Manfaatkan Dana Riset LPDP, PATRIOT-Net Muncul Jadi Sistem Penanggulangan Bencana

31 Agustus 2023
OLEH: Irfan Bayu
Manfaatkan Dana Riset LPDP, PatriotNet Muncul Jadi Sistem Penanggulangan Bencana, foto oleh Irfan Bayu
Manfaatkan Dana Riset LPDP, PatriotNet Muncul Jadi Sistem Penanggulangan Bencana, foto oleh Irfan Bayu  

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah, namun dibalik letak strategisnya, Indonesia juga mempunyai resiko besar terhadap bencana alam. Menurut data dari World Risk Index yang dikeluarkan pada September 2022 lalu, Indonesia menempati posisi ketiga negara yang rawan bencana dengan nilai sebesar 41,46 dibawah Filipina dan India. Hal itulah yang memunculkan ide kreatif Khoirul Anwar untuk menggagas program sistem penanggulangan bencana mulai dari monitoring pra hingga pasca bencana dengan nama Patriot-Net.

Pertemuan tiga lempeng dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia serta Lempeng Pasifik membuat Indonesia sangat rawan bencana seperti gempa bumi, letusan gunung berapi hingga tsunami. (Foto: Anas N.H)

Rawan Bencana

Posisi Indonesia yang strategis memberikan banyak keuntungan, salah satunya adalah melimpahnya kekayaan alam negerinya. Namun posisi Indonesia juga mengandung banyak resiko karena dilalui oleh sirkum pasifik atau yang lebih dikenal dengan jalur ring of fire (cincin api pasifik). Pertemuan tiga lempeng dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia serta Lempeng Pasifik membuat Indonesia sangat rawan bencana seperti gempa bumi, letusan gunung berapi hingga tsunami.

Selain itu, wilayah tropis sekitar khatulistiwa kebanggaan Indonesia juga membuat tingginya curah hujan di wilayah negara ini. Tercatat curah hujan di Indonesia berada di sekitar 1000 hingga 3000 milimeter per tahunnya. Hal ini membuat Indonesia rentan akan banjir dan tanah longsor. Apalagi sebagian wilayahnya merupakan gunung dan dataran tinggi miring yang tidak stabil.

Hal itu yang memantik ide kreatif teman-teman Telkom University untuk membuat program sistem penanggulangan bencana dengan nama Prevention and Recovery Networks for Indonesia Natural Disasters Based On The Internet of Things atau Patriot-Net.

Riset tentang Patriot-Net ini dibiayai oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dengan memberikan pendanaan riset di berbagai skema. Sejak tahun 2018 LPDP melalui skema Riset Inovatif dan Produktif (RISPRO) Kompetisi dan Komersialisasi telah memberikan pendanaan penelitian  dengan total 4,8M kepada Patriot-Net. (Foto: Irfan Bayu)

Patriot-Net

Patriot-Net merupakan proyek Sistem Jaringan Monitoring (SJM) dan Sistem Jaringan Pemulihan (SJP) Kebencanaan. Tim peneliti Patriot-Net, Associate Professor Dr. Eng. Khoirul Anwar, S.T., merupakan sosok di balik suksesnya penciptaan produk ini, “jadi ini secara sederhana adalah aplikasi untuk kebencanaan sebelum dan setelah. Jadi untuk sebelum bencana, kami menggunakan IOT (Internet Of Things) untuk melakukan sensing 4 jenis kebencanaan, yaitu longsor, banjir, gempa, dan tsunami,” jelas Khoirul sapaan akrabnya. Bukan hanya sebelum bencana terjadi namun Khoirul juga memikirkan tentang keadaan pasca bencananya, “Setelah bencana, hampir semua base station mungkin yang terdampak besar itu akan mati atau kehilangan power, maka orang-orang akan kesulitan mendapatkan akses internet dan komunikasi sehingga mereka tidak bisa meminta bantuan (ke safe zone), maka kami datang dengan MCRBS untuk memberikan akses sinyal telekomunikasi dan data darurat, nanti bekerja sama dengan operator-operator di Indonesia untuk membantu (komunikasi) para korban dan tim penyelamat agar mempercepat pertolongan,” jelas pria yang menyelesaikan S2 dan S3 nya di Nara Institute of Science and Technology (NAIST), Jepang.

Riset tentang Patriot-Net ini dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan memberikan pendanaan riset di berbagai skema. Sejak tahun 2018 LPDP melalui skema Riset Inovatif dan Produktif (RISPRO) Kompetisi dan Komersialisasi telah memberikan pendanaan penelitian  dengan total 4,8M kepada Patriot-Net. Biaya yang tidak kecil, namun Khoirul dan timnya mampu untuk menjawabnya dengan perkembangan Patriot-Net yang saat ini telah masuk pada tahap komersialisasi produk yang ditandai dengan Grand Launching Patriot-Net yang berlangsung di Gedung Damar Telkom University pada 14 Februari lalu.

Cara kerja MCRBS pada hari pertama dan kedua akan berkeliling di daerah bencana agar korban mampu meminta bantuan, selain dengan dibawa oleh mobil bak terbuka, MCRBS juga sudah dikembangkan bisa menggunakan drone untuk daerah yang tidak bisa dijangkau mobil. (Foto: Irfan Bayu)

SJM dan SJP

Patriot-Net dibekali sistem baik pada sebelum bencana maupun pasca bencana. Pada pra bencana terdapat SJM atau Sistem Jaringan Monitoring yang terdiri dari kumpulan sensor berbasis Internet Of Things atau IOT untuk melakukan sensing pada 4 jenis kebencanaan yaitu longsor, banjir, gempa, serta tsunami. Khoirul menjelaskan cara kerja secara sederhananya yaitu alat sensor yang telah disebar di beberapa titik akan mengirimkan sinyal ketika terjadi kejadian bencana pada alat penerima di command center dan selanjutnya akan diteruskan lewat aplikasi yang telah terpasang pada gawai masyarakat sebagai sistem peringatan dini, “jadi pemerintah nanti kalau punya command center, maka ini bisa di-display di command center pemerintah, itu untuk yang sebelum bencana,” jelas pria yang juga merupakan Direktur Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi untuk Advance Intelijen Communication serta dosen di Telkom University ini. Menurutnya data tersebut bisa secara cepat dikirimkan bahkan dalam hitungan detik.

Selain itu untuk sistem pasca bencananya, Patriot-Net juga menyediakan teknologi berupa MCRBS atau Mobile Cognitive Radio Base Station. MCRBS sebagai alat utama untuk menyediakan network recovery setelah semua infrastruktur telekomunikasi runtuh akibat bencana pada suatu daerah. MCRBS juga dilengkapi tiga sumber daya yaitu dari tenaga kelistrikan kendaraan, genset serta panel surya yang membuat MCRBS dapat  diandalkan dalam segala kondisi. Dengan sistem ini diharapkan penanganan bencana akan dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

Cara kerja MCRBS pada hari pertama dan kedua akan berkeliling di daerah bencana agar korban mampu meminta bantuan, selain dengan dibawa oleh mobil bak terbuka, MCRBS juga sudah dikembangkan bisa menggunakan drone untuk daerah yang tidak bisa dijangkau mobil. “Nah untuk di hari ketiga dan seterusnya, nanti MCRBS ini akan ter-connect dengan seluler public, dengan operator di Indonesia, sehingga bisa berfungsi sebagai pengganti base station existing selama kita menunggu base station yang baru datang,” jelas pria berkacamata ini.

Patriot-Net juga dilengkapi dashboard bagi command center untuk bisa memantau dan mengolah data dari sensor yang tersedia, serta aplikasi yang dapat diunduh oleh masyarakat yang dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini ketika terjadi bencana alam. Tim Patriot-Net juga siap untuk memberikan pelatihan kepada BPBD setempat atau pihak terkait lainnya dalam pemasangan dan pemeliharaan alat-alatnya sehingga lebih mandiri ketika terjadi kendala yang tidak diinginkan pada alat yang ada.

Patriot-Net sendiri dikembangkan oleh Khoirul bersama 12 anggotanya yang merupakan gabungan antara dosen dan mahasiswa dari Telkom University. (Foto: Irfan Bayu)

Cegah Korban

Patriot-Net sendiri dikembangkan oleh Khoirul bersama 12 anggotanya yang merupakan gabungan antara dosen dan mahasiswa dari Telkom University. Selain itu Telkom University yang berkampus di Dayeuhkolot, Bandung itu juga menggandeng partner dari industri yaitu PT. Fusi Global Teknologi serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kota Padang dalam mengembangkan sistemnya.

Khoirul mengatakan sistem tersebut telah diimplementasikan di Kota Padang yang juga menjadi kota pertama yang menerapkan sistem Patriot-Net, “kami sudah implementasikan dan berjalan alhamdulillah,” ujar Khoirul. Kota padang mampu mencegah terjadinya korban jiwa akibat bencana alam dengan bantuan Patriot-Net. Tercatat ada 491 bencana alam baik dengan intensitas kecil maupun besar selama tahun 2022.

Khoirul berharap sistem ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia, ”cita-cita kami adalah (diterapkan) di seluruh Indonesia. (Foto: Irfan Bayu)

Diterapkan di seluruh Indonesia

Khoirul berharap sistem ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia, ”cita-cita kami adalah (diterapkan) di seluruh Indonesia. Jadi seluruh provinsi di Indonesia, mungkin kabupaten dan kota yang rawan bencana, mempunyai alat ini. Mimpi kan boleh dan memang kita harus presentasi terus, nanti kalau ada kesempatan kami akan presentasi ke provinsi dan ke yang lainnya,” harap Khoirul.

Walaupun sistemnya ini telah mendapatkan banyak apresiasi mulai dari dewan riset, beberapa kementerian terkait bahkan hingga ke luar negeri,  Khoirul masih belum puas dengan apa yang dia capai saat ini dan ingin terus mengembangkan sistem ini untuk lebih baik lagi, “kami berniat untuk meng-upgrade ke 6G tahun 2030. Jadi kami menambahi atau mengubah beberapa komponen mengikuti standar 6G. Dan mungkin sebelum ke 6G akan ke 5G advance tahun 2025,” terangnya. Patriot-Net ini juga menjadi produk pertama dengan TKDN (Tingkat Komponen dalam Negeri) paling tinggi untuk model base station.

Selain itu khoirul juga mengharapkan masyarakat mendapatkan edukasi yang lebih banyak terkait bagaimana untuk menghadapi bencana dan memanfaatkan alat atau sistem kebencanaan yang ada, seperti Patriot-Net ini agar fungsinya lebih maksimal. “Mungkin yang kami harapkan adalah ada kebiasaan untuk latihan menggunakan alat ini, latihan men-setup alat ini agar ini tetap berjalan. Jadi kalau di Jepang, kita 3-6 bulan sekali itu kita ada latihan kebencanaan. Mungkin nanti kalau sudah menjadi budaya di Indonesia, latihan seperti itu, maka alat ini saya yakin akan berjalan terus. Karena biasanya kesulitan bagi alat bencana adalah kalau nggak ada bencana itu dicuekin, tapi ketika ada bencana dan enggak jalan itu terus alat ini dianggap nggak berguna, padahal karena tidak bisa mengoperasikannya,” pungkasnya.


Artikel Lain
TELUSURI

KSSK Pantau Ketat Stabilitas Sistem Keuangan 2023, Ekonomi Indonesia Aman.
KSSK Pantau Ketat Stabilitas Sistem Keuangan 2023, Ekonomi Indonesia Aman.  

Jaga Inflasi Untuk Capai Target Pertumbuhan
Jaga Inflasi Untuk Capai Target Pertumbuhan  


Pemilu Serentak Berpotensi Genjot Perekonomian Indonesia 2024
Pemilu Serentak Berpotensi Genjot Perekonomian Indonesia 2024