Kajian Tren Podcastren

15 Juni 2022
OLEH: Resha Aditya Pratama
Kajian Tren Podcastren
 

Tak bisa dipungkiri, era digital saat ini membawa disrupsi bagi media pembelajaran. Berbagai macam saluran digital mulai bermunculan menimbulkan suasana baru nan segar di dunia pendidikan.  Peluang saluran digital tersebut dimanfaatkan sebagai wadah potensial bagi Irfan L. Sarhindi untuk mengutarakan kajiannya melalui Podcastren. Irfan yang juga awardee LPDP di bidang filsafat pendidikan mendirikan Yayasan Literasi Naratif Islami yang berkomitmen menghadirkan media pembelajaran yang holistik.

 

Pola pikir kritis

Tumbuh dan besar pada lingkungan pesantren di Kota Cianjur menjadi cikal bakal Irfan L. Sarhindi terjun di dunia pendidikan. Irfan diamanahkan mengelola program Sanlat (Pesantren Kilat) di pesantren keluarga besar, Darul Falah. Sebagai  generasi kelima dari pendiri pesantren Darul Falah, Irfan memiliki critical thinking atas pola pembelajaran di pesantren. Irfan menilik metode pembelajaran di pesantren hanya menghafal saja tanpa tahu filosofinya. Dari sinilah Irfan tertarik dengan bidang filsafat pendidikan untuk program S2 nya.

 

Selepas lulus S2 di Inggris, Irfan kembali ke Indonesia dan aktif menjadi dosen dan pembicara pada berbagai seminar, hingga ia diundang sebagai narasumber di Podcast Inspigo. Dari undangan tersebut, Irfan berminat untuk terjun membuat siniar sendiri. “Saya kepikiran ingin membuat podcast sendiri gitu. Kalau podcast orang lain kan mereka yang bikin konsepnya. Kalau saya bikin sendiri, mungkin istilahnya saya bisa jadikan itu sebagai channel kegelisahan dan keresahan. Akhirnya saya bikin podcast dengan nama Podcastren di akhir 2019” tutur Irfan. Menurut Irfan, kausa merintis program Podcastren ini lantaran konten Islam modern yang berbentuk podcast itu relatif masih terbatas. Selain itu, penyampaian informasi melalui media audio sekarang dinilai sangat efektif bagi orang yang sedikit memiliki waktu luang.

Akhir tahun 2022 ini, Irfan akan kembali melanjutkan studi S3 bersama LPDP. (Sumber Foto:Dok. Kementerian Keuangan)

Pesantren dan Podcastren

Berkaca dari pengalaman merancang kurikulum Program Sanlat, Irfan bercita-cita mendirikan pesantren sendiri. Dimulai dari Podcastren ini, Irfan kemudian merintis Yayasan Literasi Naratif Islami sebagai rumah legalitasnya. “Untuk mengikuti perkembangan zaman, saya ingin pesantren nanti polanya itu yang hybrid, ada yang online dan ada yang offline juga. Terus kalau bisa metode mengajinya cepat. Karena saya menemukan banyak orang yang ingin ngaji, tetapi tidak punya waktu. Saya berkeinginan bisa menjawab kebutuhan itu” ucap Irfan.

 

Tak hanya itu, Irfan merupakan seorang penulis yang telah berhasil menerbitkan 12 karya. Berawal dari tahun 2009 hingga sekarang, berbagai macam judul buku tentang keislaman dibalut layaknya sebuah novel. Karya terbaru dari Irfan yang berjudul “Filosofi Shalat” akan diintegrasikan dengan Podcastren. Ini menjadi langkah Irfan untuk memperluas cakupan dengan memanfaatkan saluran yang ada.

 

Tentu saja, dalam berbagai inovasi pasti akan ada tantangannya. Dalam mengembangkan Podcastren, Irfan memiliki tantangan bagaimana agar inovasinya ini bisa bertahan dan menjadi lebih besar. “Kalau kita bikin konten YouTube dan sedikit yang nonton kadang-kadang jadi males juga untuk bikin konten lagi. Padahal, mungkin tujuan utama kita untuk sharing dan enriching. Tapi mungkin karena feedback-nya masih kecil juga jadi tantangan yang berat” beber Irfan.

 

Belajar sambil melakukan. Hal inilah yang selama ini dilakukan Irfan dalam memproduksi kontennya. Pria yang memiliki satu putri ini masih belajar mengenai media dan digital marketing agar bisa mencapai engagement dan reach out yang lebih tinggi.

 

 Irfan sebagai awardee LPDP menggali ilmu dengan melanjutkan studi S2 bidang Filsafat Pendidikan di University College London (UCL) Inggris. (Sumber Foto:Dok. Pribadi)

Menjadi Minoritas

What is education? What is the aim of education? Pertanyaan tersebut acap muncul di benak Irfan saat di pesantren. Irfan ingin menilik dari perspektif yang berbeda bagaimana sebenarnya Islam diajarkan secara ideal. Atas dasar itulah, Irfan sebagai awardee LPDP menggali ilmu dengan melanjutkan studi S2 bidang Filsafat Pendidikan di University College London (UCL) Inggris. Irfan mendapatkan pandangan baru sebagai pihak minoritas di sana. “Saya merasakan rasanya jadi minoritas di sana, terus akhirnya saya berpikir jangan-jangan saya sebagai mayoritas pernah berlaku diskriminatif terhadap yang lebih minoritas” cerita Irfan.

 

Saat awal studi, Irfan sempat mengalami culture shock di sana. Di tiga bulan pertamanya,  Irfan harus berkenalan dengan materi philosophy of education, sementara latar belakang pendidikan S1 Irfan adalah ekonomi. Meskipun begitu, Irfan berhasil melewati tantangan tersebut. Terlebih lagi, saat ini Irfan menjadi awardee LPDP kembali dan akan melanjutkan studi S3 Pendidikan di University of Oxford pada akhir tahun 2022. “Ingin memproduksi konten untuk mengenalkan Islam di Eropa”, tutur Irfan. Ini menjadi misi terdekat dari Podcastren dan Irfan. Sembari nanti menempuh Pendidikan S3 nya, Irfan akan memanfaatkan networking di sana untuk produksi konten keislaman yang mungkin susah untuk diproduksi di sini.

 

Irfan berpesan kepada generasi muda agar mempunyai misi dan istiqomah dalam menjalaninya. Setiap orang menurutnya mempunyai misi dan peran yang diemban. “Peran ini dari lahir tidak dikasih tahu, maka kita harus melatih kepekaan untuk melihat dari hal yang terjadi secara acak dalam kehidupan kita. Benang merahnya apa? Benang merah itu akan menjadi isyarat peran kita ada di mana. Lalu kita juga butuh melatih Istiqomah. Jadi, kalau misalkan ada godaan-godaan untuk pindah ke hal yang lain yang mungkin lebih menyenangkan dalam jangka pendek, kita ingat kembali tujuan awal kita mau ke mana, karena itu lumayan susah untuk Istiqomah,” pungkas Irfan.