Sukuk Negara: Tebar Manfaat Nyata, Dorong Pemerataan Pembangunan

1 April 2024
OLEH: CS. Purwowidhu
Ilustrasi oleh Tubagus P.
Ilustrasi oleh Tubagus P.  

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau lebih dikenal dengan Sukuk Negara merupakan Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Keuangan berdasarkan prinsip Syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan suatu aset.

Dana investasi diperuntukkan pembelian hak manfaat Barang Milik Negara ataupun pengadaan proyek untuk disewakan kepada Pemerintah. Imbalan berasal dari keuntungan hasil kegiatan investasi tersebut.

Sukuk negara bukan hanya menjadi salah satu sumber pembiayaan APBN. Namun juga mendorong pertumbuhan pasar keuangan syariah di Indonesia. Lebih dari itu, sukuk negara dimanfaatkan secara langsung untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di berbagai sektor, yang selanjutnya akan menyokong pertumbuhan ekonomi.

Instrumen sukuk memiliki beberapa keunggulan dibandingkan instrumen investasi lainnya. Penerbitan sukuk dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Tidak mengandung unsur maysir (judi), gharar (ketidakjelasan), dan riba (usury) Serta telah memperoleh opini Syariah dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Pokok dan imbalan sukuk juga dijamin oleh negara melalui UU APBN dan UU SBSN, sehingga tidak memiliki risiko gagal bayar. Berinvestasi sukuk menguntungkan karena tingkat imbalan kompetitif dan potensi kenaikan harga (capital gain). Pajak imbal hasil sukuk pun lebih rendah dibandingkan deposito. Dan yang tak kalah penting, sebagai warga negara Indonesia, berinvestasi sukuk berarti mendukung kemandirian bangsa melalui pembiayaan pembangunan nasional, dari rakyat untuk rakyat.

“Satu lagi yang tidak ada di instrumen lain adalah dengan investasi di sukuk, investor atau masyarakat yang membeli akan menjadi pahlawan tanpa harus angkat senjata. Karena sukuk atau uang yang diinvestasikan pemerintah kan untuk membangun yang langsung dipergunakan oleh masyarakat,” ujar Direktur Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah.

 

infografisLaput02Apr2024.png
Inforgrafis oleh Dimach O. K. P.

 

Manfaat bagi semua

Total penerbitan sukuk negara hingga 15 Februari 2024 mencapai sebesar Rp2.572,49 triliun dengan outstanding sebesar Rp1.480,49 triliun. Sementara total penerbitan sukuk proyek sejak 2013 sebesar Rp242,72 triliun yang telah berhasil membiayai sebanyak 6.104 proyek.

Dwi Irianti Hadiningdyah mengungkapkan hasil penerbitan sukuk dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai sektor. Mulai dari sektor infrastruktur, pendidikan, transportasi, sosial dan keagamaan, hingga pengembangan riset dan penelitian.

Pada tahun 2022 misalnya, sukuk negara dialokasikan untuk membiayai proyek infrastruktur pada 11 Kementerian/Lembaga dengan nilai pembiayaan sebesar Rp29,53 Triliun yang terdiri dari 880 proyek yang tersebar di 34 provinsi.

Beberapa contoh pembangunan infrastruktur yang rampung di 2021 dan 2022 antara lain Jembatan Sei Alalak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Jalan Layang Bukit Rawi, Kalimantan Tengah; Embung Serbaguna Karangreja, Kab. Cilacap, Jawa Tengah; dan Pengaman Pantai Sofifi, Maluku Utara.

“(dulu) Orang kalau sudah kemarau itu bisa sampai berpuluh-puluh kilo mencari air, tapi sekarang kita jarang dengar. Itu salah satunya karena dibangun embung. Sehingga sekarang suplai air bersih untuk masyarakat di daerah-daerah yang rawan kekeringan itu sudah cukup bagus,” ucap Dwi.

Pemanfaatan sukuk untuk pembangunan dilakukan merata di seluruh daerah di Indonesia, baik daerah dengan populasi mayoritas muslim maupun nonmuslim. Termasuk Papua, Manado, Medan, Bali, dan NTT.

Pembangunan prasarana pengendali banjir Tukad Mati di Badung, Bali misalnya. Sebagai daerah yang mata pencaharian utama penduduknya dari pariwisata, tentu kenyamanan wisatawan menjadi kunci utama agar roda perekonomian Bali terus berputar.

Dengan adanya prasarana pengendali banjir tersebut, risiko bencana banjir di Kab. Badung dan Kota Denpasar, termasuk area Kuta, Seminyak, dan Legian semakin berkurang. Selain itu, revitalisasi Tukad Mati juga dilakukan melalui penghijauan hutan Mangrove yang dapat mengurangi emisi gas buang dari pesawat udara.

Selanjutnya, di sektor pendidikan, sukuk negara hadir memeratakan akses dan kualitas pendidikan di penjuru nusantara.

Kini, seluruh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) telah memperoleh manfaat pembangunan dari sukuk. Sukuk juga membiayai pembangunan kampus-kampus negeri lainnya yang bukan berbasis keagamaan, seperti Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang merupakan kloning Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Institut Teknologi Sumatera (ITS) yang merupakan kloning Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sukuk tidak hanya membiayai pembangunan gedung kampus. Namun juga mendukung penyediaan sarana prasarana (sarpras) pembelajaran yang memadai seperti alat-alat praktikum yang spesifik.

“Akhirnya, nanti anak-anak di Sumatera dan daerah Kalimantan, dan bagian timur, mereka memiliki fasilitas pendidikan yang setara dengan saudara-saudaranya yang di Jawa. Sehingga kita bisa memproduksi atau menghasilkan SDM yang unggul secara merata,” paparnya.

Di samping itu, sukuk juga membiayai pembangunan kampus vokasi dan sekolah madrasah negeri di berbagai daerah. Kontribusi sukuk semakin signifikan dengan kian majunya kualitas lulusan dari kampus-kampus maupun sekolah yang pembangunannya dibiayai sukuk. Bahkan sekolah madrasah negeri sekarang sudah banyak yang menjadi sekolah unggulan. Di Mataram, Lombok dan Malang, Jawa Timur misalnya. Bahkan tak jarang pula lulusan madrasah negeri yang berhasil lulus di kampus-kampus terbaik dunia.

Hal tersebut menunjukkan dengan adanya fasilitas pembelajaran yang lebih baik, tak hanya kapasitas siswa yang bisa ditampung lebih banyak. Namun juga kualitas lulusan yang dihasilkan mampu berkompetisi di kancah global. Dengan begitu, sukuk membuktikan andilnya dalam mendukung lahirnya SDM Indonesia yang lebih unggul.  

Beberapa contoh pembangunan sektor pendidikan oleh sukuk pada kurun 2020-2022 antara lain pembangunan Gedung Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur; Gedung Kuliah Terpadu TIK Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh; Gedung Kuliah Bersama Politeknik Negeri Cilacap, Jawa Tengah; dan Ruang Kelas MTsN Karangasem, Bali.

Di sektor transportasi sukuk juga berkontribusi nyata. Pembangunan jalur kereta api Rantau Prapat-Kota Pinang, Sumatera Utara yang selesai di 2020 lalu misalnya. Sementara di 2022 telah dirampungkan pembangunan fasilitas perkeretaapian Bekasi s.d. Cikarang, Jawa Barat; revitalisasi terminal tipe A Amplas, Sumatera Utara; hingga pembangunan Pelabuhan penyeberangan Kadatua, Sulawesi Tenggara.

Di samping itu, sukuk juga dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan di sektor pertahanan dan keamanan seperti pembangunan perumahan negara prajurit TNI dan Polri. Sukuk pun berpartisipasi membangun lingkungan hidup dan kehutanan. Mulai dari pembangunan Pusat Penelitian dan Pendidikan keanekaragaman hayati di taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sanctuary tarsius di Bantimurung, hingga Shark Whale Conservation Center di taman nasional Teluk Cendrawasih.

Selain itu, sukuk turun berperan serta mengembangkan riset dan penelitian di Indonesia. Pembiayaan riset yang memadai tentunya menjadi keniscayaan jika Indonesia ingin mencapai target menjadi negara maju. Sukuk memungkinkan tercukupinya pembiayaan riset yang akan membidani berbagai inovasi dari pusat-pusat riset tanah air.

Beberapa di antaranya pembangunan fasilitas pengolahan pangan tradisional terintegrasi berstandar current good manufacturing practices di Gunung Kidul, Yogyakarta pada 2021. Fasilitas tersebut penting bagi pengembangan riset pengemasan dan riset halal di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dengan dukungan fasilitas laboratorium yang lebih lengkap, diharapkan hasil riset dapat lebih berdaya guna.

Sukuk proyek juga digunakan BRIN untuk pembiayaan pembangunan Bandung Advance Science and Creative Engineering Space (BASICS). Hasil pembiayaan sukuk tersebut berupa dua tower utama BASICS, gedung workshop, gedung bangunan penunjang, serta fasilitas riset di bidang geoteknologi, teknologi bersih, tenaga listrik dan mekatronika, telekomunikasi, informatika, dan pengembangan instrumentasi

“Dulu, pendanaan riset mungkin tidak begitu diprioritaskan. Tapi, dengan adanya sukuk, kita bisa prioritaskan pembiayaan riset,” ungkap Dwi.  

Tidak hanya memenuhi kebutuhan strategis masyarakat, sukuk juga menyentuh sektor mendasar yakni kehidupan sosial dan keagamaan melalui pembangunan fasilitas Kantor Urusan Agama (KUA) misalnya. Revitalisasi KUA seperti dibangunnya ruang akad nikah yang representatif berikut spot foto yang cukup baik untuk mengabadikan momen spesial sangat dirasakan manfaatnya bagi pasangan yang ingin menikah di KUA, khususnya semasa pandemi.   

“Nah ini yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Jadi bisa dilihat buktinya bahwa sukuk tidak hanya untuk pembiayaan APBN, tapi justru langsung menunjukkan kehadiran pemerintah di sana,” pungkasnya.


CS. Purwowidhu