpincut, tekadnya pun semakin mantap bergelut di ranah ekonomi.

Sumarlin pun  kemudian sadar, bahwa ekonomi memiliki peran strategis memajukan bangsa di masa depan. Tak heran, Sumarlin kemudian sangat serius menjalankan tugasnya di bidang administrasi dan keuangan. Bahkan , ia pun bersemangat meningkatkan kemampuannya. Antara lain dengan mengikuti kursus Tata Buku di Antokans, sekitar Salemba Tengah. Dari kursusnya ini, Sumarlin mengantongi sertifikasi Bond A dan Bond B. 

Sertifikat yang dikantungi pada 1952-1953, itu adalah tanda bahwa yang bersangkutan dianggap telah mahir teori serta praktik tata buku serta menyusun neraca perusahaan secara lengkap. Kesempatan itu tak disia-siakannya. Sewaktu kuliah, Sumarlin memanfaatkan betul dispensasi yang diberikan tempatnya bekerja. Hadir di kampus, hanya Selasa dan Kamis. Selebihnya bekerja.

Tak seperti karyawan lain, yang usai jam kerja pulang atau menghabiskan waktu di luar kantor dan rumah bersama rekan, Sumarlin malah tinggal di kantor sampai pukul 8 malam. Alasannya, hanya untuk belajar, karena penerangan di kantor lebih baik dan suasananya lebih tenang. Hal itu dilakoninya, baik saat kursus Tata Buku, maupun ketika kuliah di Universitas Indonesia. Bahkan jam belajarnya berlanjut di tempat kosnya setelah makan malam. Di sini, Sumarlin seperti menemukan "dunia"-nya dan amat menikmatinya.

Inilah yang kemudian dinilai anak-anaknya sebagai blessing in disguise. Dipindahkan untuk terbang lebih tinggi. Karena dengan mutasi tersebut, Sumarlin bisa kuliah dan menemukan passion-nya. Begitu seterusnya  Kuliahnya dari pukul delapan pagi hingga pukul satu siang. Kemudian berlanjut dari pukul lima sore hingga pukul delapan malam.  Masa jeda di siang hari, dipergunakan mengunjungi perpustakaan untuk belajar.

Kondisi Sumarlin yang dinilai berkecukupan saat itu, lumayan membuatnya tak enak hati. Banyak kawan kuliahnya cemburu.  Sehingga Sumarlin ditolak kerja kelompok bareng, gara-gara gajinya yang lumayan besar. Tapi Sumarlin yang selalu berpenampilan sederhana selama kuliah dan bekerja ini, mencoba bersikap positif, meski sempat shock karena dianggap akan memberikan dampak negatif pada teman-teman belajarnya.

Dengan menjalani dan menikmati bidang baru, Sumarlin meraih prestasi akademik yang mengagumkan. Karirnya pun berkembang. Sosoknya selalu dinanti para petinggi untuk turut menyelesaikan permasalahan di pemerintahan.


Susandijani dan Mohamad Ikhwan Maulana