UMKM Saluyu Tumbuh dan Terus Maju

16 Juni 2023
OLEH: Dimach Putra
UMKM Saluyu Tumbuh dan Terus Maju
 

Angin berembus menambah sejuknya udara di Desa Panundaan pada siang hari yang cerah di awal bulan Juni. Di tengah kontras teriknya sinar matahari dan sejuknya suhu udara di lereng Gunung Patuha itu, warga sekitar nampak semangat mengolah sawah dan kebunnya. Daerah ini memang terkenal subur dan merupakan penghasil berbagai komoditas pertanian seperti buah dan sayur.

Mayoritas mata pencaharian warga desa yang terletak di Kecamatan Ciwidey ini memanglah bertani. Namun selain itu, Ciwidey juga makin dikenal sebagai tujuan wisata favorit di sekitar Bandung Raya beberapa tahun terakhir. Daya tarik utama daerah ini adalah wisata Kawah Putih dan penginapan yang menyediakan kolam pemandian air panas alami. Beberapa warga pun memanfaatkan ramainya wisatawan dengan membuka wisata agro di kebun dan sawah mereka, yang paling terkenal adalah wisata petik stroberi.

 

Gerakan perubahan ibu-ibu petani

Salah satu organisasi warga yang memanfaatkan kesempatan emas ini adalah kelompok wanita tani (KWT) Desa Panundaan yang terbentuk sejak tahun 2011. Awalnya, kelompok ini merupakan wadah bagi ibu-ibu yang ingin mengolah komoditas hasil tani menjadi bahan-bahan makanan yang siap konsumsi. Di tahun 2018, ketua KWT Panundaan meninggal dunia. Perubahan struktur organisasi ini menginspirasi para anggota untuk mengembangkan organisasinya menjadi sebuah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi makanan.

”2011 sampai 2018 itu kami scope-nya hanya pertanian saja, sedangkan di luar sana dunia UMKM sudah merambah ke mana-mana,” ungkap Tia Setiawati, pemimpin kelompok wanita tersebut. Menyadari hal itu, Tia dan anggotanya semakin mantap membentuk UMKM Saluyu di awal 2020. Tak ingin meninggalkan akarnya sebagai kelompok tani, produk UMKM Saluyu masih memanfaatkan hasil panen pertanian yang diolah menjadi bahan dasar produk makanan ringan.

Nama saluyu diambil dari sebuah diksi dalam Bahasa Sunda yang memiliki makna sejalan. Selain itu, istilah ini merupakan gabungan dari tiga kata lain dalam Bahasa Sunda: sauyunan, lumangsung, dan rahayu. Masing-masing kata tersebut memiliki arti kompak, bergerak dan sejahtera. Tiga hal itu menjadi semangat para anggota UMKM Saluyu untuk selalu kompak bersama menuju kesejahteraan.

Nama saluyu diambil dari sebuah diksi dalam Bahasa Sunda yang memiliki makna sejalan. Selain itu, istilah ini merupakan gabungan dari tiga kata lain dalam Bahasa Sunda: sauyunan, lumangsung, dan rahayu. (Foto: Resha A.P)

Tawaran pendampingan

Dalam rangka membuat UMKM Saluyu lebih maju, Tia dan anggotanya gencar mengikuti beberapa pelatihan peningkatan keahlian. Suatu ketika di akhir 2020, Tia ditunjuk sebagai perwakilan perempuan ke sebuah acara yang mengumpulkan tokoh-tokoh penggerak desa. Lewat acara tersebut, perempuan berkerudung ini bertemu dengan perwakilan dari PT Geo Dipa Energi (Persero) (GDE) Unit Patuha. Pada kesempatan itu, Tia menyampaikan potensi KWT Panundaan dan UMKM Saluyu yang ia pimpin. Ia juga sempat menyampaikan harapannya dan seluruh anggota untuk memajukan organisasi wanita tersebut.

 ”Alhamdulillah respon Geo Dipa sangat bagus. Selang beberapa hari mereka langsung mendatangi kami di balai desa” ucap Tia penuh syukur. Pada pertemuan itu tim dari GDE Unit Patuha langsung menawarkan kepada UMKM Saluyu untuk menjadi mitra binaan mereka. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh anggota UMKM Saluyu. Tawaran tersebut seakan menjadi peta yang telah mereka cari untuk membantu mereka dalam mengembangkan usaha kecil yang tengah mereka rintis,

             

Eksistensi Geo Dipa Energi di Patuha

Sebagai negara yang terbentang di area cincin api, Indonesia menyimpan 40 persen cadangan panas bumi  dunia. Dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, total potensi energi yang dapat dihasilkan oleh panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 23,7 GW. Melihat potensi yang besar itu, pemerintah telah menetapkan wilayah kuasa pertambangan (WKP) untuk pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan ini.

Titik-titik yang menyimpan energi geothermal tersebar di hampir semua kepulauan Indonesia. Jawa Barat menjadi provinsi  dengan jumlah titik panas bumi terbanyak, yaitu di 42 lokasi. Salah satu titik tersebut adalah WKP Patuha yang terletak di daerah sekitar Ciwidey. Di kawasan ini terdapat pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Patuha yang telah beroperasi sejak 2014. Kapasitas terpasang pembangkit panas bumi yang dikelola oleh GDE Unit Patuha ini sebesar 60 MW.

Perseroan ini awalnya merupakan joint venture PERTAMINA dan PLN pengelola WKP Dieng dan Patuha. Sebanyak 94,5 persen sahamnya kini dipegang oleh pemerintah, sisanya milik PLN. Saat ini GDE menjadi salah satu special mission vehicle di bawah bimbingan dan pengawasan Kementerian Keuangan. Untuk PLTP Patuha, produksi listriknya mampu menambah suplai listrik Jawa - Bali sebesar 441 GWh/tahun dan mampu melistriki lebih dari 60 ribu rumah.

 

Membangun lingkungan dan masyarakat

Tak hanya mengeksplorasi dan menghasilkan energi baru dan terbarukan, GDE juga memiliki semangat menjadi perusahaan berkelanjutan yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Komitmen ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) GDE. Terdapat 4 pilar dalam pengembangan komunitas di area sekitar WKP melalui GDE Peduli, GDE Maju, GDE Pintar, dan GDE Hijau. Program pengembangan UMKM Saluyu termasuk salah satu program GDE Maju berupa program pemberdayaan masyarakat.

Program ini bertujuan untuk memandirikan ibu-ibu di Desa Panundaan yang tergabung dalam UMKM Saluyu hingga dapat menjual produk secara luas. Jenis pendampingan dan bantuan yang diberikan oleh GDE Unit Patuha ke UMKM Saluyu meliputi pelatihan, pemberian peralatan penunjang kelompok, serta kebutuhan rebranding produk.

Hal mendasar yang juga dibantu oleh program GDE Maju adalah terkait aspek legalitas bagi UMKM Saluyu. Usaha ibu-ibu Desa Panundaan in telah berbentuk koperasi berbadan hukum sejak 6 Juli 2021. Tak hanya untuk kelompok, pemenuhan legalitas personalnya pun juga tak luput dari program pendampingan ini. Mulai dari pengurusan nomor induk berusaha (NIB), sertifikat izin pangan industri rumah tangga (PIRT), sertifikat halal hingga hak atas kekayaan intelektual (HAKI). “Sistemnya kerja sama. Fasilitasnya dari pemerintah, sedangkan Geo Dipa mendampingi sepanjang proses dan menyediakan akomodasi, serta biaya lainnya,” beber Tia.

Tia Setiawati, Ketua UMKM Saluyu, mengaku bahwa bantuan dan pendampingan program GDE Maju ini mampu mengubah hidup 25 orang anggota UMKM Saluyu sekaligus banyak orang di sekitarnya.  (Foto: Resha A.P)

Kesejahteraan berkelanjutan

Tia mengaku bahwa bantuan dan pendampingan program GDE Maju ini mampu mengubah hidup 25 orang anggota UMKM Saluyu sekaligus banyak orang di sekitarnya. Tak hanya pendapatan yang meningkat, perubahannya juga mencakup perbedaan pola pikir. Pelatihan-pelatihan yang diberikan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu ini menciptakan produk baru. Saran dan masukan yang diberikan pendamping dalam pertemuan rutin bulanan juga membuat mereka semangat memperbaiki kualitas produk mulai dari kemasan, penyajian, rasa hingga variasi produknya. Tia dan para anggotanya juga bersyukur dengan berkembangnya koneksi dari berbagai acara atas arahan tim GDE Maju.

Ke depan, UMKM Saluyu bermimpi untuk memiliki galeri sendiri di lokasi yang strategis di kawasan Ciwidey. Selama ini, produk-produk mereka dijual dengan sistem jual titip di beberapa tempat peristirahatan dan restoran sekitar Ciwidey dan Bandung saja. Rumah produksi bersama yang terletak di dalam perkampungan dirasa kurang representatif untuk memamerkan produk mereka sekaligus menjamu tamu yang berkunjung. Untuk mencapai itu, mereka sepakat menyisihkan Rp.2000 dari tiap penjualan produknya untuk kas kelompok. Komitmen itu menjadi bentuk nyata para anggota untuk mewujudkan mimpinya. Hal ini sejalan dengan visi pendampingan GDE Maju yang membentuk kemandirian mitra binaan.

Memimpin 25 orang dengan isi kepala dan kesibukan utama masing-masing sebagai ibu rumah tangga bukanlah suatu hal yang mudah. Tia tidak menampik bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dalam dinamika kelompok. Namun, ia yakin bahwa komitmen ibu-ibu ini untuk terus maju menjadi semangat UMKM Saluyu untuk terus berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat.  “Kita sebagai ibu rumah tangga harus mandiri. Mendidik anak sebagai generasi masa depan agar tidak bergantung pada orang lain. Bisa membuat usaha sendiri yang dapat menyejahterakan dan bermanfaat juga bagi masyarakat sekitar,” pesan Tia sebagai penutup.

 

 

 

 

 

 


Dimach Putra
Artikel Lain
TELUSURI