Literasi Bencana Sejak Dini

30 November 2021
OLEH: Resha Aditya Pratama
Literasi Bencana Sejak Dini
 

Indonesia termasuk negara rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, dan angin puting beliung dengan total kejadian 90% dari seluruh kejadian bencana di Indonesia yang mengakibatkan kerugian materi dan korban jiwa. Hal tersebut menjadi inspirasi Ikrom Mustofa dan rekan-rekannya untuk mengembangkan ide pendidikan dan literasi iklim pada anak-anak di wilayah rawan bencana. Ikrom yang merupakan awardee beasiswa LPDP di Wageningen University, Belanda mendirikan Generasi Cerdas Iklim (GCI). Bagaimana kisah Ikrom dalam mengembangkan GCI? Simak perbincangan Media Keuangan berikut.

 

Apa yang menginspirasi Anda untuk mendirikan GCI?

Inisiatif GCI diawali dengan semangat saya dan beberapa rekan saya di jurusan Meteorologi Terapan IPB untuk mengembangkan ide pendidikan dan literasi iklim terutama di bidang kebencanaan kepada anak-anak di wilayah rawan bencana. Bencana alam hidrometeorologi merupakan faktor iklim yang dapat terjadi tiba-tiba, namun ada unsur peran masyarakat (antropogenik) yang ikut serta memicu timbulnya bencana tersebut. Penanaman karakter sebagai upaya untuk memperbaiki pola pikir masyarakat merupakan salah satu konsep adaptasi dan mitigasi yang penting dilakukan guna menghadapi sekaligus mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana alam. Permasalahannya adalah pendidikan iklim dan kebencanaan baik formal maupun informal masih cukup jarang di Indonesia, serta belum dikenalkan secara merata di berbagai wilayah. Kondisi tersebut membuat saya dan teman-teman di sekitar saya tergerak untuk mendirikan gerakan GCI ini.

 Sejak berdiri dari tahun 2015, gerakan GCI semakin berkembang dan berkomitmen menjadi sebuah gerakan sosial yang fokus dalam bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta kebencanaan melalui pendidikan cerdas iklim dan pengurangan risiko bencana, pelatihan kebencanaan, serta peningkatan kapasitas masyarakat terdampak bencana melalui pemberian beasiswa bakti GCI.

 

Apa yang menjadi tantangan terbesar Anda bersama GCI?

Sebagai gerakan yang fokus dalam pendidikan iklim, lingkungan, dan kebencanaan, GCI terus berupaya bahwa inovasi ini dapat diterima oleh masyarakat luas. Ini tentunya menjadi tantangan terbesar bagi GCI karena melihat risiko iklim dan bencana yang berbeda-beda yang ditambah oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat termasuk pengetahuan dan literasi mereka yang beragam. Namun selama pengembangan masyarakat melalui GCI, kami bersyukur bahwa masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan kami menjadi lebih cerdas dengan iklim dan bencana, terutama masyarakat jauh lebih paham bagaimana mereka bisa mengurangi dampak bencana dan juga beradaptasi dengan berbagai perubahan global, antara lain perubahan iklim.

 

Ikrom bersama Yayasan Generasi Cerdas Iklim (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi)

Bagaimana Anda tertarik untuk apply beasiswa LPDP?

Saya menyadari bahwa setelah lulus pendidikan sarjana di IPB, ada banyak mimpi yang saya bangun, salah satunya adalah kebutuhan untuk terus memperdalam keilmuan perubahan iklim, isu lingkungan, dan kebencanaan. Hal ini tentunya sejalan dengan karir yang ingin saya bangun di masa depan, termasuk upaya saya untuk bisa mengembangkan GCI lebih besar lagi. Berbekal persiapan yang matang dan juga dukungan dari orang-orang terdekat terutama dosen pembimbing, saya mendaftar beasiswa LPDP. Dalam proses memperoleh beasiswa, saya hanya memilih beasiswa LPDP karena visi misi dari LPDP sejalan dengan cita-cita saya baik saat menjadi penerima beasiswa maupun karir pasca kampus.

Apa yang membuat Anda tertarik menempuh pendidikan ke Wageningen University Netherlands?

Wageningen University & Research merupakan salah satu kampus terbaik dalam bidang lingkungan terutama soal perubahan iklim dan berbagai riset dampak dalam berbagai bidang. Melalui kurikulum yang aplikatif, saya mengambil jurusan di Environmental Sciences, dengan peminatan dalam bidang Water System and Global Change (Climate Change Focused), yang juga didukung oleh minor program di Disaster Studies. Kombinasi mata kuliah dan riset tersebut tentunya bermanfaat bagi saya yang ingin mendalami keilmuan perubahan iklim, lingkungan, dan kebencanaan. Di Wageningen, saya juga diajak langsung untuk memperdalam keilmuan iklim & bencana melalui teori dan praktik lapang, termasuk belajar menjadi konsultan sebuah permasalahan dalam bidang lingkungan dan perubahan iklim.

 

Ikrom Mustofa saat di Wegeningern University (Sumber Foto: Dokumen Pribadi)

 

Pengalaman menarik apa yang paling berkesan bagi Anda saat menempuh pendidikan bersama LPDP?

Selama menerima beasiswa LPDP, saya tentunya tak mau melewatkan setiap momen berharga di dalamnya. Saya memperdalam riset dalam bidang iklim dan bencana dengan mengerjakan dua riset tesis selama dua tahun studi master. Tidak hanya itu, saya juga mengikuti beberapa organisasi seperti menjadi kepala departemen manajemen pengetahuan PPI Belanda, pengurus PCINU Belanda, dan ketua Ambassador CUP PPI Wageningen. Salah satu pengalaman yang juga berkesan bagi saya adalah ketika saya mengikuti beberapa konferensi ilmiah internasional di beberapa negara, seperti Polandia, Hungaria, dan Jepang untuk mempresentasikan hasil penelitian yang saya lakukan. Di Bulan Oktober 2020 saya juga berkesempatan untuk menjadi salah satu pembicara dari total 6 orang terpilih dalam kegiatan Alumni Open Day Wageningen University 2020 untuk mempresentasikan karir pasca studi master dan kontribusi yang dilakukan bagi lingkungan sekitar.

 

Apa pesan Anda bagi anak muda Indonesia yang sedang berjuang meraih cita- cita?

Indonesia akan menghadapi berbagai peluang baik di masa depan, seperti bonus demografi dan Indonesia Emas 2045. Peluang ini tentu harus dijawab dengan peningkatan kapasitas terutama bagi anak muda sebagai agen perubahan dan calon pemimpin di masa depan. Kekosongan berbagai sektor dan bidang prioritas/strategis di Indonesia harus dijawab dengan karya, prestasi, dan kontribusi anak muda. Indonesia butuh anak muda yang punya semangat kompetisi dan kolaborasi untuk berbagai kekosongan yang ada, yang tentunya bermanfaat bagi banyak orang. Semangat membangun Indonesia dari sisi baik teman-teman semua.