Pemilu Serentak Berpotensi Genjot Perekonomian Indonesia 2024

29 September 2023
OLEH: CS. Purwowidhu
Pemilu Serentak Berpotensi Genjot Perekonomian Indonesia 2024
Pemilu Serentak Berpotensi Genjot Perekonomian Indonesia 2024  

Indonesia akan menghelat Pemilu Serentak pada 2024. Anggaran Pemilu juga menjadi salah satu fokus pemerintah pada APBN 2024.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Abdurohman dalam acara Media Gathering Kementerian Keuangan di Cianjur Jawa Barat, Senin (25/9) mengatakan di sisi belanja, pemerintah telah mengalokasikan dana perhelatan pemilu sebesar Rp11,52 triliun pada 2023 dan Rp 15,87 triliun pada 2024 yang utamanya dianggarkan untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Abdurohman juga memaparkan pemilu berpotensi menaikkan konsumsi.

Dampak pemilu bisa dipilah menjadi dua. Dampak langsung berupa meningkatnya konsumsi pemerintah dan dampak tak langsung yakni konsumsi masyarakat.

Konsumsi pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik 0,75% di 2023 dan 1% di 2024.

Sementara Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga diproyeksi naik 4,72% di 2023 dan 6,57% di 2024 sebagai dampak dari pengeluaran calon legislatif (caleg).

Angka tersebut berdasarkan perhitungan kasar dari asumsi pengeluaran caleg DPR sebesar Rp 1 miliar per orang dan caleg DPRD di kisaran Rp200 juta. Dengan perkiraan total caleg sebanyak 8.037 untuk memperebutkan 500 kursi DPR RI, 12.372 kursi DPRD Tingkat I, dan 17.510 kursi DPRD Tingkat II.

Sementara dampak tak langsung ke konsumsi masyarakat sekitar 0,14% di 2023 dan 0,21% di 2024.

“Ini tambahan PDB-nya di 2023 sekitar 0,2% dan juga di 2024 0,27%. Ini hitungan kasar kami,” ungkap Abdurohman.

Senada, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengutarakan gelaran pesta demokrasi di Indonesia membawa pengaruh yang beragam terhadap ekonomi.

Berdasarkan kajiannya, kondisi IHSG dan rupiah cenderung mengalami pelemahan sesaat pada pemilu tahun 2004 dan 2009. Sedangkan dampak pemilu pada tahun 2009 tidak cukup mumpuni untuk dijadikan rujukan karena cenderung bias akibat terjadinya perang dagang global pada masa itu.

Kendati mengalami pelemahan temporer, ekonomi domestik akan kembali stabil setelah hasil pemilu keluar.

Pemilu setidaknya membawa dua pengaruh dominan terhadap indikator makro lanjut Josua.

Di satu sisi, kegiatan pemilu akan bisa mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, khususnya LNPRT. Dia juga mengatakan sektor makanan minuman, logistik, transportasi, pakaian, dan jasa-jasa pendukung pemilu akan membawa efek pengganda besar.

Ia juga mengamini potensi perputaran uang pemilu, dapat berdampak terhadap konsumsi sebesar 0,1-0,3% poin ke PDB.

Di sisi lain, ada kecenderungan dalam 4 pemilu terakhir investasi asing atau PMA (Penanaman Modal Asing) mengalami perlambatan. Namun, akan rebound kembali saat hasil pemilu sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar dan ekonomi.

Dia juga menambahkan, mencermati tingkat kepuasan masyarakat yang cukup tinggi terhadap kinerja petahana, maka besar kemungkinan pemerintahan selanjutnya akan meneruskan kebijakan yang sudah ada. Dengan begitu, sekalipun investasi asing melemah, optimisme tetap ada, ditambah lagi dengan adanya potensi kenaikan sovereign credit rating Indonesia di tahun mendatang.

“Yang menarik justru investasi domestik atau PMDN (penanaman modal dalam negeri) menunjukkan tren tetap positif,” ujar Josua.

Karena itu pelaku usaha dan investor domestik perlu terus didorong kontribusinya.


CS. Purwowidhu