Petugas Admin yang Menjadi Menteri

11 Oktober 2023
OLEH: Mohamad Ikhwan Maulana
Menteri Keuangan RI Prof. Dr. J.B. Sumarlin.
Menteri Keuangan RI Prof. Dr. J.B. Sumarlin.  

Siapa nyana, mantan admin pabrik itu bisa melangkah pasti dan menembus tembok pemerintahan. Hingga menduduki posisi Menteri, serta dijuluki arsitek pembaruan dan begawan ekonomi yang diperhitungkan dunia.

Keuletan dan kegigihan Sumarlin menuntut ilmu berbuah manis. Siapa pun tak meragukan kecerdasan mantan admin sekaligus bagian keuangan NV Sar's itu. Bahkan Pak Cus, sapaan Sumitro Djojohadikusumo, dosen sekaligus Dekan FEUI kala itu, mengakui dan merekomendasikan jasa Sumarlin ke berbagai pihak.

Kepiawaiannya dalam public finance dan moneter kian terasah ketika menjadi asisten dosen di almamaternya, ditambah studinya di Amerika Serikat tahun 1960. Sense of analytic terhadap sebuah masalah menguat. Hal itu nampak dalam tesisnya Some Aspects of Fiscal and Monetary Policies in Indonesia and in the USA: A Comparative Study 1950-1958, 1960. Sumarlin membahas efektivitas peran kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia dan Amerika dalam menopang kinerja ekonomi kedua negara. Pun menyoal struktur perangkat fiskal dan moneter, termasuk perpajakan dan stabilitas politik.

Jenjang doktoral bidang Ekonomi dan Pembangunan dari University of Pittsburgh, menambah ketajamannya dalam mengelola bidang-bidang tersebut. Termasuk menganalisa tekanan inflasi, pertumbuhan ekonomi yang negatif dan stagnasi produksi di tanah air Era Soekarno 1950-1965. Modal besar untuk berkiprah di manapun. 

Menurut anak sulung penyuka tiwul ini, Ignatius Widyantoko atau Widy, ayahnya memang sangat analitik. Pun tegas, bijak dan berani. Sang ayah selalu punya cara unik dalam mengeluarkan pendapat dan memperoleh dukungan banyak pihak. Termasuk kebijakan-kebijakan yang dibuatnya di kemudian hari. Bisa jadi, itulah resep jitu Sumarlin melenggang mulus ke ranah pemerintahan melalui sejumlah Departemen --kini Kementerian/Lembaga (K/L).

Hal itu diamini anak ketiganya, Antonius Widyatma (Antonius). Namun ditambahkannya, sang ayah juga selalu menekankan bahwa pendidikan akan berhasil jika dibantu dengan attitude. "Bapak komit mendahulukan kewajiban, mengutamakan pelayanan, dan menggunakan posisi untuk kesejahteraan orang banyak," papar Antonius tentang Sumarlin. 

Saat bekerja, kata Antonius berusaha mengingat wejangan sang ayah, kita akan dimarahi orang. Tapi di situlah attitude itu diuji. "Pegawai negeri itu gajinya kecil, jika tidak punya correct attitude, itu jelas tidak akan memadai," ungkapnya menirukan sang ayah. Antonius, yang menjadi Direktur Riset di Sekolah Bisnis dan Ekonomi Prasetya Mulya ini meyakini apa yang diterapkan sang ayah itu benar. Dan itu pun diyakininya sebagai modal sang ayah melaju dan diterima di berbagai institusi. "Bapak memang tak pernah cerita kalau tidak ditanya. Tapi kita bisa melihatnya," ujar Antonius.

Karier Sumarlin di pemerintahan diawali ketika mendapat pinangan menjadi Staf Ahli Menteri Keuangan (Menkeu). Kala itu, kementerian ini dipimpin oleh Ali Wardhana, salah satu sahabatnya. Meski terhitung sebentar di Dewan Moneter, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dari Desember 1968 ke Mei 1969, kiprahnya di sana diperhitungkan.

Menurut Antonius, komitmen di Kemenkeu tersebut diemban sang ayah sembari tetap mengajar di berbagai universitas. Tak hanya di FEUI, tapi juga Universitas Sriwijaya, Palembang dan Universitas Syah Kuala, Banda Aceh. Juga di Lembaga Pendidikan Perbankan Indonesia dan Universitas Atmajaya di Jakarta.

Bahkan Sumarlin juga menjadi dosen luar biasa di Sekolah Staf dan Komando AL dan Lemhanas di Jakarta, Sekolah Staf dan Komando AD dan AU di Bandung, serta Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Bahkan Komitmen di Lemhanas masih dipenuhinya hingga 1997. "Bapak selalu bilang, gunakan pangkat atau jabatanmu untuk kesejahteraan, untuk membantu. Dan membantu itu jangan pamrih. Itu menjadi konsennya," ujar Antonius.

Meski amat serius di pemerintahan, imbuh antonius, kecintaannya pada almamater dan dunia pendidikan tak lantas hilang. Apalagi berkurang. Bapak juga turut menjadi anggota sejumlah organisasi profesi. Bahkan pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) periode 1987-1990. Itu semua menjadi bekal tambahan bagi langkah-langkah Sumarlin ke depan. Menambah teman, kolega dan wawasan, bisa berarti membuka peluang bagi kariernya. 

Hal itu terbukti. Setelah bergabung dengan Ali Wardhana di Lapangan Banteng pada 1968, karier Sumarlin di pemerintahan kian pasti. Semua yang dilakukannya menjadi nilai intangible yang memuluskan jabatan di sejumlah departemen lain. Dari staf ahli dan wakil badan, kemudian menjadi menteri dan ketua badan. Jejak-jejak kerjanya pun terekam jelas.

J.B. Sumarlin menandatangani berkas pada acara pelantikan Direksi Bank Pemerintah, Jakarta, 1992. (Foto: TEMPO/Rully Kesuma)

Gebrakan demi gebrakan dibuatnya. Baik ketika menjadi menteri ad interim, maupun memimpin Kemenkeu periode 1988-1993. Hingga berhasil menstabilkan ekonomi Indonesia pada Era Orde Baru. Bahkan mendorong pertumbuhan ekonomi melebihi target dan menahan laju inflasi. Jejak-jejak Sumarlin dalam membereskan "pekerjaan rumah" di pusaran ekonomi dan keuangan pemerintah semakin mengukuhkan dirinya untuk patut dijuluki sebagai "sang begawan".

Terlebih, sebelum menjadi Menkeu pun telah banyak urusan yang bersinggungan dengan ranah keuangan dikerjakannya. Pada 1970, misalnya, Sumarlin masuk ke dalam Tim Persiapan Pasar Uang dan Modal sebagai wakilnya. Tim ini kemudian membentuk dua badan. Yaitu Badan Pembina Pasar Modal (Bappepam) dan Badan Pelaksana Pasar Modal. 

Ketika menjadi Menteri Penertiban dan Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN)/Wakil Ketua Bappenas pun, banyak pula pekerjaannya yang terkait dengan keuangan. Antara lain masalah asuransi. Sumarlin membentuk sebuah tim antardepartemen yang terdiri dari Bappenas, Departemen Keuangan, dan Departemen Tenaga Kerja dan menggelontorkan Perum Jamsostek pada 1977.

Menmud Perindustrian dan Menkeu sedang menjelasankan tentang kawasan industri.

Tak Gentar Sidak dan Blusukan

 Di mana pun ditempatkan, sang begawan mengemban amanah dengan totalitas dan dedikasi tinggi. Kecintaan pada pekerjaannya itu menjadi cermin pengabdiannya pada bangsa. "Kamu belum tahu rasanya sebelum Indonesia jadi. Saya mengalami itu semua, karena itu kita harus bekerja dengan baik, mengabdi untuk indonesia," tutur sang begawan yang selalu terngiang pada Antonius.

Sebagai pejabat, kata anaknya yang lain, selain berdedikasi, ayah juga tegas. Maksudnya cepat, tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Serta konsekuen menjalankannya. "Bapak juga tak segan melakukan inspeksi mendadak (sidak) atau blusukan, bahkan melakukan penyamaran untuk memastikan kegiatan di lapangan berjalan baik, sesuai sistem dan prosedur," ungkap Widy.

Seperti ketika rumor pungutan liar alias pungli di lingkup Kemenkeu merebak pada 1974-an, saat lembaga ini dipimpin oleh Ali Wardhana. Selaku MenPAN, Sumarlin melakukan sidak dan penyamaran ke Kantor Bendahara Negara di Juanda, Jakarta. "Tapi tidak sendirian. Tiga kali saya datang menyamar. Setelah itu, saya ajak Pak Ali Wardhana ke kantor itu untuk menangkap punglinya. Itu Juli 1974," tutur sang begawan kemudian, tepatnya ketika beliau pensiun dari jabatan sebagai Menkeu pada 1993. Berkatnya, praktik pungli lenyap. Dan foto sang begawan terpampang nyata di sejumlah sudut kantor-kantor perwakilan atau dinas di daerah, sebagai awareness "No Pungli, No Korupsi".

Sementara kemampuan intelijen dan komunikasi sang begawan, kisah Widy, salah satunya ditunjukan setelah Presiden mengumumkan swasembada beras pada 1984. Ketika semua informasi positif, ternyata Sumarlin mendapat informasi ada ancaman hama wereng. Ini berpotensi mengganggu swasembada. "Bapak pun blusukan dengan helikopter Presiden dan mengambil dokumentasi langsung dari lapangan, dari sawah-sawah di Jawa Tengah," papar Widy seraya menambahkan, kala itu Menteri Pertanian tengah sakit.

Menkeu J.B. Sumarlin meresmikan struktur baru Danareksa di Hotel Borobudur, 15 Januari 1993.

Upaya-upaya seperti itu dilakukan melalui kerjasama anterdepartemen. Kerja sama yang baik menghadirkan solusi bersama seperti bola biliar. Di mana, dari sebuah solusi yang diambil, ternyata bisa menyelesaikan banyak masalah. Kinerja Sumarlin yang positif tak hanya diakui di dalam negeri, tapi juga oleh dunia internasional. Hal itu terlihat dari berbagai posisi strategis di beberapa lembaga dunia, yang dipercayakan kepadanya. Seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, United Nations Regional Training and Research Institute, bahkan pernah menjadi ketua lembaga supreme auditors Asia.

Tak heran jika kemudian Sumarlin juga dipandang bukan hanya "agen pembaruan", melainkan "arsitek pembaruan" itu sendiri. Tak heran juga jika petugas admin pabrik itu menjadi menteri, bahkan salah satu Menkeu yang diperhitungkan dunia. 


Mohamad Ikhwan Maulana