Merenjeng Potensi di Bukittinggi

1 Mei 2021
OLEH: Aditya Wirananda
Merenjeng Potensi di Bukittinggi
 

Siapa tak kenal Bukittinggi? Setidaknya, kita akan mengenal Bukittinggi sebagai kota tempat kelahiran proklamator republik ini, Mohammad Hatta. Kota ini juga pernah dijadikan sebagai ibu kota Indonesia di masa Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Saat pendudukan Belanda, kota ini dikenal dengan Fort de Kock. Kota dengan slogan Saayun Salangkah ini juga menyimpan sejumlah tempat yang menarik.

Potensi dari safari

Keberadaan bangunan-bangunan ikonik dan penting di Bukittinggi menjadi nilai lebih dari perspektif pengelolaan aset negara. Hermawan Sukmajati, kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bukittinggi mengatakan bahwa sejumlah aset negara yang berada di wilayah kerjanya memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat memberikan kontribusi pada penerimaan negara. "Salah satunya adalah padang gembala. Padang gembala sapi yang sangat luas. Lokasinya itu di kabupaten Lima Puluh Kota," ujarnya.

Aset itu dikelola oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas. "Kata orang-orang, di sana itu seperti New Zealand-nya Indonesia," ujarnya sembari berseloroh. Aset di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang memiliki  luas lahan lebih dari 200 hektar ini belum dibuka untuk umum. "Ini yang menjadi menarik bagi kami, sebagai pengelola aset, untuk mengajak teman-teman satker (BPTU-HPT Padang Mengatas) mengoptimalkan asetnya supaya kemudian bisa memberikan pemasukan bagi negara," ujar pemegang gelar Magister dari Universitas Gadjah Mada ini. Hermawan mengakui adanya sebersit kekhawatiran dari pihak BPTU-HPT Padang Mengatas terkait kesehatan ternak bila nantinya dibuka umum. Kendati demikian, menurutnya, hal itu dapat dimitigasi dengan beberapa alternatif solusi.

Selain padang gembala ternak ini, Hermawan menambahkan adanya potensi dari bekas lembaga pemasyarakatan (lapas) yang sudah 30 tahun tidak tergarap optimal. "(Lapas) dipindahkan ke daerah lain, ke Agam. Lalu LP lamanya ini idle," ujarnya. Hermawan dan timnya membangun komunikasi dengan pemerintah kota Bukittinggi untuk dapat memaksimalkan potensi aset eks lapas ini. Ia mengatakan aset ini diproyeksikan menjadi museum dan area komunal. "Dijadikan obyek wisata ya, misalnya museum. Ditambah nanti di situ (sebagai lokasi) orang-orang bersosialisasi," ujar mantan Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara ini.

Makan enak dan alam permai

Di luar catatan tentang potensi aset yang belum maksimal, Hermawan mengatakan Bukittinggi nyaris tak punya cela. Kendati ia adalah seorang pendatang di Bukittinggi, ia mengatakan begitu nyaman bertugas di Bukittinggi. "Saya di sini nggak merasa ada kesulitan ya. Dari bandara kita nggak jauh ya, dua jam. Alam sangat indah, makanan enak, lingkungan (masyarakat) juga welcome dengan orang-orang luar ya," ujarnya. Hal senada, menurut pengakuan Hermawan, dirasakan juga oleh timnya di KPKNL Bukittinggi. Tak pernah ada keluhan terkait kenyamanan tinggal dari 30 lebih pegawainya.

Selain kota tempat bertugas yang sudah nyaman, Hermawan juga berusaha membangun interaksi yang tidak kaku pula kepada timnya. "Kami juga menerapkan pergaulan yang egaliter lah, pelaksana kepada kepala seksi, kepada saya (kepala kantor) juga kita anggap sebagai teman," ujarnya. Pendekatan semacam itu, menurut pria kelahiran Cirebon ini membuat komunikasi jadi lebih mudah dan cair. Kritik dan masukan dari bawahan ke atasan terjadi sangat cair di KPKNL Bukittinggi. Selain itu, Hermawan bersama timnya juga tak jarang mengadakan kegiatan akhir pekan bersama menuju objek-objek menarik di wilayah Bukittinggi. Kegiatan itu diakuinya sebagai upaya menyegarkan kembali pikiran setelah lelah bekerja sekaligus upaya merekatkan hubungan antarpersonel di KPKNL Bukittinggi.

Situasi bekerja yang nyaman ini tecermin pula dari sejumlah prestasi yang dicatatkan oleh KPKNL Bukittinggi. Pada 2018, kantor ini meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Kantor ini juga berhasil meraih predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) setahun setelahnya, yakni pada 2019. Ihwal harapan, Hermawan mengatakan bahwa ia begitu berharap pihaknya tidak pernah berhenti belajar dan mengembangkan diri. "Karena ke depan tantangan pengelolaan kekayaan negara ini lebih kompleks, dan kita dituntut untuk (bisa) menjadi sumber penerimaan negara," ujarnya. Ia juga berharap satuan kerja di wilayahnya dapat lebih memaksimalkan potensi aset yang dimiliki. Sedangkan dari perspektif lelang, ia berharap masyarakat dapat lebih ikut andil memanfaatkan berbagai kemudahan yang ada di saluran lelang.go.id.